Kekacauan

13 2 0
                                    

Senja menyusuri sebuah gang untuk sampai ke rumah kontrakannya.

"Ka Senja!" Suara jeritan Bulan seraya berlari ke arahnya sukses membuat Senja tersadar dari lamunannya.

"Lan, kamu kenapa?"

"Ru-rumah kita, Kak."

"Rumah kita kenapa, Lan?"

"Kita diusir dari kontrakan, Kak."

Deg!

Senja tahu, cepat atau lambat hal ini akan terjadi, mengingat ia belum membayar uang sewa kontrakan selama tiga bulan.

Dan pertanyaan menyakitkan yang kembali ia dengar ketika sang Adik bertanya, "setelah ini kita harus pindah ke kota mana lagi, Kak?"

°°°

Tanpa tujuan yang jelas, Senja serta Bulan berjalan menyusuri trotoar seraya membawa dua buah koper dan satu satu buah tas punggung.

Terdengar suara ban saling berdecitan dengan dinginnya aspal jalan raya. Sebuah mobil berwarna merah berhenti tepat di samping Senja dan Bulan berdiri.

"Bu Indri?"

Bu Indri, pemilik coffee shop di tempatnya bekerja itu mulai melangkahkan kakinya setelah turun dari kendaraan online yang tadi ditaikinya.

"Sudah malam seperti ini, kamu dan Adikmu kenapa masih ada di luar seperti ini, Ja?"

"Mmmm anu, Bu."

"Anu apa? Kalian berdua lagi ada masalah?"

"Kita diusir dari kontrakan, Bu," jawab Bulan, karena melihat sang Kakak sepertinya tak berniat ingin berucap jujur.

"Diusir? Kok bisa? Bukannya baru beberapa hari yang lalu gaji kamu sudah turun, Ja?"

"I-iya, Bu, sudah. Akhir-akhir ini Senja memang banyak keperluan untuk sekolah dan lainnya."

Senja sendiri hanya bisa memberi penjelasan secara garis besarnya. Gadis itu tak ingin memberitahu jika gajinya selama ini telah ia gunakan untuk menyicil uang ganti rugi atas perbuatan Bulan yang dahulu pernah bertengkar dengan teman satu sekolahnya hingga sang anak terjatuh dari tangga. Sebenarnya, dahulu Langit lah yang ingin mengganti rugi atas itu semua, namun Senja bersikeras untuk menolaknya.

°°°

"Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsallam!" Indri menyalimi tangan sang suami.

"Ngapain mereka ke sini? Bukannya coffee shop udah tutup?" Kedua suami istri itu tengah berbicara empat mata.

"Mulai sekarang Senja dan Bulan akan tinggal di sini, Mas."

"Tinggal di sini?" Indri mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu tau kan, keuangan coffee shop kita lagi menurun drastis. Buat makan kita berdua aja susah, masih untung kita gak melakukan pengurangan karyawan dan sekarang apa yang kamu perbuat? Berbuat baik itu memang perlu, tapi kamu harus lihat keadaan ekonomi kita juga dong."

"Tapi, Mas, ini udah malam, kasihan Senja dan Adiknya kalau harus lontang-lantung di jalan karena mereka baru aja diusir dari kontrakannya."

"Memangnya mereka itu siapa kita? Senja itu cuma pegawai di coffee shop kita dan tugas kamu hanya memberinya gaji atas tenaganya selama anak itu bekerja di sini, bukan?"

"Iya, Mas, aku tahu Senja dan Adiknya memang bukan siapa-siapa kita, tapi apa kamu gak punya sedikit aja rasa kemanusiaan? Mereka berdua perempuan, mereka berdua sudah gak punya orang tua. Apa membiarkan mereka berdua lontang-lantung di jalanan adalah jalan yang terbaik?"

SENJA'S WORLDWhere stories live. Discover now