"Devin!" teriak Leta, karena ulah cowok itu dirinya langsung diguyur air hujan.

"Nah, gini dong daritadi. Gue tuh nunggu lo ke sini." Leta menautkan alisnya bingung.

"Ngapain nunggu aku?"

Devin tersenyum. "Mau ngajak lo main hujan-hujanan."

"Nggak jelas kamu, sini balikin payungnya."

Bukannya mengembalikan, Devin justru membuang payung itu asal. Membuat Leta memandang tak percaya.

"Ngapain pake payung, udah basah kuyup gitu." Leta berdecak kesal, dia memilih untuk berjalan kembali ke dalam panti.

Dia hampir terjatuh karena sebuah dorongan di bahunya, tentu saja pelakunya adalah Devin.

"Kita balapan, siapa yang sampe duluan dia bakal dimasakin mi sama yang kalah." Tanpa menunggu persetujuan, Devin langsung berlari meninggalkan Leta.

"Nyebelin banget tuh, cowok!" umpat Leta, berlari untuk mengejar Devin.

***

Malamnya, tubuh Leta terasa panas. Ternyata dia mengalami demam tinggi, mungkin karena tadi sore dia bermain di tengah derasnya hujan. Tunggu dulu, sejak kapan dia memiliki tubuh lemah seperti ini? Hanya karena hujan-hujanan sebentar saja sudah sakit, cihh menyebalkan.

“Hachimm!!” Leo menghela napasnya panjang, kemudian mengelap ingus yang keluar dari hidung kembarannya.

“Lo kenapa bisa sakit sih?” tanyanya kesal.

“Ya gue nggak tau lah, salahin aja nih penyakit yang sembarangan mampir ke tubuh gue!” Leo langsung menjitak kepala Leta, membuat gadis itu menatap sebal.

“Heran sama lo deh, kenapa bisa pulang telat? Habis hujan-hujanan di mana? Nggak bisa apa pulang tepat waktu? Kalo udah waktunya pulang ya pulang, jangan keluyuran dulu.” Leta mencebikkan bibirnya.

“Gue tadi sama Devin, dia ngajakin gue ke-”

“Ooh, jadi Devin yang nyebabin ini semua? Bener-bener tuh bocah yah, diajakin ke mana lo? Sampe-sampe pulangnya basah kuyup, harus diberi pelajaran tuh bocah. Lo kalo diajak main mikir dong, kalo hujan ya neduh jangan ditrabas aja. Punya otak buat apasi?! Devin juga, dia laki-laki tapi ngebiarin seorang cewek basah kuyup, sinting emang.”   

“Bisa diem dulu nggak sih? Tambah pusing nih gue.” Leta memijat kepalanya yang semakin bertambah pusing karena mendengar ceramah panjang dari sang lelaki yang menjabat sebagai kembarannya.

“Gue itu khawatir sama lo. Lo adalah orang yang gue punya selain daddy, semenjak mama pergi, gue selalu janji sama diri gue sendiri untuk jagain lo. Karena gue nggak mau merasa kehilangan lagi, cukup mama yang gagal gue jagain.”

Lagi, membahas tentang seorang wanita yang menjadi ibu kandung mereka berdua. Ibu kandung mereka telah berpulang duabelas tahun yang lalu karena insiden kecelakaan. Saat itu, Leo sedang berada di rumah kakeknya dan memaksa ibunya untuk menjemputnya pulang padahal saat itu sudah sangat larut malam.

Alhasil, dalam perjalanan, ibunya mengalami kecelakaan dan mengharuskan beliau berpulang. Karena kejadian itu, Leo sangat menyesal dan terus menyalahkan dirinya sendiri. Lalu dia berjanji akan selalu menjaga Leta, karena dirinya merasa jika Leta kehilangan sosok ibu karena dirinya. Jadi Leo harus selalu di samping gadis itu untuk selalu menjaganya.

“Le, lo masih merasa bersalah sama kepergian mama?”

“Itu bukan salah lo, gue selalu bilang itu bukan salah lo. Itu murni kecelakaan, nggak ada sangkut pautnya sama lo. Kalo lo ngerasa bersalah karena gue nggak dapat kasih sayang seorang ibu, lo salah. Gue punya lo, lo yang selalu jagain gue. Keberadaan lo cukup buat ngisi posisi mama buat gue kok.”

“Lo juga udah gue anggap seorang ibu, kan lo cerewetnya ngelebihin ibu-ibu komplek,” ucap Leta disusul dengan gelak tawanya. Sementara Leo yang tadinya hampir terbawa suasana, langsung merubah wajahnya menjadi masam, kemudian menggeplak kepala gadis yang tengah tertawa itu.

Leta langsung mengusap keningnya yang terasa nyut-nyutan akibat pukulan yang Leo berikan. “Sakit, bego! Tambah pusing nih gue.”   

Leo tersenyum lalu mengusap pelan rambut hitam legam milik Leta. “Jangan berubah ya, Ta. Jangan pernah tinggalin gue.”

“Dikira gue power rangers apa, bisa berubah.” Sontak ucapan ngawur Leta membuat Leo tertawa lepas.

“Udah, lo tidur. Istirahat biar cepet sembuh, besok nggak usah berangkat dulu.”

“Hmm.” Leo membantu Leta menyelimuti dirinya, kemudian mengusap penuh kasih sayang kepala gadis itu.

“Good night.”

“Good night too.” Setelah itu, Leo keluar dan menuju ke kamarnya. Kemudian dia membuka buku-buku yang tebal, memulai untuk belajar. Mempersiapkan ujian yang akan datang.













Tbc...

NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang