25

353 63 1
                                    



Lalu Hagrid datang menghentikan Draco dan antek-anteknya.

"teteret cantik bukan?"

Apa? Seekor hippogrif? Aku pernah menaikinya dulu. Dulu sekali sih.

Si Hagrid menjelaskan tentang hippogrif yang aku sudah tau jadi saat orang-orang mendekat mendengar penjelasannya aku tetap duduk sambil menyesap teh.

"Oh iya Draco, tadi aku bosan jadi berkeliling Hogwarts dan menemukan ini" kataku sambil menyerahkan apel hijau.

"Ketemu dimana?"

"Bisa dibilang belakang Hogwarts? Soalnya disana hanya ada tanaman-tanaman, aku mengambilnya langsung dari pohonnya. Kan sayang jika busuk di pohonnya" aku terengah-engah bicara panjang lebar dengan satu tarikan nafas.

"Thanks" katanya sambil mengambil apel yang kuberikan lalu ke depan melihat apa yang terjadi.

Tak terlihat apapun disini karna terhalang manusia-manusia itu. Tapi tak apalah aku tak peduli paling tak jauh dari trio griffindor itu atau si Pottah.

Benar kan apa kataku pasti si Pottah. Barusan dia terbang naik hippogrif melewatiku. Sementara aku yang sedang berpikir menjadi terganggu.

"Si Pottah menyebalkan" kata Draco sambil kembali bersama antek-anteknya karna bahan tontonannya terbang barusan.

"Kau ingin menaiki itu juga Draco?" tanyaku.

"J-jangan konyol!"

"Yah aku hanya bertanya" jawabku cuek.

Lalu Pottah turun dengan hippogrif itu.

"Oh please"

"Jangan gegabah Draco!" aku memperingatinya padahal.

Dia malah tak menghiraukan aku dan berjalan menuju hippogrif itu dengan sombongnya.

"Kau sama sekali tak berbahaya kan makhluk jelek"

"Malfoy!"

Aku berdiri lalu melihat lengan Draco dicakar hippogrif itu membuat dia jatuh tersungkur kebelakang.

"Its kill meh its kill meh"

Aku menghela nafas, sementara si Hagrid seperti orang bodoh tak tau apa tindakan selanjutnya aku menghampiri Draco dan berusaha membawanya.

"Hagrid aku menyarankan kedepannya kau membawa tim medis" kataku dingin saat berjalan melewatinya dengan Draco ku rangkul menyuruh dia berjalan sendiri.

"You gonna regret this

You and your bloody chiken" suaranya sudah lemah begitu bisa-bisanya dia tetap memaki orang.

Aku yang jengah pun membuat bibirnya menempel lalu berapparate ke hospital wings.

"Apa itu parah madam?" tanyaku.

"Hanya tergores"

"Syukurlah"

"Ini sakit kau tau mengapa kau bersyukur?"

"Tenanglah Draco yang penting kau tidak kehilangan lenganmu" kataku yang sungguh jengah mendengar rengekannya.

Lalu madam Pomfrey meninggalkan kami berdua.

"Ngomong-ngomong tadi kau berapparate"

"Lalu?" aku bingung menaikkan satu alisku.

"Masalahnya ini di Hogwarts" kata Draco dengan nafas lelah. Memang apa yang salah?

Antek-anteknya Draco datang bersama dengan AG. Apa dia mau menjenguk Draco? Tak kusangka.

"Mr. Black.. Follow me" katanya datar.

Hah? Aku yang bingung pun melihat mereka bertanya sedangkan mereka hanya menepuk dahi. Sungguh kenapa sih?.

Aku mengikuti AG sampai ruangannya. Wajahnya dingin sekali padahal masih awal musim gugur.




°°°

Parah banget. Kukira jika itu situasi penting boleh teleport. Menyebalkan. Semua salah kau pak tua. Aku jadi terkena detensi.

Aku memasuki great hall dengan suasana hati yang buruk. Lalu terdengar dari dalam orang bicara.

"Mencoba menangkap asap dengan tangan kosong" apanya?

Setelah itu mereka memperhatikan aku yang baru masuk. Ada satu anak griffindor yang menghadang jalanku.

Apaan? Jangan cari ribut suasana hatiku sedang jelek pergi sana. Aku ingin bilang seperti itu tapi aku malas. Jadi aku hanya menaikkan satu alis.

"Lihat ini anak seorang pembunuh" katanya.

Sungguh sepertinya batas kesabaranku akan habis. Tapi aku harus menahannya.

"Anak seorang pembunuh?" tanyaku lalu dia mengangguk.

"Menyingkir sebelum aku menjadi seorang pembunuh" kataku dengan mengintimidasi.

Lalu dia bergeser takut dan kembali ke kawanannya. Aku langsung menghampiri anak slytherin.

Suasana great hall sangat dingin sekarang. Yah aku sudah dengar sih. Terima kasih Daily Prophet aku jadi tau dimana ayahku sekarang.

Sekarang waktu nya kelas perdana Moony. Siapa yang tak sabar? Bukan aku. Kami sedang berjalan menuju ruang kelas sambil bercakap.

"Si Pottah itu sedang risau karna tadi ramalannya menunjuk grim"

"Grim? Apa itu?" kataku.

"Itu pertanda kematian"

Aku tertawa sungguh konyol. Kelas ramalan memang konyol.

"Aku lihat tadi dia baik-baik saja" saat sudah menyelesaikan tawaku aku berbicara begitu.

Mereka hanya menggedikan bahu.

"Aku tak percaya, kecuali jika saat prof. itu bilang grim artinya kematian lalu si Pottah kejang dan mati baru aku percaya" kataku geli sambil menggelengkan kepala.

Mereka yang mendengar juga tertawa. Tanpa mereka sadari anak asrama griffindor berjalan tepat dibelakang anak slytherin itu. Hanya mereka sih yang tak sadar sementara daritadi aku sudah mengetahui nya tuh.








Voment🔥

Sirius Son ɪɪɪ (end) Where stories live. Discover now