11/. ANGKASA VS JEANDRA

Start from the beginning
                                    

"Kayaknya bakal seru kalau main-main sebentar sama adek lo," bisik Jeandra lagi sambil menyeringai.

Rasa sakit tak lagi Angkasa rasakan, rasa sakitnya berubah menjadi amarah saat mendengar Jeandra membawa-bawa adiknya dalam permasalahan mereka.

"BAJINGAN," teriak Angkasa lalu bangkit dan memukul sekuat tenaga rahang Jeandra.

Bugh .... Bugh ... Bugh

Teman-teman Jeandra dan teman-teman Angkasa terkejut melihat betapa beraninya Angkasa membalas Jeandra dengan perlakuan yang sama. Sampai arah segar keluar dari sudut bibir dan hidung Jeandra.

Dan dengan satu kali tarikan Angkasa menarik leher Jeandra hingga lawannya jatuh ke lantai.

Angkasa berdiri dengan sempoyongan, darah mengalir dari dahinya. Matanya menatap semua orang yang ada di sana.

"Nggak ada yang boleh ganggu Jidan!" Angkasa memperingatkan.

"KALIAN DENGAR?" Angkasa meninggikan suaranya hingga membuat semua orang yang ada di sana ketakutan.

Mereka baru kali ini melihat sosok Angkasa yang seperti itu.

Sedang mereka tidak tahu menahu siapa Jidan yang Angkasa maksud.

Naura yang baru sampai di depan kelasnya melihat kegaduhan di depan kelas 12 IPA 4 yaitu kelas Angkasa, karena rasa penasaran akhirnya Naura berjalan mendekat ke arah kerumunan itu.

Naura menepuk salah satu pundak siswa yang berkumpul di sana. "Ada apa? Ada yang berantem?" Tanyanya.

Siswa itu mengangguk. "Jeandra sama—"

Mendengar nama Jeandra disebut membuat kedua mata Naura terbuka lebar menandakan gadis itu sangat terkejut, bahkan belum sempat siswa itu menyelesaikan ucapannya Naura sudah menerobos keramaian dan menyaksikan sendiri Jeandra yang sudah tergeletak dengan wajah babak belur dan hidung yang mengeluarkan darah.

Naura mendekat pada Jeandra tanpa melihat ke arah Angkasa yang lukanya lebih parah. Gadis itu terlihat panik sambil membantu Jeandra untuk duduk.

Angkasa bahkan dapat melihat Naura menangis karena khawatir pada Jeandra.

Angkasa hanya bisa menyaksikan pemandangan di hadapannya sambil berpikir bahwa Naura menangis karena dirinya, karena laki-laki yang gadis itu cintai terluka karena ulahnya.

Namun, apa Naura tidak melihat bahwa Angkasa juga terluka?

Apa Angkasa tidak terlihat?

Seharusnya Angkasa tahu di mana tempatnya ... Dan tidak melewati batasannya.

Angkasa pikir kebersamaan mereka selama tiga hari terakhir merupakan langkah awal untuk hubungan mereka, Angkasa pikir Naura sudah tidak memiliki perasaan pada Jeandra ... Angkasa pikir kali ini dirinya sudah memenangkan hati Naura.

Namun ternyata salah.

Kedekatannya dengan Naura akhir-akhir ini membuat Angkasa lupa dengan garis batas di antara keduanya.

Tapi Angkasa bisa apa?

Menghapus perasaannya pada Naura saja Angkasa tidak bisa.

"Bisa menatap langit saja sebenarnya sudah lebih dari cukup, namun kini dengan egoisnya aku malah ingin memeluknya."

"Sulit sekali untuk memeluk langit, menggapainya pun aku tak sampai. Padahal aku sangat menyukainya."

"Jean, lo nggak apa-apa?" Tanyanya khawatir.

Jeandra menggeleng. "Nggak apa-apa."

Tanpa sepengetahuan Naura, Jeandra menyeringai ke arah Angkasa seakan-akan dirinya menang telak dari Angkasa karena Naura lebih memilihnya.

Angkasa dan KisahnyaWhere stories live. Discover now