40. Keluargaku

Mulai dari awal
                                    

Arya tersenyum dan memberi kode pada Hera untuk kemari dan ikut bersama mereka bertiga.

"Arya apa-apaan ini!"

Perlahan langkah Hera mulai mendekati ketiga orang dewasa itu, tubuh Alora dengan cepat berdiri dan hendak menghampiri Hera namun ditahan oleh Arya cepat.

"Aku rasa ini saatnya, berdamai dengan semuanya Alora." ucapnya, membuat Alora pasrah begitu saja.

"Mah." panggil Hera.

"Kamu ngapain disini Hera, seharusnya pulang kerumah kan."

"Hera, duduk sini." panggil Arya, membuat Hera beranjak duduk.

Dilihatnya Alora dan Yolan yang masih diam ditempat menatap Hera.

Dengan raut datar Hera memegang pergelangan tangan Alora, "Duduk mah, apa gak capek berdiri terus?" ucapnya.

Keduanya duduk, begitupun Arya juga ikut duduk. Hera menatap Alora dan Yolan secara bergantian.

"Kayak mimpi rasanya, duduk satu meja kayak gini sama kalian berdua. Apa kabar pak? Maksud saya, apa kabar ayah...." Hera sedikit bergetar tatkala memanggil Yolan seperti itu, namun dirinya harus profesional.

"Saya baik, bagaimana kamu Hera?" tanya Yolan balik.

"Seperti yang ayah lihat, aku selalu baik-baik saja." jawabnya dengan santai.

"Saya rasa kita harus pulang Hera, sudah sore kamu pasti capek dari sekolah langsung kesini kan?" Alora hendak berdiri menarik tangan Hera namun Hera menahannya.

"Bentar mah, ayah Hera disini kita baru ketemu. Mamah apa gak mau menjelaskan sesuatu ke Hera? Kalian ini berhutang penjelasan pada Hera." tegasnya pada Alora.

"Apa yang perlu dijelaskan Hera!" ucap Alora pada Hera dengan menahan kesal.

"Mamah kok nanya Hera, semuanya udah jelas loh. "

"Hera...."

"Mah, aku tau rasa sakit mamah jauh lebih dari apapun. Tapi apa harus Hera yang jadi pelampiasan atas kesalahan ayah selama 18 tahun ini?"

"Hera jangan begitu pada mamah kamu." imbuh Yolan pada Hera.

Hera yang tadi menatap Alora, kini beralih menatap Yolan dengan datar.

"Kalau begitu jelasin sama saya, kenapa?" ucap Hera cepat.

"Saya yang salah, mama kamu sudah banyak menanggung beban berat selama ini, jangan sampai bebannya bertambah lagi nak. Saya yang pergi begitu saja, saya yang terlalu memaksakan keadaan tanpa melihat resiko yang ada."

"Ini salah saya, yang berhak kamu hukum itu saya nak. Saya berharap kamu tidak akan pernah tahu bahwa saya ayah kamu, tapi saya salah...."

"Ayah tidak pernah mencari keberadaan saya?" tanya Hera.

Yolan menggeleng, "Saya pikir Alora telah kehilangan kamu karena yang saya tahu, Alora seorang wanita single tanpa anak. Oleh karena itu saya tidak pernah mencari keberadaan kamu."

"Maafkan saya ... Hera." ucap Yolan menundukkan kepalanya.

"Aku marah pada mamah, ayah... Aku marah banget, tapi denger ini dan tahu ini semua jauh lebih membuat aku legah." tutur Hera yang perlahan air matanya berjatuhan.

"Mamah, maafin ayah kan?" tanya Hera pada Alora.

"Hera...."

"Mah, Hera gatau sampai kapan Hera bisa bertahan, udah capek banget rasanya mah."

"Kamu bicara apa Hera, kamu kuat. Saya ada disamping kamu, selalu...."

"Alora, untuk Hera saya mohon maafkan saya. Walaupun saya tahu permohonan maaf tak cukup untuk kamu, terlalu banyak kesalahan saya pada kamu." jelas Yolan pada Alora.

"Apa papa saya sempat menemui kamu hari itu?" tanya Alora.

"K-kamu tau?" ucap Yolan.

"Jawab saya, iya atau tidak Yolan."

"Iya, hari itu papa mu menemui saya dan...."

"Saya minta maaf atas kesalahan ayah saya, dan saya juga memaafkan kesalahan kamu." tutur Alora.

Yolan mendongakkan kepalanya dan menatap Alora dengan raut wajah bahagia, ditatapnya juga Hera yang tersenyum sangat tipis.

Arya yang sejak tadi mendengarkan ketiganya turut tersenyum, beralih menatap Hera yang terus menatap kedua orang tuanya.

"Anak hebat...."


****

Levi berjalan dengan membawa dua wadah eskrim ditangannya, mengahampiri Hera yang duduk dikursi didekat kompleks mereka.

"Nih." ucapnya pada Hera.

"Thanks Vi."

"Lagi bahagia kayaknya, nyokap Lo udah maafin bokap Lo." ujar Levi membuat Hera mengangguk pelan.

"Gue tuh terlalu baik sama orang Vi, pak Yolan jahat udah ninggalin gue sama mamah, tapi gue gak bisa marah sama dia." tutur Hera seraya menatap kosong kearah eskrimnya.

"Justru gue salut sama Lo Hera, Lo gak dendam jadi orang, Lo tulus sama orang." ucap Levi pada Hera.

"Gitu ya...."

"Hera." panggil Levi.

Hera menyahut dan menatap Levi, "apa?"

"Yura sama Jehan belum tau soal Lo?" Hera menggeleng, dirinya tak tega memberitahu keduanya.

"Why?"

"Gue gamau dikasihani Vi, nanti orang anggep diri gue lemah dan gue gasuka itu." ucap Hera.

"Mereka khawatir Ra, bukan anggep Lo lemah. Kasih tau mereka ya masa Lo tega sahabat sendiri gak tau tentang Lo." ujar Levi.

"Nanti Vi."

"Kalau Lo ga sanggup bilangnya, gue yang bakal bilang Ra." Hera menggeleng.

"Gue aja, tapi nanti."

"Jangan terlalu lama." peringat Levi pada Hera, membuat gadis itu mengangguk.

"Levi...."

"Kira-kira mama gue bakal bisa sama-sama lagi gak, sama pak Yolan?" tanya Hera.







To be continued

Next
Kapan-kapan pagi^^

1. PASSING BYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang