Sekarang, kehidupannya akan berjalan normal. Sesuai alur novel, Lucy akan menjadi pelayan di Kekaisaran Barat, memiliki banyak teman, dan dinikahi seorang kesatria tampan.

"Jadi, kau benar-benar putri haram ayah?"

Lucy mencebik pelan ketika mendengar ucapan menyebalkan protagonis. "Tidak ada anak yang haram. Yang haram itu ayah, dia menebar benih sembarangan dan membuangku begitu saja di istana dingin."

"Apa yang kau katakan? Kalau ayahanda mendengarnya, beliau pasti menghukummu," tutur Lilian kaget mengingat watak sang ayah, pemarah dan gila hormat.

"Tenang saja. Ayah tidak akan bisa menghukumku karena dia sudah meninggal dunia. Apakah kau belum mengetahuinya? Kesatria sudah memenggal kepala ayah." Lucy menyahut penuh senyuman sedangkan Lilian tertegun di tempat.

"Apa? Ayah sudah meninggal?" Lirih Lilian.

Lucy mengangguk penuh semangat. "Iya. Bahkan aku melihatnya sendiri."

"Tidak mungkin." Racau Lilian sebelum kehilangan kesadarannya.

"Astaga, dasar lemah. Mendengar kabar kematian ayah saja langsung pingsan." Lucy tertawa pelan melihat betapa rapuhnya mental seorang protagonis.

'menghadapi ucapanku saja tidak sanggup, bagaimana jadinya jika dia menghadapi protagonis pria yang obsesif dan mendominasi? Bisa-bisa dia bernasib sama seperti di dalam novel. Selalu menangis, selalu memohon dilepaskan, selalu berusaha kabur, dan berakhir dihukum.' Bisiknya dalam hati, prihatin.

Akan tetapi, Lucy tidak sabar segera melihat interaksi pemeran utama dalam novel.

Pasti akan sangat menyenangkan dan menegangkan.

Satu berusaha kabur sedangkan satunya lagi berusaha membuat protagonis wanita menetap di sisinya.

Dan, dia akan menikmati drama percintaan penuh tantangan itu dari sudut ruangan paling gelap. Sebagai pelayan istana.

"Kenapa Putri Lilian pingsan? Bukankah tadi Putri Lilian masih baik-baik saja?" Seorang kesatria yang hendak menyuruh para putri kerajaan masuk ke dalam kereta kuda dibuat heran melihat kondisi Lilian.

"Biasalah, sayang. Kak Lilian syok mendengar kabar kematian ayah," sahut Lucy santai.

Kesatria itu mengerutkan kening heran. "Sayang?" Ulangnya. Memastikan apakah pendengarannya salah atau tidak.

Lucy tersenyum genit. "Iya, sayang. Kenapa? Apakah aku tidak boleh memanggilmu sayang? Kau sudah memiliki istri atau kekasih?"

Pipi kesatria itu bersemu. Mendadak salah tingkah mendapatkan pertanyaan diluar dugaan dari putri kerajaan yang baru saja ditaklukkan. Terlebih lagi, Lucy sangatlah cantik dan menggemaskan di matanya. Seperti boneka adiknya di rumah.

"Kalau belum memiliki kekasih atau istri, bolehkah aku mencalonkan diri menjadi kekasihmu?"

****

Para tawanan perang sampai di gerbang utama istana Kekaisaran Barat. Para tawanan disuruh keluar dari kereta kuda dan ada pula sebagian yang diseret karena mengabaikan titah kesatria.

Jeritan dan tangisan terus terdengar hingga mereka dipaksa berlutut di halaman kekaisaran. Terkecuali untuk Lucy tentunya.

Lucy malah menguap bosan. Tak sabar menunggu mendapatkan bagiannya, yaitu ditunjuk sebagai pelayan istana.

Seorang pria berambut perak memasuki halaman istana, diikuti puluhan kesatria yang berjejer rapi di belakangnya. Dialah penguasa Kekaisaran Barat, Leonel Aldrick Kingston.

The Emperor's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang