#39 - Move Forward

Start from the beginning
                                    

"Morning Princess," sapa si tersangka yang telah membuatnya tidak bisa tidur nyenyak semalam.

"Hai." Ia membalasnya datar sambil memasuki mobil. Berpura-pura datar lebih tepatnya.

"Kita naik mobil aja ya, takut hujan lagi. Ntar lo sakit kehujanan terus."

"Oh, oke."

Kalau kemarin Vanta terus berdebar saat menatap laki-laki itu, hari ini jantungnya malah nyaris kabur setelah Alvin mengajaknya berpacaran kemarin. Meski hari ini mereka naik mobil, lagi-lagi Vanta hanya diam. Belum mampu bicara santai seperti sebelumnya.

"Gue emang minta lo buat pikirin dulu sih, tapi nggak begini juga sampe lo nyuekin gue sepanjang jalan."

"H-huh?" Vanta menoleh linglung ke kiri dan kanan. Rupanya mereka sudah di kampus. "Oh, sorry. Udah sampe ya. Thanks,"

Kalau begini Alvin betulan berasa jadi supir taksi.

"Van," panggil Alvin saat dia hendak membuka pintu.

Gerakannya terhenti, menoleh kecil pada cowok itu. "Ya?"

"Jangan menghindar lagi, dong."

Satu kalimat itu membuat siapa saja yang mendengar dan melihat wajahnya pasti meleleh. Sialan! Muka gantengnya bikin Vanta lumer.


***


"Gimana, gimana?" tanya Jessi antusias saat mereka makan siang di kantin. Hari ini tidak ada yang menjadi penghalang Jessi untuk bergosip. Sebab Alvin harus ke ruang dosen melapor progress tugasnya. Dan itu membuat gadis ini bersorak girang dalam hati.

"Gimana apa?" Vanta yang baru duduk membuka kotak bekalnya masih belum konek.

"Ke acara mantan sama gebetan di malam mingguuu. Lancar?"

"Kacau." Inginnya Vanta bilang begitu. Tapi dia tidak mau mengundang tanya. Memberi jawaban lain. "Hm, lancar." Lalu seperti tersadar langsung membantah. "Eh, gebetan apaan?!"

"Alahh, nggak usah pura-pura. Seisi kampus udah pada ngomongin kalian."

"Kagak ya!" protesnya tidak mau jujur.

Gadis di depannya terkekeh. "Tapi beneran kalian nggak ada apa-apa? Emang sih gunung es itu belom pernah ada gosip deket cewek, tapi kali ini beda."

"Beda apa?"

"Lo cewek pertama yang diikutin ke mana-mana. Diikutin loh ya, bukan ngikutin," ungkap Jessi sembari mengayunkan garpu di tangan kiri.

"Temenan doang. Dia nggak anggep gue cewek, kali."

"Ah, nggak seru..." Dari menempel pada meja, sampai mundur menghempas punggung ke sandaran bangku kantin.

Namun diam-diam, dalam hati Vanta merasa berbunga. Cewek pertama, kata Jessi. Jadi, bagaimana dia harus menanggapi pernyataan Alvin? Tapi orangnya belum membahas lebih lanjut lagi.

"Lo kenapa? Muka lo merah. Demam?"

Vanta menangkup kedua pipinya dengan telapak tangan. Mengembuskan napas pelan. "Iya, kayaknya gue sakit abis kehujanan."

***

"Malem ini lo ke café?" Mereka masih berada di area kampus saat Alvin bertanya. Berjalan bersama menuju parkiran.

"Nggak. Besok baru kerja. Kenapa?"

"Kalo gitu, bisa dong ikut gue."

"Ke mana?"

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Where stories live. Discover now