Malam Penuh Perjuangan

21 3 0
                                    

"Apa ga sebaiknya kita pamitan dulu sama Bu Indri, Kak?" Tanya Bulan seraya menyampirkan sebuah tas ransel pada kedua pundaknya.

"Kalau kita berdua pamitan sama Bu Indri dulu, kemungkinan besar kepergian kita akan ditahan, Lan," ucap Senja seraya meletakkan sebuah surat serta amplop di atas meja belajarnya berada.

"Amplop itu isinya uang, Kak?"

Senja mengangguk. "Walaupun cuma sedikit, tapi semoga bisa bantu Bu Indri. Kakak janji, setelah Kakak sukses nanti Kakak akan balik lagi ke coffee shop ini buat bantu Bu Indri dan suaminya."

"Bulan juga. Selama ini, Bu Indri udah baik banget sama kita berdua." Senja mengembangkan senyumnya.

"Barang kamu gak ada yang ketinggalan, kan?"

"Ngga ada, Kak."

"Kita berangkat sekarang."

"Tunggu, Kak."

"Kenapa lagi, Lan?"

"Apa setelah ini Bulan akan pindah sekolah lagi?"

"Kemungkinan besar iya. Apa kamu keberatan?"

"Ngga sama sekali, kalau menurut Ka Senja itu adalah jalan yang terbaik."

Senja memperkikis jarak, mendekap tubuh sang Adik dengan sangat tulus. "Makasih ya, Lan. Makasih, karena kamu udah mau ngertiin posisi kita sekarang ini."

"Makasih juga, karena Ka Senja selalu berjuang untuk hidup kita."

°°°

Pukul sebelas malam Senja serta Bulan telah pergi meninggalkan coffee shop milik Bu Indri.

Mereka berdua memutuskan untuk jalan kaki hingga halte bus berada, karena uang yang dimiliki Senja sangat mininalis.

"Kalo capek bilang ya, Lan, kita bisa istirahat dulu."

"Emangnya bus kita berangkat jam berapa, Ka?"

"Masih besok, jam delapan pagi. Makanya kalo kamu capek bilang sama Kakak, kita masih punya banyak waktu buat istirahat dulu." Bulan hanya mengangguk paham sebagai jawaban.

"Ka Senja gak mau pamitan dulu sama Ka Langit dan temen-temen Kakak yang lain?"

Pertanyaan dari sang Adik membuat langkah kaki Senja berhenti saat itu juga. "Kamu sendiri gak mau pamitan sama Bintang dulu?" Kini gantian Senja yang melontarkan pertanyaannya.

"Seiring berjalannya waktu, rasanya Bulan udah sulit banget percaya sama orang lain selain Ka Senja. Bulan lebih nyaman hidup sendiri tanpa teman. Bukannya Bulan sombong, tapi semua teman Bulan gak ada yang spesial, cuma sekedar kenal aja, termasuk Ka Bintang. Jadi rasanya Bulan ga punya kewajiban untuk pamit sama dia, sedangkan Kakak dan Ka Langit kan punya sebuah hubungan yang spesial."

"Hubungan Kakak dan Ka Langit udah selesai, Lan."

°°°

Jam telah menunjukkan pukul satu pagi. Senja serta Bulan memutuskan untuk beristirahat di depan sebuah ruko yang sudah tutup.

"Kenapa belum tidur? Banyak nyamuk, ya?" Tanya Senja yang baru saja kembali dari sebuah warung untuk membeli minuman hangat.

"Bulan ngga ngantuk, Ka." Bulan menerima segelas teh manis hangat dari sang Kakak. "Makasih, Ka."

"Kamu capek ga si, Lan, kalo harus pindah-pindah kota kayak gini."

"Jujur, Bulan capek, Ka. Entah apa yang udah diperbuat sama Papa dan Mama waktu dulu, sampe-sampe kita yang harus menanggung semuanya."

"Hei, kamu ga boleh ngomong kayak gitu, Lan. Kalo kamu udah cukup umur, Kakak janji akan cerita apa yang dulu pernah terjadi. Papa dan Mama juga pasti punya alasan yang kuat buat melakukan itu semua."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENJA'S WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang