3. ຣᥱlamat Tinggal Bandung

1K 51 0
                                    

3. Selamat Tinggal Bandung

Maaf, karenaku kalian terluka. Aku berjanji, akan hidup lebih baik disana. Selamat tinggal Bandung, Selamat tinggal rumah. Selamat tinggal, Alan.

-Annα

[Now Playing]

Kisahku-Brisia Jodie

00:15 ━━━━⬤─────── 03:35
↺ << ll >> ⋮≡

***

Rima menceritakan semua hal tanpa terkecuali pada Leon. Laki-laki dengan Hoodie biru Dongker itu turut prihatin dan tentunya sakit hati mendengar perlakuan Alan pada sahabatnya.

"Gimana kalo Leon aja yang jagain Anna disana? Tante juga pasti banyak keperluan kan buat bantuin om Arga?" Leon inisiatif menawarkan dirinya.

Tapi Rima menggeleng "Biarkan seminggu ini tante yang jagain Anna, seminggu ini jadwal tante di kosongkan jadi bisa temani Anna dimasa sakitnya. Tante juga gak mau repotin kamu," Jelas Rima.

"Gak repot sama sekali tante. Leon sebagai sahabat Anna tentunya harus ada disaat titik terendah dalam hidup dia kan? Saya mohon tante, biarin saya ikut." Kata Leon dengan wajah memelas.

Rima menghela nafas, dia paling tidak bisa jika tidak mengabulkan permohonan Leon dari dulu.

"Yaudah" akhirnya Rima menerima tawaran Leon. "Tapi-" lanjut Rima, "Iya Tante, Leon lanjutin sekolah di USA bareng sama Anna. Gapapa kok, beneran. Leon juga udah lama pengen sekolah di sana" potong Leon saat Rima belum menyelesaikan kalimatnya.

"Dasar cenayang" kekeh Rima sambil memukul pelan lengan Leon. "Pesawatnya berangkat 4 jam lagi Leon, kamu mendingan pesan tiket sekarang" titah Arga membuat Leon membentuk hormat dengan jarinya.

"Siap bos!"

Entah mengapa perasaan Leon tak menentu, Disatu sisi dia sedih melihat sahabatnya ditinggal laki-laki brengsek tapi di sisi lain Leon bahagia karena dia mengetahui bahwa Anna sudah tidak ada pawangnya.

Leon segera membuka hpnya dan memesan tiket yang untungnya masih tersisa 2 tiket lagi.

***

"Udah siap semua 'kan sayang? Gak ada yang ketinggalan?" Rima memastikan semuanya sudah siap karena Arga sudah menunggu mereka di mobil.

"Udah Ma, Koper juga udah masuk semua ke Mobil." Anna menjawab seadanya.

Motor Leon masuk ke pekarangan rumah. Anna menautkan kedua alisnya "Loh? Ngapain Lo kesini? Bukannya tadi buru-buru pamit pulang?" Perempuan berhoodie oversize itu menatap Leon keheranan.

"Ho'oh buat bawa baju, soalnya kepepet. Jalan dari Bandung ke Bandara Soetta kan lumayan. Jadi harus buru-buru dong?" jelas Leon.

"Lah lo ikut gue ke USA?" tanya Anna karena tak ada yang memberitahunya tentang Leon yang ikut bersamanya ke USA.

"Mama lupa kasih tau, maklum sibuk siapin ini itu. Gapapa kan kalo Leon ikut?" Rima membantu Leon memasukan tas besarnya ke mobil.

"Ya, gapapa sih. Tapi dia kan harus sekolah?" Anna merasa tidak enak jika karenanya banyak orang yang menderita.

"Gapapa na, Lo kan tau sendiri gue udah dari lama pengen pindah sekolah ke USA? Tadinya mau tahun depan beresin dulu semester 1 tapi berhubung ada lo. Jadi gue percepat hehe ..." Leon membukakan pintu untuk Anna.

Sedangkan Anna hanya mengangguk-angguk kecil, mengerti.

***

Arga memarkirkan mobilnya di rest area tol, padahal sedikit lagi sampai bandara Soetta. Gak kuat laper katanya, akhirnya semua orang menurut dan ikut keluar mobil. Memasuki rumah makan Solaria dan memesan makanan.

Perjalanan Bandung-Bandara Soetta tidak membutuhkan waktu lama karena jalanan sangat lengang. Anna duduk dengan ibunya menunggu makanan diantar. Sedangkan Leon dan Arga di luar menghirup sebatang rokok sambil menikmati udara yang sebenarnya panas.

"Om gak habis pikir sama Alan, bisa bisanya dia gak tanggung jawab kayak gini. Om menyesal mengizinkan Anna jalan sama Alan. Ini semua salah om, kalo aja om nggak izinin Alan buat macarin Anna. Anak perempuan semata wayang om gak akan hancur kayak gini." Rutuk Arga pada dirinya sendiri.

"Ini bukan salah om. Gausah di pikirin lagi ya om? Lagian semuanya udah terjadi. Kayanya juga Anna udah ga terlalu mikirin soal Alan lagi, jadi om gausah mikirin laki-laki kayak dia lagi." Leon menenangkan Arga yang terlihat sangat frustasi dibalik diamnya.

Arga tersenyum kecil dan menepuk bahu Leon beberapa kali.

"Kamu kalo mau ngerokok di USA jangan didepan Anna. Inget, dia harus sehat-sehat loh Yon" Pernyataan yang membuat Leon terkekeh lalu mengangguk kecil.

Laki-laki berjas hitam itupun beranjak pergi ke dalam restoran dan mematikan rokoknya.

"ADUHHH" tiba-tiba Arga memegang perutnya.

"Kenapa om? Om gapapa kan?" tanya Leon panik.

"LAPAAR" sambung Arga sambil jalan cepat menuju meja Anna dan ibunya.

Leon tidak habis pikir pada orang yang Anna sebut Papa itu. Bisa-bisanya orang yang ia segani bercanda seperti tadi. Padahal selama ini dia terlihat tegas dan galak. Tapi Anna benar, Papanya penyayang dan hangat.

"Oh iya Pa, Soal Alan. Papa gausah apa-apain dia disini waktu Anna di Amerika ya? Biar Alan jadi urusan Anna," Ucap Anna sambil menyantap makanannya.

Arga berhenti mengunyah steak sapi-nya "Ya gak di apa-apain paling..." Arga tidak melanjutkan ucapannya dan menggedikan bahu tidak peduli. "Pokoknya, gausah di apa-apain. Titik. Kalo sekalipun Anna denger Papa gebukin Alan atau apapun itu. Anna bakal marah sama Papa sebulan" Sela Anna, ini demi kebaikan Papanya juga.

"Na? Kamu masih aja sayang gitu sama dia? Setelah dia nelantarin kamu dan gak tanggung jawab kayak gini?" Arga benar-benar tak habis pikir dengan anak kesayangannya ini.

"Bukan gitu Pa, tapi ntar kalo Papa apa-apain Alan. Apalagi kalo sampe emosi Papa gak ada yang bisa redain, itu bahaya. Bukan cuma buat Alan tapi buat Papa juga." Jelas Anna pengertian.

Arga mengangguk kecil, benar juga perkataan Anna. Apalagi akhir-akhir ini emosinya sedang tidak stabil karena pekerjaan yang menumpuk di kantor.

"Iyadeh. Gak akan di apa-apain. Tapi kalo tiba-tiba Papa gak bisa ngontrol emosi gimana?" tanya Arga.

"Kalo gitu, Mama temenin Papa disini. Biar aku sama Leon aja yang ke USA. Anna tau kepercayaan kalian sama Anna udah berkurang 'kan? Tapi Leon? Kalian pasti percaya sama Leon." Kata Anna sambil menatap Leon yang sedang menatap kebingungan ke arahnya.

"Mama juga mikir gitu sih. Cuma, apa kamu bakal baik-baik aja disana?" tanya Rima meyakinkan. Anna mengangguk "Kamu beneran  yakin sama keputusan kamu Na?" Arga yang kini cemas.

"Iya Ma, Pa. Dan sekali lagi, Anna minta maaf udah hancurin kepercayaan kalian" Bulir bening dari mata Anna tidak bisa ditahan lagi rasanya. Dia sudah mengecewakan banyak hati, bahkan orang tuanya sendiri. Juga Leon.

***

┏━━━✦❘༻༺❘✦━━━┓

Jangan lupa untuk vote
karena itu membuat saya
semangat melanjutkan
cerita ini terimakasih

┗━━━✦❘༻༺❘✦━━━┛

Sebuah kesalahan [End] Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ