🦋⛓️DUA PULUH ENAM⛓️🦋

43 10 5
                                    

Sahara mengucek matanya, ia menatap jam yang sudah menunjukkan pukul enam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
Sahara mengucek matanya, ia menatap jam yang sudah menunjukkan pukul enam. Sahara melotot lalu mengingat bahwa ia masih libur tengah semester. Sahara bernapas lega lalu duduk di atas kasur.

Ia mengecek notifikasi ponsel miliknya, hanya ada notifikasi dari Atlan. Dia mengeceknya.

Oh iya ngomong-ngomong soal grup semalam dia langsung dikeluarkan dari grup oleh Atlan, Atlan memang aneh.

Atlan
Send a video
Liat anak2 kita, udh mandi nih pagi2

Sahara terkekeh kala melihat Atlan yang sibuk menyemprotkan selang ke arah Lau-Dau. Bukan, bukan karena ayam dia tertawa tapi karena melihat keberadaan Max dengan sytle casual yang tiba-tiba muncul di depan layar sambil menggeplak pantat Atlan yang sibuk mengguyur Atlan.

"KAMU MAU ANAK AYAM ITU MATI HA?!"

Bisa Sahara lihat Atlan sedang kesakitan sambil mengelus celana belakangnya. "Ya, emang napa sih, kan mau mandi."

"Nggak ada sejarahnya anak ayam digituin, orang bapaknya ayam aja gaperna mandi paling mentok dibersihin pake lap dikasi air dikit atau pake spons!" Atlan meringis mendengar penuturan Max. Benar juga ya, dia menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal.

"Terus gimana?" Sahara terkekeh saat melihat wajah melas Atlan ditambah wajah kesal Max.

Video itu berhenti lalu Sahara melihat video kedua yang Atlan kirim. Sahara menganga kala melihat Atlan memakaikan hair dryer kepada dua anak ayam itu.

Sepertinya anak ayam itu terlihat tersiksa dengan Atlan. Apakah dia harus mengambil hak asuh? Tidak tidak mau ditaruh dimana nanti anaknya itu.

Atlan
Sebagai balas budi lo, nanti siang ketemuan di taman jam 4

Atlan tiba-tiba saja mengirim voice note setelah Sahara membaca pesan itu. "Ra, gue cuma mau bilang, nggak ada orang di dunia ini yang bisa nyakitin lo, termasuk gue sendiri. Aishiteru."

Sahara mencerna perkataan Atlan sambil tersenyum. Entahlah ia merasa  banyak sekali kupu-kupu di perutnya. Pipi Sahara bersemu kecil dia jadi membayangkan jika nanti dia akan berbincang-bincang sampai sore dengan Atlan. Apalagi dengan pemandangan sunset yang sangat menggiurkan.

Sahara menggeleng keras lalu menampar pipinya pelan. Tapi ayolah pipinya malah mesem-mesem sendiri tanpa ia gerakkan.

Ah, dia bisa gila karena Atlan. Sahara bergegas bangun dan masuk kamar mandi untuk melupakan Atlan sejenak dan menetralisir pikirannya.

***

Sahara membuka kecil pintu miliknya, dia mengintip mamanya yang sedang berbicara di telepon.

"Maaf, pak. Kami akan berusaha meningkatkan omset perusahaan untuk bulan ini."

"Siap, Pak."

Jendela yang TertutupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang