part 20

60 18 15
                                    

Muka Leo memerah seperti menahan sesuatu, ia ingin membuang air besar. Tapi tidak berani untuk ke kamar mandi sendiri.

Ia menoleh kebelakang ke arah Vino. "Vin, anter gue ke kamar mandi yu," ucap nya.

"Ogah, kaya cewe lo," ujar Vino.

Leo menyatukan kedua tangan nya dengan mata menampilkan puppy eyes. "Pliss dong Vin, gue pengen buang air nih."

Vino memutar bola matanya malas. "Gausah ngeluarin mata anjing itu, bukan nya imut tapi lebih ke jijik."

"Buruan, gue anter," lanjut nya.

Mereka diizinkan ke kamar mandi oleh guru mata pelajaran yang ada di kelasnya.

Vino menunggu Leo yang sedang di kamar mandi. Karna bosan ia menempelkan upil nya di tembok kamar mandi dan mensejajarkan upil lain nya yang sudah biasa ia lakukan. Itu sudah menjadi rutirintas nya setiap ke kamar mandi.

"VINO, LO MASIH NUNGGU GUE KAN?" teriak nya.

"Iya, buruan. Lama banget si lo," ucap Vino.

"Iya-iya sabar kek."

"VIN."

"Apalagi si nyet," ujar Vino malas.

"Gue udah," ucap nya.

"Udah apaan?" tanya Vino binggung.

"Udah buang air nya," jawab Leo.

"Yaudah cepetan keluar, ngapain lo masih di kamar mandi," ucap Vino jengah.

"Cebokin," ujar Leo di dalam kamar mandi.

"Anjing." Vino kaget bahkan ia mengumpat saking tidak percaya nya.

"Gue ga bisa cebok Vin," kata nya menjelaskan.

"Gue jijik sama tai gue sendiri, lo jangan mikir yang aneh-aneh Vin," ujar nya lagi.

"Lo aja jijik sama tai lo sendiri, gimana gue, stress lo," ucap Vino ia bergeridik ngeri membayangkan nya.

"Vin, cebokin," ujar nya di dalam kamar mandi.

"OGAH, NAJIS GUE," teriak Vino.

"Amit-amit, tau gini ga gue anter lo ke kamar mandi, ga waras lo, freak anjir," lanjut Vino.

"Gue tinggal, mending gue ke kantin. Mana setengah jam gue nunggu lo," ujar Vino lagi.

"Terus gue gimana?" tanya Leo.

"Ya terserah lo, gue mau kekantin. Lo belajar cebok sendiri sana, adek gue aja bisa terus Aska sama Ary juga bisa cebok sendiri," ucap nya.

"Oh iya satu kata buat lo." Vino menggantungkan ucapan nya, membuat Leo penasaran.

"Apa?"

"STRESS, GA WARAS, SATU LAGI, FREAK."

●●●

Vino berjalan ke kantin dengan wajah memberegut sungguh ia sangat menyesal telah mengantar Leo ke toilet. ia menghampiri teman-teman nya di bangku kantin pojok sana.

Vino mendudukan tubuh nya di bangku kosong samping Marvel dengan kasar. "Kesel gue sama Leo."

"Kenapa?" tanya Marvel.

"Masa Leo minta gue cebokin. Najis banget, dia bilang gue jijik sama tai gue sendiri, stress emang tuh anak," gerutu Vino yang di sambut gelak tawa teman-teman nya.

"Terus sekarang Leo gimana?" tanya Aska masih dengan tawa nya.

"Ya mana gue tau," jawab Vino.

"kenapa ga lo cebokin aja," ujar Marvel meledek.

Vino melemparkan tatapan sinis nya kearah Marvel dan melemparnya dengan es batu yang ada di minuman nya membuat sang empu meringis.

Vino menatap Ary yang sedari tadi diam. Bahkan Ary sudah bisa merasakan aura negatif Dari Vino, ia sudah tremor duluan. "Ry, lo cebokin Leo sana."

Sudah ia duga apapun masalah nya pasti diri nya yang kena imbas.

"Ogah." Ary berucap dengan menatap tajam Vino. Ia merinding jika harus membayangkan menceboki Leo.

Setelah nya Leo datang ke meja mereka dan duduk di sana dengan santai.

"Lo udah cebok nya?" tanya Vino yang di balas gelengan oleh Leo.

"Terus lo ko bisa kesini?" tanya nya binggung.

"Gue ga cebok, gue cuman pake celana doang, Abis itu udah deh," jawab  Leo dengan santai.

Teman-teman nya yang mendengar ucapan Leo pun langsung tersedak minuman nya, mereka berdiri dari tempat duduk nya dan menjauh dari Leo. Bahkan Ary yang duduk di sebelahnya berdiri dari tempat duduk nya dan sedikit menjauh. sedetik kemudian mereka berlomba-lomba menjauhi Leo membuat Leo kebinggungan.

"Mereka kenapa?"

●●●

B

el pulang sudah berbunyi. Sekarang mereka sedang berada di parkiran sekolah dan berkumpul entah menunggu siapapun itu.

Vino sedang duduk di motornya dengan menyugar rambut dan memamerkan kegantengan nya. Vino memang selalu narsis.

Ary menghela nafas. "Vin, kita kaya orang dongo sumpah. Setiap pulang sekolah kita kumpul di parkiran tapi ga ngapa-ngapain udah aja planga-plongo kaya orang sters."

Vino memutar bola mata nya malas. "Ribet lo, udah sana balik duluan aja gue mau pamer kegantengan dulu," usir nya.

"Udah deh Vin, ga ada yang kepicut sama lo. Lo jelek," ucap Marvel.

Vino mendorong motor nya dengan menatap sinis Marvel.

"Lo mau kemana?" tanya Marvel.

"Pulang lah bego," jawab nya.

"Terus motor lo kenapa di dorong?" tanya Aska.

"Awet bensin," sahut Vino.

"TOLOL."

Vino tidak mendengarkan umpatan itu, ia menatap Acha berbinar.

"Cha sini Cha," ucap Vino dengan melambaikan tangan nya kepada Acha.

Bukan nya Acha yang menghampirinya tapi seorang orang gila yang bernama Echa yang sering nangkring di depan gerbang sekolah.

Orang gila itu menghampiri nya dengan tertawa tidak jelas membuat Vino meriding. Vino dengan cepat menaiki motornya dan mengendarainya dengan cepat tapi tidak bisa karna Echa----orang gila itu menahan motornya dengan tertawa.

Vino semakin merinding di buat nya, apalagi saat ini Echa tertawa dengan giginya yang ompong dan kuning seperti nya dia tidak pernah sikat gigi. Jika di cium wangi nafas nya pasti berbau jigong.

Tbc

Makasih buat yang udah baca sampe akhir.

Jangan lupa rekomendasiin cerita ini ke temen-temen kalian juga supaya cerita ini dikenal banyak orang. Aku seneng kalo cerita ini bisa di kenal banyak orang

buat yang mau kepoin akun author juga boleh pren, jangan lupa buat folow akun ig aku ya pren di sana kalian bisa cerita atau buat yang punya ide boleh banget buat dm ig aku.

Instagram:
@salsaanptri_
Boleh juga buat kalian yang mau mutualan bareng aku pren.

See u next part

VINCHA{ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang