40 - Clara, Alena Dan Gertakan!

Start from the beginning
                                    

Sampai di kelas, mereka meletakkan tas pada kursi masing-masing. Alena tersenyum melihat pesan di ponselnya.

"Lo kenapa, Kak." tanya Ael.

"Clara.. dia sekolah," Alena menjawab setelah meletakkan ponselnya di atas meja.

Ael mengangguk kepala. "Semoga aja gak ada bully-bullyan lagi."

"Zaman sekarang udah beda, El. bullying bahkan udah seperti makanan sehari-hari."

"Hm, iya juga si. Terus gimana perkembangan kasus Ayah Clara itu?"

"Pengacara yang gue utus udah dapat beberapa bukti, tinggal kita nunggu kepastian dari Ayah Clara."

"Dan masalahnya disitu?" sambung Ael.

Alena mengangguk sebagai jawaban.

Tidak berselang lama, munculah di ambang pintu, gadis cantik menenteng tas-nya.

Clara.

Semua anak kelas kompak berdiri, menyambut kedatangan Clara setelah beberapa hari tidak masuk.

"CLARA! WELCOME BACK!" teriak mereka semua.

Clara terkejut. Ia tersenyum haru. Melihat teman-temannya masih peduli dan percaya dengannya. Tak tau jika air mata sudah ada yang menetes.

"Thanks guys," balas Clara sambil membalas pelukan teman-teman yang memberikan semangat untuknya.

Clara menjelajahi isi kelas. Matanya bertubrukan dengan Alena. Gadis itu berjalan menghampiri.

"Apa kabar?.... Cabe?" tanya Alena tersenyum.

Clara menarik Alena ke pelukkannya. "Makasih Len, lo udah banyak bantu gue,"

Alena memegang kedua bahu Clara. "Fungsinya sahabat apa? Biar kalo kesusahan kita bisa saling membantu,"

"Semangat ya?"

Clara mengangguk. "Pasti,"

Ael berdehem, sedari tadi cowok itu hanya memperhatikan kedua insan yang baru bertemu itu. Bahkan tidak mendengar jika bel berbunyi. Alena dan Clara mengalihkan perhatian ke Ael.

"Nona, Nona.. kangennya nanti aja, bentar lagi upacara mau di mulai." tegur Ael. Ia berjalan keluar kelas terlebih dahulu tanpa menunggu jawaban.

*******

Pembina upacara menyelesaikan amanatnya. Amanat yang sederhana tetapi di kemas dalam panjang × lebar × tinggi × luas × volume.

Murid-murid kompak menghela napas lega. Keringat sudah membanjiri hingga ke dalam pakaian.

Topi seperti sudah tidak berguna. Kenapa tidak? Karena peluh juga bercucuran di sekitar pelipis. Huh!

Upacara selesai. Semua barisan di bubarkan. Ada yang menarik dari amanat kali ini, guru akan melaksanakan rapat. Artinya jam pelajaran akan kosong.

Ael berbisik kepada Alena yang sedang membersihi keringat dengan tisu.

"Kayaknya gue harus nyuruh Kakek buat menghilangkan kegiatan upacara,"

Alena terkekeh. Ia memberikan Ael tisu. "Gue sama Clara mau ke kantin beli minum, ikut gak?"

Ael menggeleng. "Gak, gue mau ngadem di kelas. Siti---salah satu murid, ngebawa AC baru, buat tambahan di kelas katanya," Ael mengipas-ngipaskan tangan ke wajah.

"Gak tanggung-tanggung." Alena berdecak. "Tapi gak papa si, lumayan ngurangin beban sekolah," Alena tertawa cekikikan.

"Gue titip air mineral yang dingin, ya?"

About AlenaWhere stories live. Discover now