tidak diinginkan

0 0 0
                                    

"Anak pungut!"

Aku-- Ana mematung, menerima tamparan dari ibu. Sakit mendapatkan pukulan dari ayah. Setelahnya berlalu menuju kamar, menumpahkan segala rasa sakit.

Tidak hanya pukulan tapi juga cacian. Tidak ada tempat untukku bersandar. Begitupun kehidupanku di sekolah.

Setiap harinya aku selalu mendapat penindasan. Seringkali aku pulang terlambat karena menerima ke usilan temanku.

Untuk melaporkan pada guru aku tidak berani, aku terlalu takut untuk berbicara. Lebih baik aku menerima segala perlakuan mereka.

Hari-hariku dipenuhi dengan tangis, tiada hari tanpa air mata. Aku tidak berani melawan meski sekedar berpendapat saja.

Selain itu, aku selalu melihat kedua orang tuaku bertengkar. Apalagi ayah yang selalu menyalahkan dan memukul ibu, yang terkadang membuatku ketakutan. Ingin melerai tapi tidak bisa.

Tiga hari berlalu begitu cepat. Namun, kehidupanku semakin rumit. Ayah semakin kasar dan semena-mena, sedangkan ibu tidak pernah memperdulikanku.

Rumah menjadi tempat singgah sekaligus penjara. Aku selalu dituntut untuk membersihkan segalanya, atau bogem mentah yang kuterima.

Namun, terkadang aku iri dengan adikku--Rizal, selalu di banggakan tanpa ada cacat sedikitpun. Aku juga ingin merasakan hal yang sama, tapi sepertinya tidak mungkin.

Percuma saja aku mengharapkan keadilan, jika yang aku dapat sebuah penderitaan yang tidak berujung. Kesalahan kecil yang kulakukan akan menerima hukuman yang besar.

Semua perlakuan mereka meninggalkan sebuah tanda tanya untukku, membuatku diterpa rasa bersalah. Ketakutan selalu menghantuikumenghantuiku, menjadi mimpi buruk setiap malamnya.

Apa ada kebahagiaan nantinya? Ya, Sepertinya mustahil.

Tidak hanya orang tuaku tapi Rico juga memperlakukanku seperti hewan. Terkadang aku disuruh memakan makanan sisanya. Ketika aku menolak Rico akan mengadu, tentu saja tamparan yang kembali kuterima.

Terlebih ibu selalu mempercayai Rico, membuatku tidak ada peluang untuk berpendapat. Aku juga selalu di tuntut untuk meraih juara satu, namun apa daya dengan kemampuanku yang tidak seberapa.

Setiap kali aku belajar, maka Rico akan menggangguku. Buku belajar milikku selalu diguyur kopi maupun coklat, membuatku harus menerima hukuman juga membayar denda esoknya. Tentu saja setelahnya ayah akan mengajarkan habis-habisan.

***

Tanpa terasa aku sudah berusia dua puluh lima tahun. Aku telah bekerja disalah satu toko roti. Namun sayang, kehidupanku tidak berubah. Aku masih terjerat oleh benang besi.

Setiap pulang kerja, aku selalu di lempar gelas kaca, sebagai pelampiasan kemarahan mereka.

Sejak kematian  ibu, ayah semakin tidak terkendali. Aku yang menjadi tulang punggung juga pelampiasannya.  Begitupun Rico tiada hentinya menyiksaku.

"Gua nyesel punya Kakak bego kayak lo!" ujar Rico.

Teguranku dibalas dengan depakan dari ayah. Selain itu, aku harus memberi uang setiap pulang kerja. Hal tersebut yang membuatku harus mencari kerja tambahan. Namun ketika terlambat pulang, kesengsaraan yang aku peroleh.

Dari kecil aku selalu mendapat siksaan, hingga aku tidak tahu rasanya di sayangi. Penderitaan silih berganti seakan tidak memberikanku jeda.

Semakin lama semakin menyiksa, ayah semakin mengekang juga menyakitiku. Hal itu, yang membuatku tidak memiliki seorang teman.

Selain itu ayah juga melecehkan 'ku, dan setiap kali aku menegur ayah semakin beringas dan hampir merenggut mahkotaku.

Aku tidak diperbolehkan mengenal pria bahkan hanya sekedar teman. Tidak hanya itu, aku juga tidak boleh berteman sesama wanita, meski teman kerja. Aku tidak pernah diberitahu alasan sebenarnya.

Ingin pergi tapi tidak memiliki tempat untuk bernaung, semuanya datar dan buntu. Aku tidak tahu siapa saja keluarga ayah dan ibu. Sejak kecil aku selalu dikunci dalam toilet saat ada pesta keluarga.

Aku hanya boleh keluar saat acara selesai, untuk membersihkan semuanya. Setelahnya aku harus siap menerima cacian.

Berkali-kali aku mendapat perlakuan buruk dari ayah juga Rico. Keduanya tidak henti-hentinya melecehkan 'ku. Pemberontakan yang kulakukan seolah tidak ada gunanya.

Hancur sudah hidupku, mahkota yang selama itu  aku jaga telah direnggut paksa, oleh ayah dan adik sendiri. Lebih parahnya ayah membiarkan teman-temannya ikut menggagahi 'ku.

Bawa aku pulang ke rumahmu, Tuhan. Aku lelah ....

Cerpen Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum