Jadian

12 3 0
                                    

"Kak Langit, Kakak mau gak jadi pacar aku?"

Langit memicingkan kedua matanya. Sial, gadis itu lagi.

"Lo gak jadi bunuh diri?" Pertanyaan menohok itu keluar dari mulut seorang Langit Aksara.

Gio yang mendengar pertanyaan itu langsung menyenggol lengan sahabatnya untuk mengingatkan.

"Omongan lo, Lang."

"Salah gue di mana? Bukannya dia sendiri yang bilang mau bunuh diri."

"Tapi gak langsung to the point gitu juga, Bro," timpal Guntur.

"Kak Langit, kenapa Kakak gak mau terima cinta aku, sih?"

Langit kembali memalingkan wajahnya ke arah gadis itu.

"Gue udah punya pacar."

"Hah? Pacar lo siapa, njir?" Pertanyaan itu justru terlontar dari mulut Gio.

"Senja, anak IPA 1."

Guntur mengerutkan keningnya.

"Emangnya anak IPA 1 ada yang namanya Senja, Yo?"

Gio hanya mengangkat kedua bahunya, pertanda bahwa ia pun tidak mengenalnya.

"Bukannya kalian berdua cuma pura-pura pacaran?"

Semua penghuni kantin memusatkan pandangannya ke arah meja yang diduduki oleh Langit beserta kedua temannya, setelah mendengar pertanyaan gadis yang masih duduk di bangku kelas sepuluh itu.

"Gak usah nyebar gosip, kalo lo gak tau fakta yang sebenarnya."

Langit beranjak meninggalkan kantin. Namun, langkah kakinya terhenti, saat mendengar jawaban yang dilontarkan gadis itu.

"Kak Senja sendiri yang bilang kayak gitu sama aku. Kak Senja bilang, kalo kalian berdua cuma pura-pura pacaran, supaya gak ada cewek-cewek yang ganggu hidupnya Kak Langit lagi, kan?"

Langit mengepalkan kedua tangannya. Sepertinya, Senja bukanlah gadis biasa yang takut pada sebuah ancaman. Gadis itu lebih berani dari yang Langit kira.

"Kalopun hubungan gue sama Senja cuma pura-pura, kayaknya untuk terima perasaan lo butuh waktu ribuan tahun buat gue pikirin. Mending lo fokus belajar, karena jatuh cinta sama gue bukanlah hal yang menyenangkan."

Langit kembali melanjutkan langkahnya. Kini, tujuannya hanya satu. Mencari keberadaan Senja dan meluruskan semuanya hingga selesai.

°°°

Tak butuh waktu lama, akhirnya Langit dapat menemukan keberadaan Senja. Gadis itu tengah terduduk di depan kelasnya bersama dengan Arum.

"Gue mau ngomong sama lo."

Pembicaraan kedua gadis itu terhenti, karena kedatangan Langit.

Arum berdecak. "Ganggu aja sih lo."

Langit diam. Ia sama sekali tak menanggapi ucapan sepupunya seperti yang biasanya laki-laki itu lakukan.

Arum bangkit dari duduknya. "Gue duluan, Ja." Senja mengangguk.

"Mau ngomong apa?"

"Kita ngomong di rooftop." Langit menarik pergelangan tangan Senja, sebelum gadis itu menjawab.

°°°

"Aw... tangan Senja sakit..." ringis Senja, namun Langit tak menanggapinya.

"Langit... tangan Senja sakit..." Langit melepaskan lengan Senja yang sedikit memerah karena ulahnya barusan.

SENJA'S WORLDWhere stories live. Discover now