Ada perasaan yang tidak biasa ketika tangan Alvin menyentuhnya. Namun, ia tidak dapat menafsirkan bagaimana rasanya.

"Yuk."

Tidak protes, Vanta hanya mengikutinya. Berjalan menyusuri tangga hingga melihat kios-kios dan kafe tepi laut. Mereka mencicip beberapa jajanan di sana. Setelah puas, memilih duduk di salah satu bangku batu yang ada di sepanjang kawasan kuliner. Menghadap tepat ke laut.

"Udah merasa lebih baik?" tanya Alvin melirik Vanta yang sibuk memandangi laut.

Gadis itu menoleh padanya dengan sorot penuh tanya.

"Ada apa sebetulnya?" Alvin mulai mencari tahu.

"Apa? ... Kenapa?" Lagi-lagi Vanta balas bertanya. Dengan sikap yang seolah tidak apa-apa.

"Nggak usah pura-pura. Cowok tadi mantan lo kan?"

Sepasang mata hitam cantiknya yang mengilat membelalak kaget.

"Lo... gimana bisa..." Terpaku takjub, tidak percaya, heran, bagaimana lelaki ini bisa tahu. Jangan bilang Alvin sudah sejenis badan intelijen?

"Reaksi kalian aneh soalnya. Terus siapa cewek tadi? Apa hubungannya sama lo?" Tentu saja dia tidak bisa bilang kalau dia pernah membuka laptop Vanta dan melihat fotonya. Bisa mencak-mencak gadis itu.

Ini pertama kalinya Alvin penasaran dengan urusan orang lain. Selama ini dia tidak terlalu peduli dengan sekitarnya.

"Aahh, cuma cerita lama," elak Vanta membuang muka. Menghindari pembahasan tentang Leo dan Clarisa.

"Nggak mau ngasih bocoran nih? Padahal lo yang ajak gue. Berarti secara nggak langsung masalah lo malam ini masalah gue juga."

Vanta menarik senyum. "Nggak ada masalah apa-apa kok."

Ekspresi itu lagi. Raut palsu yang dibangunnya seakan dia baik-baik saja. Seakan tidak ada luka yang tersisa.

"Wah, ternyata gue cuma sebatas supir." Alvin meremas baju di bagian dadanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Memasang tampang sakit hati.

"Ih, bukan gituuu..." Dan ternyata, Vanta terpancing. Ada jeda sebelum gadis itu melanjutkan. "Ini... ada kaitannya sama masalah keluarga yang pernah gue ceritain."

"Mm-hm. Lalu?" Kedua tangan Alvin merentang, bertumpu ke belakang. Badannya condong ke belakang sambil mendongak menatap langit malam.

"Ceritanya panjang loh," jelas Vanta meniru posisi cowok itu.

"Nggak masalah."

"Lo yakin? Curhatan cewek biasanya ngebosenin juga,"

Alvin tersenyum lembut. Tanpa goyah dia menjawab, "Let's start that boring topic."

Menurut Alvin, yang namanya masalah dan hubungan dengan mantan itu harus dituntaskan sampai ke akar. Jangan sampai ada yang tersisa. Jadi, dia harus menguak semuanya malam ini dan membantu Vanta menyelesaikannya.

***

Empat tahun lalu.

"Lo ngobrol sama kakak kelas dua belas itu lagi?" tanya seorang siswi berseragam abu-abu dengan paras yang sangat cantik. Rambutnya panjang lurus sepunggung, mata bulat yang seperti boneka dan garis bibir yang yang unik membuat gadis ini sangat populer di sekolah.

"Eh, Sasa. Iya..." Vanta yang berdiri bersandar di depan selasar kelas tersenyum sambil memandangi ponselnya.

"Apa sih yang lo suka dari dia? Dia keliatan player tau, Ta!" Clarisa, temannya, sejak awal tidak pernah mengatakan hal baik tentang Leo. Sejak Vanta bercerita ada kakak kelas yang mengiriminya pesan, cewek itu langsung merespon negatif.

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]On viuen les histories. Descobreix ara