Noktah - 2

68K 1.7K 32
                                    

        Biru tidak sepenuhnya bisa tidur tenang. Saat dia bangun, Violet masih tidur pulas dalam pelukannya. Wajah damai Violet menarik perhatian Biru, mengelus ringan wajah menyebalkan yang selama ini terus-terusan menggodanya.

Kadang membuat Biru kesal bukan main. Kadang tersenyum, karena tidak dipungkiri Violet adalah gadis cantik dan ceria. Dia tidak pandang umur atau gender, semua yang dekat dengan Violet akan tergelak sampai terpingkal-pingkal kecuali Biru dan tentu saja bos besar.

Meski demikian, tidak sedikit karyawan kantor yang iri sekaligus membenci Violet. Mereka menuduhnya yang bukan-bukan, menggoda atasan sehingga memiliki posisi sebagai sekretaris. Sangat dekat dengan atasan, sering mendapatkan bonus oleh atasan, diberikan kebebasan dengan keluarga atasan dan lain sebagainya.

Bukan hanya tiga atau empat kali saja Biru memergoki orang-orang membicarakan Violet. Tetapi, sepertinya Violet tidak pernah ambil pusing. Violet masih mau berteman dengan mereka, menyapa dan mengajak bercanda tawa. Meski setelahnya orang-orang tersebut mengatainya lagi.

"Selamat pagi, Mas Biru ...," senyum Violet merekah dengan lebar tanpa memperlihatkan barisan giginya.

Violet menggeliat untuk merilekskan tubuhnya yang kaku, kemudian memeluk leher Biru dengan kedua lengannya. Tidak lupa memberikan kecupan mesra di bibir lelaki itu. Biru benar-benar dibuat syok setengah mati.

"Violet!" panggil Biru. "Maafkan saya." Lelaki itu tampak menyesal dan untuk pertama kalinya meminta maaf pada gadis tersebut. Violet malah terkekeh, mengelus pipi Biru dan menikmati wajah lucunya. "Vio, saya serius!"

"Iya, Mas Biru." jawab Violet santai.

Biru memandang Violet tajam. "Kamu?" geramnya. "Vio, kamu baru saja kehilangan mahkota kamu!"

"Terus?" Violet bertanya bingung.

"Kamu melepasnya untuk saya!"

"Lalu?"

"Kamu gila!" maki Biru tidak habis pikir. "Kamu belum menikah! Nggak seharusnya melakukan itu!"

Violet meringis dan sesaat kemudian terkekeh. "Apa yang salah kalau keperawanan gue hilang? Mas mengharapkan gue menangis? Jejeritan dan minta pertanggungjawaban?" tanyanya, membuat Biru diam. "Kenapa gue harus melakukan itu?"

"Keperawanan adalah mahkota wanita. Maksud saya ...,"

"Kalau seorang wanita nggak punya mahkota lagi, apakah nggak di anggap sebagai wanita lagi dan berubah jadi monster?" Violet mengerutkan dahi.

"Demi apapun, Vio!" elak Biru geram.

"Ada atau nggak adanya mahkota itu, nggak mengubah apapun. Gue tetap seorang wanita. Nggak ada yang berubah dalam diri gue. Keperawanan itu hanya selaput dara, nggak semua wanita memilikinya." jelas Violet santai. "Gue yang maksa Mas Biru. Kenapa Mas Biru yang panik? Kenapa banyak laki-laki sering kali mempermasalahkan soal selaput dara? Apa sebegitu pentingnya selaput dara bagi laki-laki?"

"Maksud saya bukan seperti itu." Biru menggeleng. "Saya khawatir akan menyulitkan kamu nantinya." sesal lelaki itu pelan.

Violet tergelak, tidak sedikit pun merasa menyesal telah kehilangan selaput daranya. "Mas takut kalau nantinya nggak ada laki-laki yang mau sama gue karena gue kehilangan selaput dara?" tebak Violet dan Biru tidak bisa menjawabnya. "Gue nggak akan menikahi laki-laki egois, yang nggak mau menerima keadaan gue. Kalau hanya selaput dara saja dia permasalahkan, sudah pasti hal kecil jadi masalah besar baginya. Buat gue, laki-laki yang seperti itu nggak pantes dapetin gue. Gue mending single seumur hidup dari pada berurusan dengan orang yang pada akhirnya membuat hidup gue menderita cuma gara-gara selaput dara."

NOKTAH [17+]Where stories live. Discover now