bagian 9.

203 42 7
                                    

Kyuhyun berjalan menjauhi Sungai Han setelah gagal merokok di sana. Dering ponselnya berbunyi, berhenti sejenak dan menatap layar ponselnya menampilkan satu buah panggilan. Dia mengangkatnya.

"Halo, Ibu?"

"Oh, bagaimana kabarmu?"

"Baik, Bu. Hoon dan Gaeun juga sama."

Suara helaan napas terdengar lega dari jauh. Kyuhyun kernyitkan dahinya mendengar suara Ibunya terdengar sangat lega, seakan sesuatu sedang menjadi pikirannya. Bahkan di saat suasana siang begini.

"Ada apa, Bu? Ibu sedang tidak bekerja? Apa toko tidak ramai?" tanyanya, Ibu Kyuhyun menjual tanaman dengan membuka toko bunga di kampung.

Sejak keluar dari pabrik, berhenti berdagang di pasar, wanita paruh baya itu akhirnya memutuskan untuk melakukan hal yang dia suka saja. Merawat bunga, tumbuhan lain, agar tidak menyia-nyiakan waktu saja.

"Ramai. Bukan begitu, Kyuhyun, hanya saja ibu rasa, ibu merindukan cucu ibu."

"Ibu mau kemari? Kalau iya, akan aku jemput."

"Tidak perlu. Ibu sanggup naik bus. Lagipula, bagaimana pekerjaanmu? Sudah dapat yang baru?"

Kyuhyun yang kali ini ingin menghela, namun dia tahan karena tidak mau menyusahkan Ibunya. Dan lagi sejujurnya dia baru bertemu sahabatnya untuk membahas bagaimana dia perkembangan usaha yang ingin dia buka, tetapi ucapan Gaeun malam itu terus membayanginya.

"Kyuhyun? Kau baik-baik saja?"

Dia tersadar. "O-Oh, Ibu aku sedang mencoba membuka bisnis restoran, sahabatku, Choi Mashi, Ibu ingat? Dia mengajak kerja sama, dan lagi aku tertarik karena dari dulu ingin sekali keluar dari menjadi pekerja. Menurut Ibu?"

"Gaeun tahu hal ini, bukan?"

Kyuhyun mengangguk meski dia tidak begitu yakin. "Iya, Bu."

"Kalau begitu lakukan jika kau memang suka dan niat, Nak. Tapi kau harus tetap memberitahu istrimu, bagaimana pun ini bukan keputusan yang mudah. Gaeun harus tahu, sebagai suami istri kalian harus saling memahami. Kau mengerti?"

Kyuhyun diam dahulu sebelum menjawab. "Iya, Bu."

Wanita itu tertawa renyah di ujung sana. "Nak, apa Gaeun baik-baik saja? Belakangan ini dia jarang memberi kabar pada ibu. Biasanya dia akan menelepon."

"Gaeun baik, Bu. Hanya saja belakangan ini dia sedang sibuk di kantornya. Gaeun naik pangkat dan dimutasi ke kantor pusat, maka itu dia agak sering lembur."

"Ah, begitu. Syukurlah kalau baik-baik saja. Ibu senang mendengar suaramu. Hoon juga baik kan? Kapan-kapan ibu akan ke sana."

"Baiklah, hubungi aku jika Ibu mau main kemari, biar kujemput di terminal. Jaga kesehatan, Bu."

"Oh, kau juga, Nak."

Kyuhyun akhirnya mampu menghela lebih panjang dan penuh kelegaan, dia tatap layar ponselnya. Sesungguhnya dia juga tidak yakin apakah Gaeun sungguh baik-baik saja atau tidak, sejak ingin naik pangkat, istrinya lebih sibuk dan lebih sering pulang malam. Apalagi Gaeun belakangan ini berangkat lebih pagi karena jarak rumah dengan kantornya lebih jauh. Kyuhyun mendadak merindukan istrinya.

Dia coba kirimkan pesan pada Gaeun.

Kau sudah makan siang?

Di kantor, Gaeun masih mencoba beradaptasi dengan semua pekerjaan barunya ini. Meski sesungguhnya tidak begitu sulit, hanya saja bos barunya lebih teliti, sekaligus lebih disiplin dari pada Pak Hong. Pantas saja kantor ini bisa berdiri sangat lama dan semakin banyak meraih kekayaan. Gaeun mencoba berhitung berapa pajak yang mesti bayar. Dia menggeleng, dan matanya melirik ponselnya yang menyala. Sebuah pesan masuk, dari sang suami.

Janji Suci - ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora