bagian 2.

363 46 15
                                    

Ada alasan mengapa Juhyun kurang suka dengan keramaian, mungkin beberapa jenis keramaian. Salah satu yang tidak dia sukai adalah padatnya bandara internasional Korea. Butuh waktu setengah jam untuk sampai bandara, itu tidak lama, tapi menunggu pesawat itu landing cukup menguras banyak waktu. Seharusnya dia bisa pakai untuk menengok daycare warisan dari mendiang Ibunya, dan bukan hanya menunggu kepulangan seorang anak mama yang akan membencinya jika tidak ikut menjemput.

Kali ini dengan kacamata hitam, sebuah long dress warna hijau army yang berkancing di depan, dan ikat pinggang yang menyekat pinggang kecilnya. Terkesan begitu keibuan, nyatanya memang setelah menikah, Juhyun senang dengan mode pakaian klasik semi formal seperti ini. Mungkin efek menikahi seorang pengusaha kaya raya.

Juhyun menarik napas, melirik jam tangannya sebelum menatap ke depan, tepat di gerbang kedatangan yang nampak banyak orang lalu lalang. Tentu saja yang baru pulang dari tujuan yang sama. Hingga matanya menemukan seorang wanita dengan pakaian paling mewah yang mungkin ada di tasnya, bersama seorang lelaki tinggi rupawan yang mendorong troli berisi seluruh koper dan barang bawaan.

Juhyun lepaskan kacamata hitamnya untuk menyambut si anak mama.

"Kakak!" Soo Ji agak berlari kecil, meninggalkan tunangannya di belakang dan memeluk erat Juhyun. "Aku merindukanmu."

"Aku juga, Sayang. Bagaimana penerbangannya? Menyenangkan?"

Soo Ji menggeleng, membuat rambut blondenya yang dikuncir satu tersebut terayun. "Tidak. Di California jadwal penerbangannya diundur dan aku tidak suka makanan di pesawat."

Juhyun terkekeh renyah, dalam hatinya dongkol karena tahu itu adalah kebohongan. Bisa dilihat bekas makanan di giginya. Jelas sekali kalau Soo Ji mungkin yang memakan jatah untuk sang kekasih.

"Tenang saja, koki rumah sudah siapkan makanan kesukaanmu."

Soo Ji memekik manja. "Oh iya, Kak, kenalkan namanya Richard Kang, tunanganku. Sayang, ini kakak iparku, istrinya Kak Junghwan."

Juhyun bersalaman dengan lelaki tinggi rupawan yang sejak tadi diam saja. "Seo Juhyun."

"Richard Kang." senyumannya cukup manis karena punya lekuk pipi yang panjang.

Soo Ji berikan tasnya pada pelayan yang ikut menemani Juhyun. "Ayo berangkat, aku lelah. Dan tolong hubungi pelayan di rumah, aku mau langsung spa dan pijat."

"Baik, Nona."

Soo Ji tersenyum ceria seraya menggandeng Juhyun keluar dari bandara. Wanita itu hanya mampu menarik napas dan mencoba bersabar, ujiannya telah dimulai lagi.

[{}]

Kondisi daycare tidak pernah sepi, selayaknya penitipan anak pada umumnya, Happy Daycare yang terletak strategis di antara kantor, bank, hingga pusat perbelanjaan itu penuh dengan anak-anak yang orang tuanya sibuk bekerja atau sedang ingin istirahat tanpa diganggu oleh mereka. Pemilik awalnya, Nyonya Ahn Ye Won, ibunda dari Seo Juhyun tersebut ingin membuat daycare lebih banyak di Korea.

Wanita lulusan Konkuk University dengan jurusan psikolog tersebut memandang jika banyak anak yang justru semakin tidak terurus dengan kelayakan hidup yang mereka dapat. Kesibukan orang tua yang akhirnya membuat Ye Won memutuskan untuk membangun gedung bertingkat dua tersebut sebagai salah satu daycare kebanggaanya.

Selama bertahun-tahun menjadi pemilik tunggal, hingga akhirnya divonis kanker rahim yang dideritanya selama dua tahun, membuat Ye Won harus mengambil keputusan paling krusial dalam hidupnya. Membalik nama gedung berharga ini atas nama putri tunggalnya. Seo Juhyun yang dahulu lebih menyukai dunia seni busana, dibandingkan mengurus anak-anak yang butuh perhatian.

Janji Suci - ENDWhere stories live. Discover now