"Papa salah pilih orang nih buat nitipin putrinya. Masa sama orang modelan begini. Bakal cepet mati nanti anaknya," gerutunya.

"Minta dilumat itu bibir?"

Cherry membekap mulutnya sendiri. Menolak tawaran Raka yang tidak ada faedahnya sama sekali.

Cowok itu tersenyum tipis. Tangannya masuk di sela-sela jari Cherry lalu menggenggamnya. Dia membawa Cherry memasuki kawasan sekolah yang sudah mulai ramai.

Cherry tampak menikmati pemandangan tersebut, walaupun ada sedikit rasa malu yang terselip di hatinya. Bagaimana tidak? Sepanjang jalan dia ditatap oleh banyak orang seakan dia telah melakukan tindakan kriminal.

"Eh...! Itu kantor Kepala Sekolahnya." Cherry menunjuk salah satu ruangan yang terdapat papan bertuliskan 'Kantor kepala sekolah'.

Raka diam tak menyahut. Dia mempererat genggamannya lalu menarik Cherry melewati kantor kepala sekolah.

"Raka! Itu tadi kantor Kepala Sekolahnya," ulang gadis itu. Siapa tahu Raka tak mendengarnya.

"Gue tahu," jawab cowok itu singkat.

"Terus?"

"Ke kantin dulu, sarapan. Lo tadi makan cuman dua sendok kan?"

"Gak mau! Udah gak nafsu makan. Lagian nanti kita bisa telat!" Cherry memukul tangan Raka agar melepaskan genggamannya.

"Bodo amat."

"Raka! Ih..."

Tak perlu perjalanan yang lama kini Raka dan Cherry sampai di kantin. Cowok itu menarik kursi dan memaksa gadisnya duduk di sana.

Cherry memang menurut tapi dengan terpaksa pastinya.

Mau melarikan diri juga percuma. Raka pasti dengan mudah menangkapnya. Apalagi dia belum tahu seluk beluk sekolah yang kini dirinya pijak, bisa-bisa dia tersesat nanti.

"Mau makan apa?" tanya Raka.

"Dibilangin gak mau makan juga."

"Lo harus makan, Sayang."

"Gak mau!"

Raka mengangguk, "Oke. Kalau gitu lo gak boleh beranjak dari sini. Sampai pulang sekolah kalau perlu."

Cherry menunduk saat kaki Raka bergerak di belakang kakinya lalu mengurungnya agar tak dapat lari.

"Raka, nyebelin!"

"Atau gue yang tentuin lo harus makan apa?"

"Orang gak nafsu makan. Nanti gak habis." Cherry terus menggerakkan kakinya mencoba meloloskan diri.

Tapi kaki cowok itu seperti ular saja, melilitnya kuat hingga hanya sekedar bergerak pun dia susah.

"Nasi goreng, satu piring. Kita makan berdua," ujar Raka.

Cherry berhenti memberontak. Dia berpikir sejenak, tampak tertarik dengan tawaran itu.

Kalau seporsi dimakan berdua dia tidak mungkin makan banyak-banyak kan? Pasti hanya beberapa sendok karena harus berbagi dengan Raka.

"Oke deh." Akhirnya Cherry mengangguk setuju.

Raka tersenyum. Dia melambaikan tangan ke arah pedagang kantin lalu memesan satu porsi nasi goreng.

Selanjutnya hening. Raka menatap Cherry yang masih saja cemberut. Tangannya terangkat mengusap wajah cantik gadis itu, beralih membelai rambutnya lalu kedua tangannya berhenti di kedua pipi Cherry.

"Tangannya gak usah usil!" Cherry menepis tangan Raka, namun tangan besar itu kembali lagi menempel di pipinya.

Cherry menghela napas. Dia baru sadar satu atap sekolah bersama Raka ternyata akan membuat dirinya terjebak.

Kurang dari TigaWhere stories live. Discover now