Part 12

980 39 2
                                    

⚠️ WARNING ⚠️
21+

.

.

.

.

.

*Makima POV*

Hari ini ketika aku baru saja pulang dari kegiatanku mengajar, entah kenapa aku ingin sekali mengunjungi sebuah pemandangan tepi sungai yang selalu kulalui ketika kami pulang dan pergi ke sekolah bersama. Padahal biasanya aku selalu menghindari rute itu untuk melupakan sosok dirinya, meskipun keputusanku untuk menetap di sekolah itu sangatlah bodoh. Aku percaya bahwa kelak kami akan bertemu lagi, karena tempat ini lah yang menjadi tempat pertama dan terakhir bagi kami, tempat bertemu dan berpisah yang sungguh tak terduga.

Aku berencana untuk mengunjungi sebuah bar, kupikir aku butuh beberapa gelas minuman. Namun saat aku berjalan dengan tenang sambil menikmati pemandangan, tepat dihadapanku terdapat sosok yang tak pernah kuduga-duga. Kami berpapasan tanpa saling menyadari keberadaan masing-masing. Hingga entah bagaimana aku mulai merasakan sebuah perasaan yang dulu pernah kurasakan, perasaan aneh yang mencoba untuk kulupakan.

Wanita itu tampak berhenti juga terdengar dari suara langkah kakinya yang nyaring berkat heels yang ia kenakan, kami terdiam di tempat dengan saling membelakangi setelah melewati satu sama lain. Ia kemudian membalikkan tubuhnya, terdiam sesaat hingga ia mulai mengucapkan satu kata.

“Mai?” Ucapnya sedikit ragu.

Aku tersentak, membeku di tempatku berdiri, bahkan rasanya bulu kudukku mulai meremang ketika ia memanggil namaku. Dengan ragu aku membalikkan tubuhku, memejamkan mataku sejenak untuk menghindari tiupan angin pada wajahku. Barulah ketika aku membuka mata, terdapat sosok wanita berambut pendek berwarna hitam. Ia berdiri di sana dengan sebuah koper di tangan kanannya, satu tangannya lagi sibuk menyelipkan rambutnya dari hembusan angin.

“Na...na?” Ucapku terbata dengan masih tidak percaya.

“Ternyata memang benar kamu yah, kupikir aku tidak seharusnya mengambil rute ini, tapi entah kenapa aku sedang teringat masa lalu.” Ujarnya.

“Kenapa?” Tanyaku kelu.

“Aku bahkan tidak terpikirkan sama sekali ketika kembali lagi di kota ini ternyata kamu adalah orang pertama yang kutemui.” Lanjutnya dengan menghiraukan pertanyaanku.

“Kenapa kamu pergi saat itu?” Tanyaku pelan.

“Waaah setelah perjalanan jauh rasanya aku ingin makan sesuatu sekarang, mumpung lagi di kota ini bagaimana kalau kita makan di restoran tempat kita bekerja sambilan dulu?” Ujarnya bertanya tanpa mempedulikan pertanyaanku.

Pada akhirnya kami berjalan menuju restoran itu tanpa pembicaraan, sangat hening dan canggung. Ia memesan menu yang biasa kami pesan ketika sedang beristirahat dari kerja sambilan kami dulu, tak ada apapun yang berubah dari restoran cepat saji yang masih terlihat megah dengan pengunjung setianya. Kami makan dalam diam, sampai akhirnya kami berdua telah menghabiskan makanan pada piring kami masing-masing.

“Sudah lama ya? Mai.” Ucapnya membuka pembicaraan.

“Hum, benar.” Sahutku singkat.

“Bagaimana kabarmu sekarang?” Tanyanya basa-basi.

“Ntahlah, aku tidak tau pasti.” Jawabku sekenannya.

“Benar-benar jawaban yang terkesan seperti dirimu ya.” Sahutnya sambil tersenyum pahit.

Bad Story, Bad RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang