Noktah - 15

23.3K 1K 35
                                    

Part 15 - Rooftop


Biru menutup dokumen dan meletakkan di atas tumpukan dokumen-dokumen lain yang sudah diperiksa. Biru tipikal lelaki rapi dan terencana. Meskipun sangat sibuk, tidak pernah terlihat meja kerja super berantakan.

Dia tekun dan optimis. Tidak banyak bicara dan tidak peduli dengan omongan rekan kerja. Violet pertama kali tertarik pada Biru karena kepribadiannya.

Violet kadang tidak habis pikir dengan Biru dan Alex saat kedua lelaki itu bersama.

Dalam beberapa jam perjalanan, bisa dihitung jari berapa kalimat yang keluar dari mulut masing-masing. Mereka bertiga pernah menghadiri meeting dan di perjalanan terjebak macet.

Violet sampai melotot dan memandangi kedua lelaki itu secara bergantian. Violet duduk di jok depan bersama Biru yang menyetir. Sedangkan Alex duduk di belakang dengan pandangan keluar dari jendela.

Hujan badai, angin puting beliung atau gempa sekalipun, Violet tidak pernah melihat mereka berdua bicara panjang lebar dan bercanda tawa. Lebih tepatnya, tidak pernah bicara di luar konteks bisnis.

Terutama setelah mengetahui fakta bahwa keduanya adalah bersaudara. Alex adalah abang Biru. Hanya Violet yang mengetahui itu di kantor.

Hubungan mereka unik, tidak banyak bicara tapi mantap dalam tim. Biru tidak pernah sok berkuasa di perusahaan Alex. Dia melakukan pekerjaannya dengan baik tanpa pernah mengeluh.

Begitu juga dengan Alex, tidak pernah semena-mena atau menekan Biru. Mereka saling menghargai satu sama lain dengan cara tidak ikut campur kehidupan pribadi.

Bahkan, Biru tidak pernah menceritakan masalah Alex pada Violet. Tentang Mauren, wanita yang tiba-tiba muncul dalam hidup Alex.

Wanita yang mengubah Alex seperti lelaki pada umumnya. Meskipun gila kerja, namun paham membagi waktu urusan pekerjaan dan pribadi.

"Ck!"

Biru berdecak, keningnya menukik begitu mengecek pesan yang baru masuk di ponselnya.

Notifikasi adanya dana masuk ke rekening pribadinya dari gadis yang telah menjungkirbalikkan dunianya. Biru langsung menelepon, sialnya panggilan itu tidak terhubung.

Biru segera beranjak dari kursinya dan keluar ruangan. Seperti dugaannya, gadis itu tidak ada lagi di mejanya. Biru menuju lift dan menekan tombol dengan nafas sedikit kasar.

Pintu tabung besar itu membawanya naik ke atap. Ketika dia membuka pintu, angin sepoi-sepoi menyambut Biru dengan ramah. Pandangan Biru fokus pada gadis yang sedang memandang keindahan kota di pinggir pembatas bangunan.

Langkah Biru menyadarkan gadis itu. Violet menoleh dan terkekeh. "Mas Biru." sapanya.

Biru berdiri tepat di samping Violet. Gadis barbar itu menghisap nikotin dan meniup asapnya ke wajah Biru. Violet kembali terkekeh pada lelaki itu. Biru menunjukkan wajah dingin, tetapi bagi Violet itu sangat lucu.

"Apa lagi ini?" tanya Biru berusaha sabar.

Kedua alis Violet menyatu, memandang Biru dengan wajah sebal. Biru pura-pura tidak tahu, tanpa Violet jelaskan lelaki itu harusnya sudah paham.

"Vio!" tekan Biru.

"Hutang gue, Mas Biru!" jawab Violet gemas.

"Kamu nggak punya hutang!"

"Anggap aja ada." potong Violet santai dan kembali menghisap nikotin.

Biru diam. Memandang Violet yang telah kembali meluruskan pandangannya. Biru memperhatikan cara gadis itu menghisap nikotin, mengeluarkan asap tanpa beban dan mengisap lagi sampai ujung.

NOKTAH [17+]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum