11. Annalea

298 18 1
                                    

11. Annalea

Maaf untuk janji yang pernah menjadi harapanmu bertahan namun aku patahkan begitu saja.

-Alan

[Now Playing]

Happier - Olivia Rodrigo

00:19 ━━━━⬤─────── 03:35

↺ << ll >> ⋮≡

So find someone great but don't find no ones better. I hope you're happy but don't be happier.

***

Tepat, selama ini Anna tahu bahwa kehamilan Alea hanyalah bualan belaka. Sebelumnya saat Alan datang ke Amerika yang membuat Anna kabur kesetanan. Juga saat dimana Alan memberi undangan itu pada Anna.

Malamnya, kakak sambung Alea─Mita curhat padanya tentang Alea yang malah baik-baik saja saat mengetahui kehamilannya. Aneh bukan?

Bingung, tentu saja. Bagaimana bisa dia bahagia dengan keadaan dimana anak yang di rahimnya adalah anak dari pacar sahabat baiknya sendiri. Jadi Anna meminta Mita untuk terus mengawasi Alea.

Hubungan Mita dan Alea memang tidak cukup baik bagi kakak dan adik tiri. Jadi mudah saja mengorek sesuatu tentang Alea dari Mita. Dimulai dari kecurigaan itu Mita terus memantau tindakan Alea dirumah.

Anehnya, saat sedang hamil. Saat Mita mengikutinya  ke warung  bahkan Alea membeli pembalut dan memakainya saat dirumah. Dan itu semua terbukti dengan tindakan Alea siang ini.

Anna dan Leon di ruang tamu kediaman keluarga Alea yang pendekorannya sudah selesai. Mereka dipersilahkan mengobrol secara baik-baik.

"Jadi Lea, kamu beneran nggak hamil?" tanya Alan lembut sambil menatap mata coklat Alea. Tangan lentik dari wanita kulit pucat itu mengepal masih menahan amarahnya pada Anna yang baru saja meluap.

"Terus apa? Alan gak bakal jadi nikahin Lea, gitu?"

"Karena Alea tau, Alan masih ada rasa kan sama Anna? Perempuan yang beneran ngandung anak Alan." Mata Alea kembali berkaca, dadanya naik turun menahan emosi agar tidak mengeluarkan air mata. Mata Anna mengerling malas mendengarkan dua sejoli yang bisa-bisanya berbuat seperti itu di depan matanya sendiri.

"Nggak, kamu salah" Alan menggeleng lalu menggenggam tangan Alea.

"Maksud Lo apa Lan? Terus kemaren lo ke Amerika mau ngapain? Permainin Anna?!" Suara Leon naik satu oktaf sambil bersiap mengepalkan tangannya.

"Alan ke Amerika?" Alea seperti orang bodoh yang tidak mengetahui apapun.

"Itu, gue cuma mau pastiin perasaan gue buat siapa. Tapi saat liat Anna, rasanya hampa. Mata Anna, sikapnya, semuanya bukan jadi milik gue lagi." Terdengar sedikit penyesalan dalam nada suara Alan. Wanita di sampingnya menatap mereka tidak percaya.

Entah mengapa Anna malas berbicara, dia hanya menenangkan Leon kalau-kalau dia emosi lagi. Dia sudah amat sangat lelah dengan masa lalu yang terus menghalanginya menerima mentari pagi.

Anna kira semuanya akan berakhir setelah dia mengatakan itu semua pada Alea. Tapi tidak, malah Anna yang kena mental saat pecahan botol kaca nyaris menyentuh wajahnya.

"Kita pulang dulu," ujar Leon lalu bangkit sambil menggenggam erat tangan Anna.

"Lo, udah gue bilang gak usah ke sana." Leon menatap tajam mata coklat Anna saat memakaikannya sabuk pengaman. Wanita berbadan dua itu hanya menunduk merasa bersalah "Sorry, gue gak akan ulangi lagi."

"Leon?" panggil Anna.

"Hmm?" Leon menaikkan sebelah alisnya.

"Lo suka sama Alea?" pertanyaan Anna membuat Leon membulatkan matanya lebar dan malah jadi bingung harus bereaksi bagaimana. Leon menelan ludahnya, kerongkongannya terasa kering sekarang.

Sebuah kesalahan [End] Where stories live. Discover now