1. Gadis Serupa

975 91 17
                                    

Hai, hallo, bonjour!

Selamat datang di dunia Hai, Juan! aku ucapkan selamat datang dan mendengar kisah Kalana✨

Playing Now
Menjadi Dia - Tiara Andini

"Perandaian yang tersemoga akan selalu dalam angan."

***

"Loh, baju kita bisa kembaran gini, ya, warnanya!" seru gadis dengan rambut terurai panjang itu.

Gadis yang rambutnya pendek sebahu menanggapi. "Bestie lah kita, sampe baju aja gak sengaja samaan."

Memasuki semester 2 di Universitas Brahmana atau orang lain sering menyebutnya UBE salah satu kampus swasta di tengah kota Jakarta. Mengambil jurusan yang sama, Manajemen dan Bisnis.

Kalana Skala Adianatha, memiliki sahabat bernama Nadin Putri Rajana, mereka sudah bersahabat sejak keduanya duduk di bangku SMP.

Kala, semua orang memanggil gadis itu, memiliki dunia yang cukup berbeda dengan Nadin. Kala yang tak suka keramaian, namun sebaliknya untuk Nadin.

Kala tidak suka menjadi sorotan, namun itu tidak berlaku untuk Nadin. Kadang banyak yang meragukan persahabatan mereka, mengapa bisa bertahan selama itu, padahal tidak ada kesamaan antara keduanya.

Kedua gadis itu kompak memakai baju coklat, kebetulan yang terlalu sering. Keduanya sama-sama menggerai rambutnya, cantik keduanya memang tak dipungkiri.

Kira-kira dua jam kedua gadis itu berada dalam kelas Pak Broto yang mengajar mata kuliah ekonomi makro.

"Ke kantin dulu, yu, Kal?" ajak Nadin, dari kejauhan dapat Kala lihat Kantin Fakultas sangat penuh oleh mahasiswa.

Gadis itu menggeleng. "Gak deh, penuh."

Nadin langsung menarik lengan gadis itu agar ikut bersamanya, satu jam lagi ada kelas statistika bisnis yang akan menguras otak, menurutnya. Dan Kala belum makan sedari pagi, jadi gadis itu tidak mau Kala kelaparan di kelas Bu Iryani, dosen killer.

Setelah menyeret Kala untuk duduk di bangku yang kebetulan satu-satunya kosong, gadis itu beranjak memesan makanan dan kembali dengan nampan berisikan dua piring batagor dan dua gelas es jeruk.

"Selamat makan, Kala," ujar Nadin dengan wajah tanpa dosa, jelas di depannya Kala sudah memasang wajah kesal. "Lo yang traktir hari ini."

Gadis itu segera menarik piring batagor ke dekatnya, memakannya dengan wajah yang masih kesal. "Mwakasih, Nwadin!"

"Lapar, kan, lo." Nadin tertawa sambil melihat sahabatnya itu, Nadin hanya ingin Kala lebih bisa terbuka dengan dunia, gadis itu terlalu suka hal hening sehingga tidak bisa menikmati hidup dalam keramaian.

Karena tak bisa berlama-lama marah pada Nadin, gadis itu membuka suara. "Lo sama Dafa, gimana? Tumben gak nyamperin lo ke sini."

"On off," ujar Nadin, lalu melanjutkan, "gue gak bisa jalanin hubungan yang gak ada nama, gak ada status."

"Ya lo tinggal minta kejelasan dong, gampang, kan? Toh, kalian saling suka juga. Jadi apa yang salah?" kata Kala.

Nadin menggeleng pelan. "Gak segampang itu, entah gue atau dia yang belum yakin sama perasaan ini."

"Ya udah lakuin yang menurut lo baik, dan buat lo happy. Meskipun gue udah lama gak pacaran, tapi gue tau rasanya di posisi lo." Kala mengelus pelan lengan sahabatnya itu, lalu kembali memegang sendoknya. "lanjut makan, Nad, kantinnya terlalu ramai."

Hai, Juan!Where stories live. Discover now