27. I Think I kinda

130 5 0
                                    

27. I Think I Kinda

I try my best to make u feel better but nah I failed, I'm just useless person u ever meet, I'm sorry.

-Lee Jeno juga

[Now Playing]

More Than Words- Shaun

00:15 ━━━━⬤─────── 03:35
↺ << ll >> ⋮≡

***

Aku tersesat, dalam ruangan yang kalian sebut kebahagian. Aku kira datang kesini akan sedikit membuat hatiku kembali berbunga dan mengubah hariku menjadi bahagia. Nyatanya semua itu hanya ekspektasi yang aku buat dalam khayalan yang aku buat sendiri.

Aku mematung di antara pintu kaca yang sebentar lagi akan menutup dan membuatku terjepit kalau-kalau Leon tidak segera menarikku kedalam pelukannya.

Apa yang baru saja aku lihat sama sekali bukan imajinasi. Leon memastikannya dengan segera menarikku menjauhi pintu kolam renang indoor yang berada di gedung Apartemen Jeno.

"Nggak! Kita salah gedung 'kan?" Aku menatap iris hitam Leon. Pemuda itu menggelengkan kepalanya pelan.

"Na," lirih Leon dengan ekspresi aneh.

Aku melihat sendiri, Jeno sedang- Entah berapa kali aku akan menghela nafas dan berusaha menerima semua ini. Aku melihatnya dengan jelas, dengan mata kepalaku sendiri.

Sialan, terjadi lagi.

***

Sopir taksi mengantar mereka hingga parkiran gedung yang luasnya sama seperti luas gedung sate. Bedanya Apartemen ini memiliki lantai yang sangat banyak dan tinggi. Keamanan disini cukup mengkhawatirkan karena Anna dan Leon berhasil masuk kedalam gedung besar hanya dengan memecahkan kode sandi yang ada pada pintu.

Sebenarnya bukan sepenuhnya salah keamanan gedung. Mereka berdua memang agak sinting saja karena melihat sidik jari pada nomor-nomor yang ditekan sudah cukup jelas. Mereka hanya menebak, dua kali salah lalu satunya lagi beruntung.

"Berasa penjahat yang mau ngerampok gue. Padahal bisa aja telpon Jeno," kekeh Leon yang tidak mengerti jalan pikiran perempuan setengah bidadari ini.

"Kan biar surprise, Nomor Apartemennya berapa?" tanya Anna saat berada di lift dan berniat memencet salah satu nomor setelah Leon berkata sesuatu.

"1567 ada di lantai 15," jawab Leon setelah mengecek catatan dari satpam di rumah Jeno.

Dahi Anna berkerut, "Kok cuma sampe lantai 10 Yon?" Anna melirik Leon sebentar lalu memencet angka 10 tanpa pikir panjang. Karena saat membaca keterangan gedung, lantainya memang berjumlah 17 lantai.

"Kalo di drakor sih biasanya yang tinggal di lantai paling atas itu penthouse dan ada lift khusus. Tapi harus pake kartu gitu buat pake liftnya," jelas Anna panjang lebar membuat mata Leon membesar.

"Bisa jadi, tadi ada lift satunya lagi kan? Yang katanya lo gamau naek karena isinya kaca semua," kata Leon setuju membuat Anna memamerkan deretan gigi putihnya.

"Berarti kita tinggal naik tangga aja biar sampe lantai 15 dari lantai ini," tutur Anna saat bunyi Ting menandakan lift sudah sampai di tujuan kemudian pintu terbuka. Pemuda di samping Anna mengangguk-angguk tanpa berniat menjawab.

Well, ternyata lantai 10 berisi banyak ruang olahraga. Ada seseorang yabg sedang berlatih Yoga di ruangan dekat Lift, semua sekatnya dari kaca. Kedua orang udik yang jarang melihat semua ini sebelumnya hanya terkagum-kagum dengan mulut menganga dan tanpa sadar bertepuk tangan kecil.

Seperti sedang melihat pertunjukan kembang api terakhir kali saat tahun baru. Mereka hampir melupakan mencari tangga darurat untuk menuju ke lantai 15. Sebelumnya mereka melihat lift transparan dan benar ternyata harus memakai kartu khusus.

Setelah berkeliling beberapakali mereka tetap tidak menemukan pintu darurat. Malah menemukan seorang perempuan yang tengah berenang di kolam renang sendirian. Anna memperhatikan perempuan berkulit putih sempurna itu berjalan keluar dari kolam renang sambil menunggu Leon yang jalannya seperti siput.

Lalu tidak lama keluar seorang pemuda dari bilik kamar mandi menggunakan pakaian olahraga.

"Jeno?" Anna tersenyum, kebetulan macam apa ini.

"Ada Jeno Na?" tanya Leon penasaran mempercepat langkah siputnya.

Anna melangkahkan kakinya mendekati pintu otomatis masuk kolam renang. Senyum dari wajahnya pudar begitu saja, langkah gadis cantik itu terhenti diantara pintu kaca yang tertutup dan terbuka otomatis.

Perempuan yang baru keluar dari kolam renang berlari menghampiri Jeno lalu memeluk pemuda itu, dan mengecup cepat bibir Jeno walau secara ringan. Jantung Anna berdetak dengan sangat cepat. Perasaan yang datang kembali persis saat dia mengetahui Alan akan menikahi sahabatnya.

Lalu perempuan itu menarik Jeno lebih dekat dan yang lebih mengejutkan adalah Jeno tidak memberikan perlawanan sama sekali.

Anna mengerjapkan matanya berkali-kali. Hidupnya seperti tidak pernah berhenti dihantui segala macam komplikasi. Leon menariknya segera sebelum pintu otomatis menutup.

Memeluk Anna erat.

"Nggak! Kita salah gedung 'kan?" ujar Anna dengan nada bergetar yang dia sembunyikan. Leon menggelengkan kepala pelan merasa iba pada kisah percintaan Anna.

"Na," lirihnya. Setelah beberapa detik terdiam Anna membuka suaranya.

"Kita pulang aja Yon." Gadis itu menggiring Leon dan kopernya menjauh. Matanya sudah dipenuhi embun yang menghalangi jarak pandang.

Leon menghempaskan tangan Anna.

"Lo duluan Na." Pemuda itu berjalan kembali ke area kolam renang.

"JENO!" Teriakan Leon yang bergema mengangetkan memenuhi seluruh sudut kolam renang.

***

Trying my best, enjoy.

gmn gmn lala ga kepikiran hal lain, pokoknya, selamat membaca.


Sebuah kesalahan [End] Where stories live. Discover now