Noktah - 3

50.7K 1.5K 85
                                    

        Violet meringis panjang lalu cemberut. Tidak ada satu ojek online yang menerima orderannya. Tiap kali ada yang menerima, beberapa saat kemudian dibatalkan. Bahkan, saking geramnya, Violet langsung menelepon. Jika driver tidak bersedia, maka batalkan saja langsung agar Violet tidak berharap.

Dia berdecak. Untuk mendapatkan ojek saja susahnya minta ampun. Biasanya memang seperti itu tiap kali hujan, permintaan pelanggan makin meningkat. Orang-orang malas menunggu hujan, lagi pula tidak bisa pergi halte atau stasiun.

Violet menyerah, memilih menunggu sampai hujan reda dan kemudian memesan lagi. Jika tidak gerimis lagi, Violet akan pergi ke halte dan pulang menggunakan kendaraan umum saja.

Beberapa saat kemudian, Violet mengerutkan dahi pada sebuah mobil Mercedes yang berhenti tepat di depannya. Pintu dari seberang terbuka dan Biru muncul dengan sebuah payung. Dia menghampiri Violet dengan wajah datar seperti biasa.

"Mas Biru belum pulang?" Violet tidak bisa menahan diri dan menunggu Biru yang menyapanya lebih dulu.

"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Biru mengabaikan pertanyaan Violet karena sekarang Biru ada di depannya, dipastikan lelaki itu belum pulang.

"Nggak ada ojek." jawab Violet sedikit kesal.

"Ayo masuk."

"Weih, Mas Biru romantis bener." kekeh Violet menggoda.

"Cepat, Vio!" perintah Biru tidak main-main.

Violet tidak menolak. Dia melangkah cepat dan berdiri di bawah payung yang dipegang Biru. Kemudian masuk ke kursi penumpang dan Biru berjalan cepat mengelilingi depan mobil.

Mereka langsung pergi. Biru meminta alamat rumah Violet yang belum pernah di datanginya. Hujan deras membuat jalan raya tidak begitu macet sehingga keduanya cepat sampai di tujuan.

Biru mengerutkan dahi dan menoleh ragu pada Violet. "Kamu tinggal di sini?"

"Iya." jawab Violet mengangguk sambil tersenyum. "Mas nggak nyangka gue tinggal di sini ya?" tanya Violet bisa membaca pikiran Biru.

"Bukan."

Violet malah tersenyum santai. "Yuk, mampir dulu. Baju mas Biru basah. Lagian masih hujan." tawar gadis itu.

"Saya langsung pulang." tolak Biru.

"Seriusan?" tanya Violet tidak yakin.

"Yaudah, saya mampir sebentar." Biru tergoda ingin melihat kondisi kos-kosan Violet. "Nggak apa-apa parkir di sini? Nggak mengganggu yang lain?"

"Nggak, kok." jawab Violet sambil menggeleng serius.

Keduanya keluar dari mobil dan setengah berlari. Biru mengikuti Violet menaiki tangga lantai dua. Kos-kosan itu campur untuk putra-putri. Beberapa penghuninya keluar sambil merokok di pembatas balkon. Ada juga yang rebahan di dalam kamar dan membuka pintu, tak lupa memainkan musik dengan suara agak kencang. Violet menyapa beberapa penghuni di luar dengan senyum lebar khasnya.

Kos-kosan itu cukup bersih meskipun penghuninya penuh. Sepertinya ada juga yang suami istri. Terdengar suara tangisan anak yang menarik perhatian Biru.

Hingga sampailah mereka di sebuah kamar milik Violet. Kamar ukuran kos biasa, yang terlihat penuh dengan barang-barang di dalamnya. Tempat tidur single, lemari pakain, lemari es, kompor dan peralatan dapur, kamar mandi, televisi, rak sepatu dan lain-lain. Semuanya berada dalam satu ruangan.

Biru bukannya merasa risih telah menyetujui mampir. Hanya saja dia tidak menyangka, seorang Violet yang ramah dan baik hati. Posisi seorang sekretaris yang memiliki pendapatan lumayan dan bonus rutin, malah tinggal di kos-kosan kumuh.

NOKTAH [17+]Where stories live. Discover now