6. The Kind of Anna

586 28 9
                                    

6. The Kind if Anna

Somedays i kind, somedays i can be a b*tch.

-Annα

[Now Playing]

After the heart break- Brillie von hugel

00:15 ━━━━⬤─────── 02:35

↺ << ll >> ⋮≡

***

Anna langsung menyenggol Alan dan keluar dari gedung Apartemen Leon. Bahkan tanpa menggunakan jaketnya yang tadi tertinggal di meja ruang tv. Tapi lebih lelah lagi rasanya yang seolah dipermainkan Alan tanpa jeda.

Leon berusaha memanggil Anna diatas balkon, tapi percuma. Anna terus berlari tanpa henti sambil menyeka air di pipinya. Dan Alan di biarkan saja tanpa disuruh masuk. Jeno yang kebingungan menyuruh Alan duduk.

Leon terpaksa berlari mengejar Anna hingga Ia sampai di depan rumahnya. Berlari dari gedung Apartemen menuju rumah Anna ternyata lumayan membuatnya kelelahan juga. Anna terduduk di teras rumahnya.

"Yon, gue pusing bang-" tak menyelesaikan kata-katanya tubuh Anna terjatuh ke lantai karena hilang kesadaran. Leon panik, tentu saja. Dia segera menyetop taksi dan menggendong Anna memasukkannya kedalam mobil.

Membawanya ke rumah sakit sambil berdoa agar Anna baik-baik saja. Sungguh, Leon dibuat pusing sekaligus bingung dengan kehadiran Alan yang tiba-tiba. Dan itu membuat Anna goyah dengan prinsipnya tentu saja.

***

"I'm okay Yon. Lo ga usah panik gitu." Anna yang terbaring di ranjang rumah sakit berusaha menenangkan Leon yang tadi menerobos masuk saat Anna sedang di tangani dokter.

"Gak panik gimana? Lo lari tanpa mantel sambil nangis dan pingsan di depan gue, siapa yang gak akan panik Na?" Leon menggebu-gebu.

"Lo belom bilang sama Mama Papa kan?"

"Belom, gue juga gak mau mereka khawatirin lo. Cuma soal Alan, kayanya gue bakal cepet kash tau mereka" jelas laki-laki yang jadi idaman cewek sekolah ini.

Mendengar tentang Alan, Anna kembali merasakan nyeri di dadanya. Masih ada kisah yang belum dia tegaskan untuk selesai. 'loser' Anna membatin. "Kok bengong? Kenapa? Mau balikan lagi sama dia hah?" Leon malah menjadi emosi sendiri.

"Gue gak bego buat di sakitin dua kali." jawab Anna dengan nada tegas.

"Lo itu bego Na. Kenapa malah pergi coba? Kalo gue jadi lo, udah gue abisin tu orang. Cakar kek, jambak kek"

"Gue punya cara gue sendiri" Anna hanya tersenyum smirk. "Gausah numbalin gue ya. Gue tau isi otak lo saat ini" ujar Leon tidak mau tahu Anna langsung memajukan bibirnya.

"Padahal rencananya udah pasti bagus banget loh. Dia juga bakal sakit hati banget kalo lo yang jadi sasaran empuk gue. C'mon lah Yon" Bujuk Anna. "Gue gak bisa ya Na. Lo pura-pura sayang lebih dari sahabat sama gue. Gak banget" Leon memegang dahi Anna memeriksa suhu badannya.

"T-tapi gimana kalo itu emang beneran terjadi?" Anna menatap kosong ke langit-langit.

"Ngaco"

Anna tersenyum kecut, Leon tidak merasakan hal yang sama. "Na, gue gatau bakalan bertahan lama atau nggak disini" Tiba-tiba Leon membuka suara.

Anna mengernyitkan dahinya "Kenapa?"

"Duit warisan gue menipis. Gak tau bisa bertahan berapa lama lagi"

Anna menghela nafas lega "Kalo soal itu lo gak perlu bingung. 'kan ada gue" ujarnya bangga. "Yakali gue terus andelin lo buat hidupin gue? Gak mungkin Na" cekal Leon membuat Anna berpikir.

"Lo bikin Blog aja, gue selama ini dapet jajan tambahan dari sana." kata Anna santai.

"Ngerintis dari awal susah Na, Bisa-bisa gue kena mental. Se-iyanya blog gue ramai pengunjung gak cukup buat hidupin gue."

"Soal itu nanti kita pikirin lagi. Gue mau pulang, disini ga enak sumpah. Serem"

"Setan mulu yang ada di pikiran lo"

Anna hanya terkekeh lalu berusaha bangkit dan duduk. "Lo yakin mau pulang sekarang Na?" tanya Leon memastikan. Anna mengangguk mantap "Kenapa?" tanya Anna balik.

"Alan"

"Dia, cuma masa lalu bagi gue. Kemarin adalah kenangan, besok adalah rencana, dan Sekarang adalah sekarang." jelas Anna walau dia berkali-kali menanyakan hal itu pada hatinya. Leon membantu Anna berjalan ke lorong tunggu rumah sakit.

Jeno ada disana, bersama Alan yang merasa sangat bersalah saat melihat Anna. Duduk seolah menunggu tapi entah menunggu apa.

"Hai" sapa Anna entah untuk keduanya atau hanya untuk salah satu. "Sudah baikan?" tanya Jeno sedikit khawatir pada teman barunya itu.

"Emang gue kenapa?" ini Anna, tak pernah menunjukkan rasa sakitnya pada siapapun kecuali yang ia anggap keluarga. Jeno malah tersenyum meremehkan "Iya deh" jawab Jeno dengan cepat.

"Ayok Yon. Gue ga betah ada disini, udah malem" Anna menggerutu. Mereka akhirnya pulang mengantarkan Anna kerumahnya menggunakan mobil Jeno yang katanya baru dikirim orang tuanya.

Sepanjang perjalanan Alan hanya diam. Tidak
ada percakapan yang melibatkan Alan. Seolah disana hanya ada Anna, Leon, dan Jeno tanpa Alan. Padahal sebab keempatnya ada di mobil itu sekarang tidak lain adalah Alan.

***

"Nona, baru pulang?" tanya Aunty Mel utusan ibunya. "Iya, habis beres-beres. Maaf agak malam" jawab Anna sopan. "Malam? No, ini masih sore bagi anak muda seumuran kalian" Aunty Mel malah terkekeh sendiri.

"Rame sekali? Dia siapa?" Aunty Mel menunjuk Alan dengan kepalanya. "Teman" jawab Anna singkat, padat, dan jelas. Alan menatap Anna tidak terima sedangkan orang yang di tatap hanya tersenyum smirk sambil duduk di sofa.

"Gak akan balik?" tanya Anna to the point.

"Ngusir, bilang makasih kek. Udah dianter pulang gratis" cibir Leon kesal.

"Hehe, makasih ya Jen tumpanganya. Makasih juga Yon udah bantuin gue" ujar Anna tulus. Alan menunggu namanya disebut. Tapi siapa dia? Bahkan yang menyebabkan Anna masuk rumah sakit adalah Alan.

"Mau makan dulu nggak?" tawar Anna pada Jeno yang sudah memberinya Jajangmyeon yang enak tadi "Boleh. Saya Lapar" jawab Jeno sambil mengusap perutnya. "Yaudah, gue masak Nasgor dulu. Bentar ya" Anna bangkit dan langsung berjalan ke dapur.

"Nona tidak usah memasak. Biar Aunty saja ya?" sela Mel. Anna menggeleng "Gapapa Anna aja. Lagi pengen makan masakan sendiri. Oh iya ada nasi kan?" Aunty Mel merasa tidak enak karena seharusnya ini tugasnya.

Mel membantu Anna memasukan bahan-bahan masakan ke dalam wajan. Anna meracik bumbu dan mengaduknya. Setelah masakannya siap Anna menyerahkan sisanya pada Aunty untuk menyajikannya di meja makan.

"Wanginya enak sekali Anna" Puji Jeno sambil menghirup dalam udara yang dia cium. "Anna itu ahli masak Nasi goreng, Mie goreng semua yang goreng-goreng" kata Alan dengan sangat bangga.

"Tapi dia mageran anaknya." Leon sambil melirik Anna "Tiap pagi harus dianterin bubur atau nasi uduk. Kalo mager nyuap ya gue yang suapin" mendengar pernyataan Leon, Anna hanya terkekeh kecil "Iya tapi kadang makanannya dia makan juga."

"Jadi yang sebenarnya pacar Anna itu siapa? Leon atau Alan?" Jeno kebingungan sendiri jadinya. "Alan" jawab Alan sendiri, sedangkan Leon melirik Anna meminta pembelaan "Gak keduanya. Gue single for live" tukas Anna pada Jeno.

***

┏━━━✦❘༻༺❘✦━━━┓

Jangan lupa untuk vote
karena itu membuat saya
semangat melanjutkan
cerita ini terimakasih

┗━━━✦❘༻༺❘✦━━━┛

Sebuah kesalahan [End] Where stories live. Discover now