bagian 16.

256 40 18
                                    

Lampu memang sudah meremang, lampu utamanya telah dimatikan, tersisa cahaya dari meja di sebelah ranjang yang menjadi pencahayaan di kamar hotel ini. Dengan lantai berserak pakaian keduanya, yang kini lebih memilih menikmati deburan ombak di pantai yang cukup tenang, dan tentu saja suara hati orang yang berada di dalam pelukkannya. Junghwan masih tak berpakaian, sedangkan Gaeun memilih mengenakan kaus besar saja untuk mencegah dingin suhu ruangan pada tubuhnya.

Mereka saling diam tanpa satu kata terucap, usai pergumulan panjang dan panas yang dilakukan keduanya, baik Junghwan dan Gaeun tidak ada yang saling memulai percakapan. Si wanita memilih merapatkan tubuhnya di dada lelaki yang telah memberikannya seluruh harapan. Debaran dada lelaki ini menyenangkan untuk didengar, bagaimana dengan pelan dadanya naik turun pertanda bernapas, begitu menenangkan hatinya.

"Aku tidak ingin waktu berganti," bisik Gaeun mengitari dada bidang dengan telunjuknya.

Junghwan sedikit merunduk, dan akhirnya mata mereka bertemu. Esok adalah hari terakhir, rencananya mereka akan pulang sedikit siang supaya menghindari jam padat.

Gaeun membenahi letak kepalanya berbantal lengan lelaki ini. "Esok aku akan berubah menjadi sekretarismu lagi."

Junghwan masih diam.

"Apa tidak ada celah untuk kita berdua?"

Celah?

Junghwan akhirnya mengubah posisi menjadi menghadap wanita ini. "Kita belum bisa melakukannya, ada banyak yang mesti kita pikirkan bersama."

"Tapi, kau inginkan ada celah untuk kita berdua?"

Mereka cukup lama saling bertatapan, Gaeun mencari-cari setitah harap di mata hitam bening yang membuatnya selalu bergairah, sedangkan Junghwan berusaha mencari jawaban terbaiknya untuk wanita ini.

"Aku selalu inginkan itu."

"Kita tidak bisa bersama?"

Junghwan cukup terkejut, sedangkan Gaeun menghela panjang.

"Aku selalu merindukanmu, setiap hari, berharap aku lebih banyak menghabiskan waktu denganmu dibandingkan semua ini. Tapi aku tahu, kita tidak punya banyak ruang untuk itu. Kau akan kembali jadi putra sulung dengan istri yang tidak bisa memberikanmu keturunan, dan aku akan menjadi ibu untuk anak tunggalku. Kita selalu memiliki hambatan."

"Tapi kita selalu punya kesempatan."

Gaeun menatap wajah itu sekali lagi, Junghwan memberikan senyuman manis untuknya, dan mereka semakin dekat.

"Aku mulai bosan dengannya." Junghwan cium kening Gaeun. "Kalau tidak ada ruang untuk kita, maka kita sendiri yang harus ciptakan. Kita yang buat ruangan untuk diri kita sendiri, dan perasaan ini."

Gaeun tidak bisa menyembunyikan rasa cintanya yang teramat besar pada lelaki ini, dalam satu pelukan, dia sudah buang jauh-jauh statusnya sebagai istri orang dan ibu dari satu anak. Dalam ranjang hangat sisa pergumulan mereka, Gaeun dapatkan jati dirinya yang baru, cintanya yang kembali bersemi. Begitu pun dengan Junghwan, kini dia tidak akan pernah menyesali perbuatanya. Dia ingin bahagia.

Di bagian yang lain, mobil bekas Kyuhyun terhenti di depan sebuah rumah yang besar. Seingatnya Juhyun pernah memberitahu jika rumah wanita ini berada di sekitaran perumahan mewah, yang isinya elit semua. Bahkan rumor beredar, wanita ini masih bertetangga dengan rumah artis IU yang dibuatkannya untuk orang tua wanita itu.

Kyuhyun dapat duga kalau suami temannya ini bukan orang sembarangan. Dengan tipe rumah yang super besar seperti ini, tidak heran kalau tetangga Juhyun dari kalangan selebriti. Di waktu yang makin malam, mereka baru pulang dari kebun binatang sore sekali, dan makan malam dahulu di sebuah restoran cepat saji, sebelum akhirnya Kyuhyun mengantarkannya pulang.

Janji Suci - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang