Penjahat Rasa

0 0 0
                                    

Tahukah Anda kejahatan paling kejam dan tak layak jika dihukum pidana? Jelas penjahat rasa.

Aku pribadi sebagai seorang psikiater menyimpulkan demikian, sebab banyak yang datang dengan berbagai diagnosa, didasari oleh luka rasa.

Jujur, aku sendiri tidak tega melihat pasienku—yang selalu kuanggap saudara. Mereka harus menegak anti depresan dan mirisnya, beberapa ada yang sampai lelah—mengakhiri hidup.

Kenapa aku tahu jika mereka ada yang meninggalkan semesta? Sebab hampir semua selalu menghubungiku untuk berpamitan.

Bisa dibayangkan tentu tidak. Karena apa yang kita bayangkan tentang mereka bisa jadi jauh dari kenyataan.

Lihat sosok di depanku—Nana; gadis berusia 17 tahun, yang sudah menderita depresi berat bahkan, sebelumnya pernah kehilangan jati diri.

Orang tuanya mengatakan jika sebelumnya dia sosok periang, tetapi dia menjadi sosok pemurung usai ditinggalkan sang kekasih.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu aku berhasil memancing dia bercerita.

Dia berkata, jika awalnya dia mengagumi seorang teman laki-laki—Ramos, murid yang cukup tampan dan terkenal pintar.

Segala usaha sudah dikerahkan, bahkan rela menjadi bahan bullying Ramos dan teman-teman. Dan tibalah di mana dia menyatakan rasa suka, yang ternyata diterima Ramos.

Dari sejak itu dia mulai menjadi sosok yang lebih periang dari biasanya. Hampir tiap hari membuatkan bekal untuk Ramos bahkan sang pacar sudah berjanji akan menikahi dia, setelah lulus.

Bahkan terlalu cinta lebih tepatnya dibodohi cinta, atau termanipulasi, dia mengeluarkan uang yang nominal awal kecil lama-lama besar. Orang tua dia tidak pernah tahu, hanya tahu jika dia berpacaran dengan teman sekolah.

Dalam hubungan asmara dia selalu dihina, semakin dibully, dimanfaatkan. Sampai suatu ketika, Ramos meminta dia untuk menyerahkan keperawanan dengan janji akan segera dinikahi.

Awalnya dia menolak tetapi karena Ramos memanipulasi, dengan kata cinta (kelemahan) dia, akhirnya dara pun diterobos dengan milik Ramos.

Dia percaya, karena waktu Ramos meminta ketika beberapa bulan ke depan akan melaksanakan ujian.

Puncaknya saat dia lelah oleh sikap Ramos bahkan, saat dia tahu sperma Ramos berhasil menjadi janin.

Dari situlah dia hancur; disiksa orang tua; dihina; dikeluarkan dari sekolah, membuat mental dia down. Parahnya Ramos pergi begitu saja, dan ketika dimintai tanggung jawab, malah berkelit sesama mau.

Sebab kemarahan, sedih, kecewa, takut dan rasa sakit yang menumpuk membuat dia harus ke psikiater seminggu 2×

Dari cerita dia aku semakin kasihan, sebab dimasa remaja dia harus memikirkan anak—yang baru berumur 1 tahun, tanpa seorang suami.

Tepat pada aniversary jadian dia dengan si mantan, dia mengakhiri hidup sembari menggenggam cincin, surat, serta foto si laki-laki tersebut.

Dan kata pamitan yang dia ucapkan,

"Kalau aku udah gak ke sini, tandanya aku sudah damai dan gak minum obat lagi."

Tamat!

Cerpen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang