La Maladroite

2.7K 197 0
                                    




La Maladroite = canggung

Regi melirik alarm di ponsel dan mengerang. Udara begitu dingin dan dia malas keluar dari balik selimut. Dari balik jendela terlihat langit yang berawan. Musim dingin sudah menyapa Paris. Walau belum turun salju namun suhunya mencapai delapan derajat. Tubuh tropis Regi kembali berontak. Kalau udara terlalu dingin pun mendadak muncul bentol-bentol merah di tangan dan kakinya. Dia harus membaluri dengan vicks. Selain pakai termal, baju pun didobel dengan sweter.

Regi malas untuk keluar berangkat kuliah. Bulan Desember sudah menjelang akhir semester. Beberapa mata kuliah pun sudah selesai ujian.  Namun, hari ini  ada satu ujian. Tidak mungkin dia bolos. Regi hanya sanggup untuk cuci muka dan membersihkan tubuh seadanya. Kalau winter jatah mandi tidak perlu setiap hari. Cukup dua hari sekali dan dia akan memutar shower pada posisi panas maksimal sampai seluruh kamar mandi tertutup uap panas.

"Bonjour," sapa Maya yang baru keluar dari kamar.

"Bonjour. Dingin banget," ucap Regi yang sudah menggunakan termal, ditimpa dengan skinny jins, t-shirt, sweter tebal, coat dan syal.  "Kamu enggak kedinginan?" tanya Regi heran.

Maya hanya menggunakan tight hitam, rok pendek kulit di atas lutut, sweter tipis dan beanie pink. Rambutnya terurai dengan indah.

"Biasa aja," jawab Maya santai.

Regi tergelak. Dia sudah sering melihat perempuan-perempuan Paris yang modis di musim dingin. Walau udara delapan sampai tiga derajat celcius, tetap berani menggunakan rok mini, stoking berjala-jala yang supertipis atau kemeja tanpa lengan. Sementara dia sudah seperti selimut berjalan.

"Setelah Ekonomi Makro kamu ada tes lagi? " tanya Maya ketika mereka sudah tiba di kampus.

"Tes bahasa Prancis masih minggu depan. Hari ini cuma kelas persiapan dan latihan soal," jawab Regi.

"Kalau gitu temani aku sebentar ke Franprix sebelum kelas kedua," pinta Maya.

"Aku udah janjian sama Mathias bikin esai tugas akhir," ucap Regi.

"Kalian satu kelompok? Nanti dia enggak bikin tugas lagi," ucap Maya seperti teringat cerita Regi.

"Sekarang dia udah berubah."

Regi memang sempat kesal pada Mathias yang pernah minta bantuan namun pada akhirnya malah dia yang ngerjain. Mathias pun minta maaf dan berjanjian tidak akan mengulangi. Ketika mereka dipasangkan dalam kerja kelompok di kelas bahasa Prancis, pria itu menunjukan ketertarikan. Dia juga yang berinisiatif untuk belajar bersama dulu. Dua kali mereka sudah belajar kelompok bersama.

"Oh'ya? Hati-hati kamu jangan terlalu baik sama dia," ucap Maya tak percaya. "Eh, orangnya datang," sahut Maya seraya menyenggol siku Regi.

"Bonjour, Regi, Maya," sapa Mathias ketika mereka sama-sama ada di depan pintu kelas.

"Bonjour," Regi dan Maya membalas secara bersamaan.

Mathias selalu tampil seksi dan sempurna. Bahkan di saat musim dingin dengan baju yang berlapis-lapis, tampilannya seperti model di catwalk.  Pria itu menggunakan jins warna abu-abu senada dengan turtlenecknya. Dipadu dengan scarf Gucci dan coat hitam.

Mathias duduk di bangku tengah. Regi dan Maya duduk beberapa bangku dari pria itu. Maya cukup berbaik hati mencari lokasi yang membuat Regi bisa tetap menatap wajah tampan Mathias.

"Regi nanti kita ketemu di kafe, setelah break," ucap Mathias.

"Bien sure (tentu)," ucap Regi sedikit gugup.

Mathias kembali mengulas senyum mautnya sebelum mengalihkan pandangan pada gawai. Senyum itu sudah membuat Regi sudah lupa bernapas. Pipinya pun sedikit memerah.

Love Rendezvous in Paris (Completed)Where stories live. Discover now