Kini, Sakala dan Natasha duduk di sebuah batang pohon besar yang ada di pinggir danau tersebut, sembari melihat beberapa angsa yang berenang di sana. Keheningan melanda di antara mereka, belum ada yang ingin memulai pembicaraan terlebih dahulu. Hanya ada suara angin yang berhembus dan siulan burung yang terbang ke sana kemari yang meramaikan.

Hingga Natasha lah yang membuka pembicaraan terlebih dahulu. "Lo tau dari mana ada tempat kayak gini?" tanya Natasha basa-basi, tanpa mengalihkan pandangannya.

"Nggak sengaja ketemu aja gitu."

"Kok bisa? Gimana ceritanya?" Kini Natasha mulai menatap Sakala, meminta penjelasan. Sungguh ia penasaran bagaimana cowok itu bisa menemukan tempat yang indah seperti danau ini, tidak mungkin secara tiba-tiba bukan?

"Keknya penasaran banget lo, ya," jawab Sakala sembari tertawa kecil.

"Ck, kalo nggak mau cerita sih, ya udah. Gue juga nggak masalah. Nggak penasaran-penasaran amat."

"Sensi amat, Bu! Sabar dong jadi manusia. Iya-iya, ini gue cerita, kasian yang udah penasaran," ledek Sakala.

"Ya udah, kalo gitu cerita," balas Natasha jutek.

"Tepatnya pas gue mau pulang dari cafe, dan waktu itu udah malem banget. Gue mutusin buat lewat jalan pintas biar cepet sampe rumah, apalagi langitnya udah keliatan mendung banget. Eh, tau-tau di tengah jalan, tiba-tiba hujannya turun, deres banget lagi. Sialnya, gue lupa bawa jas hujan. Nah, daripada gue basah kuyup, gue mutusin untuk berteduh dulu dan tempat gue berteduh ya bangunan ini."

Sakala memberi jeda sejenak pada pembicaraannya. "Gue tungguin tuh hujannya sampe berhenti. Ya, kira-kira udah satu jam-an gitu, belum berhenti, yang ada malah makin deres, malah udah makin malem lagi. Ya udah dong, gue tungguin aja deh sampe berhenti. Terus karena gue bosen, gue iseng-iseng masuk, keliling nih bangunan, penasaran aja. Eh, tau-taunya ketemu tempat beginian."

"Nah, pas hujannya mulai berhenti, gue balik. Besoknya gue ke sini lagi, penasaran sama nih tempat. Alhasil, gue jadi sering ke sini, lumayan untuk tenangin diri atau nggak refreshing."

Natasha ber-oh-ria, mengangguk mengerti. "Nggak salah sih, tempatnya enak buat tenangin pikiran, apalagi suasananya tenang gitu. Btw, lo udah tau tempat ini berapa lama?"

Sakala tampak berpikir sejenak. "Dua tahun mungkin ada."

"Udah lama juga, ya. Gue boleh dong sering-sering ke sini?"

"Kenapa nggak boleh? Tempat ini umum kok, lo bebas mau datang kapan aja ke sini. Kalo bareng sama gue juga boleh banget malah," canda Sakala.

"Itu mah mau lo banget, ogah banget! Mending gue ke sini sendiri kalo bisa."

"Kalo bisa loh, emang lo tau jalannya? Kalo nyasar gimana, hayoo?"

"Ya, nasib. Paling jadi gelandangan, seperti yang lo bilang tadi," balas Natasha seadanya lalu ia bangkit berdiri, berjalan lebih mendekati danau. Ia berjongkok di pinggiran sana, di dekatkan salah satu tangannya ke air danau yang cukup jernih itu.

Tak sengaja matanya melihat sebuah benda di antara rumput-rumput liar di dekat danau. Penasaran, ia mengambil benda tersebut dan ternyata benda tersebut adalah sebuah kalung dengan liontin angsa yang menggantung di rantainya.

 Penasaran, ia mengambil benda tersebut dan ternyata benda tersebut adalah sebuah kalung dengan liontin angsa yang menggantung di rantainya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
NATASHA || Legantara School Series (ON GOING)Where stories live. Discover now