26. We going up

113 6 3
                                    

26. We going up

I will go to you like the first snow.

-Anna

[Now Playing]

Love - Lyn, Hanhae

01:55 ━━━━⬤─────── 03:38

↺ << ll >> ⋮≡

***

Anna sangat antusias menge-pak baju saat pemuda dengan rasa simpati mengajaknya untuk liburan musim panas di Korea Selatan. Sahabat sekaligus teman bagi wanita yang sudah mengalami masa-masa sulit yang mungkin akan segera di mulai lagi.

"Semangat banget neng," goda lelaki itu sambil memandangi Anna dari kursi belajar.

Tentu saja semangat, bagaimana bisa gadis itu menyembunyikan lesung pipitnya saat semua terasa sangat menyenangkan. Berangkat ke Korea--Selatan tentunya-- akan menjadi perjalanan yang tidak dapat di lupakan. Mereka tidak sabar melihat wajah terkejut bahagia Jeno yang tiba-tiba melihat mereka disana.

"Na, gue mau lo tidur di pesawat. Lo gak tidur semaleman, sinting lo?" sarkas Leon dengan nada tidak suka. Gadis itu berdecak malas.

"Gak mau, gue kan udah bilang gue gak bisa tidur!" Tolak gadis itu secepat mungkin.

Sangat rindu Jeno, sepertinya.

"Tau gak sih gue se excited itu karena ngidam ke Korea udah dari lama! Apalagi mau ketemu Jeno. Rasanya kaya mau terbang," ujar Anna sambil senyum-senyum sendiri. Tepat sekali, dia bisa sakit mala rindu jika lama-lama tidak bertemu Jeno sepertinya.

"Kan bentar lagi emang mau terbang."

Leon mengerlingkan mata malas mengiring gadis itu menuju pintu masuk pesawat. Anna menurut saja, pikirannya sudah kemana-mana. Membayangkan turun di Bandara Incheon sambil membawa koper lalu pergi dengan taksi menuju rumah Jeno. Ah ya, alamat rumah Jeno!

Mereka berdua duduk di kursi bussines class bersebelahan. Anna menengok pada Leon setelah selesai dibantu pramugari memasang sabuk. Padahal sudah berapakali dia naik pesawat tetap saja tidak bisa memakai sabuk keselamatan sendiri.
"Oh iya, Yon! Emang lo tau alamat Jeno ya?"

Leon pura-pura berpikir sejenak, "Iya-ya, kita gatau dimana alamatnya. Gimana dong? Balik lagi aja yuk?" Gadis itu menganga tidak percaya. Balik lagi katanya? Demi pesawat udara yang sebentar lagi lepas landas, apa ada yang salah pada kepala pemuda satu ini? Dimana dia menyimpan otaknya yang berharga.

"Sinting lo Yon! Udah pake seat belt gini juga!"

Gadis itu mengumpati Leon dalam hati, rasanya ingin menendang wajah Leon yang dipuja para subscriber-nya sekarang juga. Tidak tega melihat wajah cemberut Anna dia segera tertawa garing dan membuka suara.
"Bercanda nyet, udah ada kali! Dari kapan tau."

Anna membalas dengan tatapan tajam lalu mengalihkan pandangan menuju jendela karena pesawat akan terbang dalam beberapa detik lagi. Dia menghela napas panjang meninggalkan kekesalannya disini, di Amerika agar saat dia sampai ke Korea yang tersisa hanya rasa rindu dan bahagia.

Entah berapa lama Anna memandangi tanah yang mulai menjauh dan tidak terlihat. Sekarang dia sudah mengantuk dan perlahan memasuki alam mimpi.

***

Sesampainya di Bandara Internasional Incheon, Korea. Anna tersenyum penuh rasa bahagia. Jantungnya bekerja dua kali lebih keras.

"AKHIRNYA YON! KOREA NIH BOS KOREA!!" teriakan Anna teredam riuh berisik pesawat yang lepas landas. Leon ikut tersenyum melihat Anna se bahagia ini. Dia jadi teringat Mocca yang di tinggal.

Jika dia kesini bersamanya mungkin kelakuan gadis itu akan sama seperti yang Anna lakukan saat ini mengingat Mocca sangat menyukai hal yang berbau Korea.

Berteriak hingga lompat kecil tidak jelas sambil menenteng koper, membuat Leon harus memalingkan wajah guna menghindari tatapan aneh penumpang lain karena mereka menjadi perhatian sekarang.

Untung sesaat kemudian Anna bisa terduduk diam di mobil taksi sambil menikmati pemandangan kota yang selama ini dia idamkan untuk disambangi.

"Langsung ke rumah Jeno Yon?" tanya Anna entah keberapa kalinya sejak turun dari pesawat. Pemuda itu tidak punya pilihan lain selain mengangguk dan mengatakan "Iya, Anna." Dengan penuh penekanan di iringi nada gemas dan kesal. Kepalanya serasa ingin meledak karena pertanyaan yang muncul berulang tanpa jeda.

Mereka menelusuri jalan dengan terkagum-kagum pada penataan kota yang begitu rapi. Berbeda dengan Bandung, atau Jakarta. Walau sebenarnya mereka pernah melihat pemandangan yang sama di Amerika.

Setelah sekitar satu setengah jam berada di mobil, akhirnya mereka sampai di kediaman keluarga Lee. Rumah berwarna coklat vintage dengan gerbang besar membentang dari ujung ke ujung. Tidak lupa di lengkapi CCTV yang bergerak mengikuti sensor manusia.

Setelah menekan bel beberapa kali membuat seseorang berseragam  seperti satpam membuka celah kecil pada pagar.

"Who are you?" ucap si satpam yang berumur sekitar 50-an terlihat dari rambutnya yang memutih tertytup topi.

*Siapa kalian?

"Can you let me and my friend in? We are Jeno's friends from America," jawab Leon sambil menunjuk Anna. Tanpa disangka Pak satpam ber- name tag 'Sungcheol' dalam bahasa hangeul itu membuka pintu dan keluar.

*Bisakah kamu membiarkan saya dan teman saya masuk? Kami teman Jeno dari Amerika

"Jeno-ssineun not in this-a-em. Not in home, He is in Apartement. Yes yes!" Logat khas orang Korea-nya keluar. Untung Anna dan Leon mengerti apa yang dia katakan.

*Jeno tidak ada di rumah, dia ada di apartemennya. Ya ya!

"So where is the address of Jeno Apartement?" tanya Anna gemas, ayolah dia tidak punya waktu untuk hal seperti ini. Rasa rindunya semakin membuncah sejak sampai di bandara.

*Jadi dimana alamat Apartemen Jeno?

"Ah, Wait a minute!" Pak Sungcheol masuk ke dalam lalu kembali membawa kertas kecil berisi alamat. Ini amat sangat merepotkan asal kalian tahu.

***

.

..

...

....

yayaya lala tau pendapat kalian soal ini. Ampas? oke oke lala mengakuinya. tapi nulis ini butuh effort bgt ehehe:) next chap bakal lebih di usahakan lagi. jgn lupa vomment. <3

-Saranghandan author 

Sebuah kesalahan [End] Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora