36

328 52 3
                                    

"Hentikan omong kosongmu Parkinson"

"Benar!" orang-orang menyetujui perkataanku.

Dan karena perkataan Parkinson yang membuat suasana tak nyaman itu orang-orang bubar dan memasuki kamar masing-masing.

Banyak alasan untuk itu, selain malam sudah larut mereka juga harus menyiapkan barang-barang mereka karena seminggu dari sekarang sudah mulai liburan.

Aku juga kembali ke kamar dan memasukan sedikit pakaianku ke koper kecil.

Jika sudah sampai nanti, apa yang pertama kali akan kita bahas nanti ya?

Apakah ini perasaan tidak sabar? Ini sangat berdebar. Seumur hidup perasaan dan pikiranku selalu tenang kecuali saat nyawaku terancam.

Tapi saat ini nyawaku tak sedang terancam bukan?

Apollo sudah mendahului tidur di ranjang. Teman-teman sekamarku juga sudah tertidur.

Sepertinya, aku memiliki gejala insomnia. Pasti gara-gara pak tua itu sering memanggilku dan membuatku tertidur jam 2 pagi.

Sialan ini jadi berkelanjutan.

Aku berbaring disebelah Apollo, memejamkan mata berusaha tertidur.

Tapi saat aku menutup mataku. Anak tahun pertama ravenclaw itu muncul sambil tersenyum lucu.

Yaampun, aku langsung membuka mataku dan menempatkan lengan kananku di dahi.

Cinta anak muda memang mendebarkan. Aku tersenyum simpul, kuyakin wajahku memerah.

Aku menutup mataku lagi dan berusaha tertidur. Setelah itu aku bermimpi yang berarti aku sudah tertidur.



°°°




Seminggu sudah berlalu sekarang aku sedang berjalan menuju kereta. Aku menyuruh Cleo membawa terbang Apollo seperti dia membawa terbang ayahku dari azkaban waktu itu. Alasannya karna dia berisik saat aku bersama anak tahun pertama ravenclaw itu.

Seminggu kemarin aku habiskan dengan pendekatan pada anak tahun pertama ravenclaw itu.

Hanya sedikit-sedikit tentu saja. Seperti bertemu di perpustakaan setelah makan malam lalu mengobrol di menara astronomi dan diakhiri mengantar dia ke asramanya.

Dia itu, kupikir anak yang pemalu ternyata sangat berisik. Aku yakin dia punya banyak teman atau mungkin semua orang itu temannya, entahlah. Lihat, baru dipikirkan orang nya muncul.

"Bella" sapaku sambil tersenyum

"Lynx" dia ikut memanggilku dengan tersenyum juga membuat kami terkekeh.

"Apa yang kau lakukan? Mengapa tidak masuk?" tanyaku sebab dia hanya berdiri didekat kereta tanpa berniat menaiki nya.

"Aku menunggumu"

"Aku?" menaikkan sebelah alis bingung, sementara dia terkekeh lalu mengangguk.

Aku menghela nafas geli melihatnya.

"Ayo" aku menawarkan tangan kananku, lalu dia menggandengnya.

Kami memasuki kereta dengan bergandengan tangan. Aku meminta alamat rumahnya, tentu saja untuk berkirim surat.

"Ah lalu alama-"

"Jika aku mengirim surat, owl ku akan menunggumu untuk membalasnya jadi kau tak usah mengirim duluan padaku, ok?"

"Baiklah" dia mengangguk sedih membuatku terkekeh.

"Tak usah sedih, nanti aku akan membawamu ke kediamanku" kataku sambil mengelus rambutnya.

Mau bagaimana? Keadaan tidak memungkinkan, kecuali jika orang-orang sudah melupakan pelarian ayahku baru aku bisa memberikan alamatku.

"Ah ini kompartemen teman-temanku" katanya mungkin pengalihan karna wajahnya yang memerah malu.

Dia baru sadar padahal dari tadi kami berhenti disini, yah aku memang sengaja berhenti disini karna melihat teman-temannya. Dia saja yang terlalu asik sampai melupakan dunia. Sepertinya jika aku mengikutinya mungkin sekarang kita sudah ditempat masinis berada.

"Baiklah masuklah" kataku sambil melepaskan tangan yang daritadi mengelus rambut itu.

Melambaikan tangan sambil tersenyum. Lalu berbalik badan mengubah ekspresi wajahku menjadi datar. Berjalan menuju anak-anak slytherin lainnya.

"Huhuhu mengantarkan tuan putri Lynx?"

"Shut up Nott" padahal aku baru sampai belum sempat duduk malah.

Aku duduk samping Draco bertukar posisi menjadi aku yang disebelah jendela.

Jujur aku sangat mengantuk, aneh bukan? Saat malam tak bisa tidur tapi saat siang aku malah mengantuk. Jadi aku menyenderkan kepalaku ke jendela dan mulai tertidur.




Voment🔥

Sirius Son ɪɪɪ (end) Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ