33 - Satu Lusin

Mulai dari awal
                                    

Al menatap punggung Reta dan Afra yang saling merengkuh. "Bahkan untuk sarapan pun, gue gak pernah di tawarin kayak tadi,"

*******

Setelah Alena dan Al berpamitan kepada Afra juga Reta. Motor Al langsung membelah kerumunan jalanan yang cukup sepi.

Alena tersenyum saat semilar angin menerpa wajahnya. Adem rasanya. Alena merentangkan kedua tangannya.

Al terkekeh melihat Alena dari kaca spion. Mempercepat lajunya sedikit agar cepat sampai di sekolah.

"AL," teriak Alena.

"APA?" balas Al tak kalah kencang.

"BESOK SUNMORY, RASANYA JUGA GINI YA?"

"LEBIH DARI INI!" ungkap Al jujur.

*******

Al sudah sampai di sekolah. Memarkirkan motornya di tempat biasa yang digunakan.

Alena melepas pengait helm, memberikan kepada Al. Lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan akibat angin.

"Thanks, seru tau! Biasanya gue naik mobil sama Ael, tapi ini naik motor," Alena menunjukan deretan giginya.

"Iya,"

"Yaudah yuk masuk," Alena tak sadar jika dia mengambil tangan Al dan menggandengnya.

Al hanya tersenyum sambil menatap tangan mereka. Senang rasanya seperti ini, seperti ada desiran aneh yang tiba-tiba muncul di tubuhnya.

*******

Skip istirahat; kantin.

Alena mengambil sebotol air putih dari kulkas milik salah satu toko disana. Membayarnya sesuai harga, dan kembali duduk di bangku yang sudah ada Ael.

Ael meneguk es miliknya. "Segar,"

Ting!

Kenan:

Lena, kalo gak sibuk ke rooftop sekarang, Ael juga.

Alena:

Ok

Alena menyimpan kembali ponselnya dan beranjak pergi dari kantin bersama Ael.

"Mereka ngajak kita lagi?" ujar Ael tersenyum penuh arti.

"According to plan dear,"

Alena membuka pintu rooftop. Netranya langsung melihat 5 cowok tampan dengan makanan berserakan dimana-mana.

"LENA sayang!" seru Aldo.

Alena mendengus sebal. "Pergi lo, buaya!"

Mereka yang ada disana hanya tertawa melihat wajah pias Aldo.

"Bercanda gue, Do," Alena menunjukan jari peace miliknya.

"Au ah," rajuk Aldo sok memanyunkan mulutnya. Rey yang berada di sebelahnya sontak memukulnya. "Monyong lo buaya! Virus!" sadis Rey.

"Emang buaya monyong?" Asep menyahut dengan kerutan di dahi. "Bukannya buaya itu punya-nya moncong?"

Rey terdiam. Skakmat. Sialan bocil satu ini.

Rey memberikan senyuman penuh kepaksaan kepada Asep yang kini menyengir lebar. "Nyengir lo kuda," gumannya pelan.

"Jadi, kenapa Ken?" ujar Alena kembali ke tujuan awalnya datang kesini.

"Gini, gue pagi tadi udah cek ke toko disana. Ternyata pemiliknya dan pegawai disana perempuan berumur."

"Ngapain lo disana?" gidik Rey. Masalahnya toko besar itu adalah toko peralatan dapur, yang pastinya ada tupperware. Cowok itu sedikit trauma akan tragedi tupperware yang sempat ia alami.

"Gue beli sendok 1 lusin," Kenan menggaruk tengkuknya malu lalu memberikan kepada Alena. "Gak enak cuman nanya doang, jadi sok beli aja,"

Alena tertawa sambil menerimanya. "Buat gue, Ken?"

"Iya, jadi gue ngerasa kalau lebih baik lo yang bilang kalau kita mau liat rekaman disana,"

"Sementara gue beli. Si Al yang liat-liat, disana ada gak CCTV yang ngarah kesana, untungnya ada."

Rey mengangguk paham. "Sesama perempuan, jadi bicaranya enak gitu, Len."

Alena terdiam sejenak. "Oke gue mau, tapi.." gadis itu tersenyum misterius. Kedua alisnya ia angkat bergantian.

"..BELIIN PIZZA!" teriak yang lain bersamaan.

Sogokan Alena : Pizza!

Sogokan Alena : Pizza!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A/n:

Jangan lupa tekan Bintang!
Hargai author oelisss

About AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang