Wattpad Original
There are 7 more free parts

SATU

148K 7.5K 544
                                    

Suasana ruang keluarga itu tidak tampak seperti biasanya. Sana—si pemeran utama yang biasanya selalu bisa mengeluarkan kata-kata bantahannya kini tidak dapat melakukannya. Gadis 21 tahun itu hanya bisa menunduk dalam diamnya. Hanya mulutnya saja yang terdiam. Sebab di dalam hatinya, Sana berkomat-kamit mengucapkan segala macam bantahan untuk si tuan rumah yang tidak lain adalah papinya sendiri.

Terlihat di sana, si tuan rumah yang sedang duduk di kursi utama sembari memijat keningnya. Di usianya yang sudah memasuki kepala 5 ini kepalanya dibuat bertambah pusing oleh kelakuan salah satu putrinya.

"Sekarang Papi punya aturan baru untuk kamu." Rysaka Anugerah Aditama—si tuan rumah—menatap putrinya dengan serius. "Papi akan atur ulang uang bulanan kamu. No credit card, no debit, no e-wallet. Uang bulanan kamu akan dalam bentuk tunai. Dua juta perbulan."

"Pi!" Sanalia Afiyah Anugerah—si pemeran utama yang tadinya duduk dengan tertunduk langsung dibuat berdiri begitu mendengar titah baru dari sang Papi. Namun ketika mendapat pelototan dari Nyonya rumah, Sana langsung kembali terduduk di tempatnya.

Gadis berambut panjang yang masih mengenakan pakaian tidur itu kemudian memelaskan wajahnya, menatap sang Papi dengan wajah meminta dikasihani.

"Pi, please, dong. Sana, kan, udah minta maaf. Sana khilaf, Pi. Sana siap dihukum tapi enggak kayak gini juga, dong, hukumannya." Gadis itu bahkan kini turun dari sofa, mendekat pada papinya dengan memperlihatkan dengan jelas wajah memelasnya.

Saka sebenarnya tidak tega menatap wajah putrinya. Bagaimanapun, Sana adalah salah satu kesayangannya, tapi sebagai orang tua yang sepertinya sudah terlalu memanjakan anak hingga Sana berada dalam bentukan seperti ini, Saka harus melakukannya.

"No, Sana!" Saka menggeleng. "Apa pun yang kamu lakukan nggak akan buat Papi berubah pikiran. Ini semua demi kebaikan kamu."

"Pi ...," Sana merengek. Duduk di bawah beralaskan karpet dengan memeluk lutut papinya. "Please, Pi. Sana cuman khilaf. Nggak lagi-lagi Sana kayak gitu." Gadis itu berhasil mengeluarkan air matanya agar terlihat lebih menyedihkan.

Saka kekeh pada pendiriannya. Dia tidak akan berubah pikiran. Sana sudah terlalu dimanja sehingga kelewat batas. Sangat kelewat batas hingga menghabiskan uang 500 juta dalam dua hari! Ini adalah tindakan yang harus Saka ambil untuk menghukum putrinya.

Si Tuan rumah akhirnya berdiri yang otomatis membuat Sana agak sedikit terseret. Laki-laki itu kemudian membawa putrinya ikut berdiri dan memeluknya dengan erat. Saka tidak tega. Sangat tidak tega. Ingin berubah pikiran tetapi tidak jadi saat diliriknya sang istri yang menatapnya dengan tajam.

"Maafin Papi. Ini semua demi kebaikan kamu."

Tangis Sana semakin keras dibuatnya. Mereka berpelukan dengan erat seakan sebuah kesedihan yang begitu besar menghantam keduanya.

"Kamu yang sabar, ya, Sayang. Kamu harus berubah, biar Papi nggak hukum kamu seperti ini."

Terlalu drama!

Terlalu drama hingga Nyonya rumah yang tadi duduk dengan anggun kini bangkit dari duduknya. Menghampiri anak dan suaminya kemudian memisahkan keduanya dengan kejam.

"Udah jam segini." Clarinna Ayu Putri Prasetya—si Nyonya rumah—berhasil memisahkan pelukan keduanya. "Kamu ada kelas, Sana! Cepat mandi."

Sana mengusap air matanya yang turun. Menatap maminya dengan memelas meski dia tahu itu tidak akan merubah apa pun. Kepala rumah tangganya adalah Saka, tapi Sana tahu bahwa maminya lah pemegang kendali besar dalam rumah ini. Termasuk keputusan untuk menghukum Sana dengan kejam seperti ini.

"Ah, Sana. Papi kamu lupa bilang ini tadi." Clarinna menatap Putrinya itu. "Dua juta perbulan itu termasuk dengan ongkos dan makan siang. Karena kamu akan ke mana-mana tanpa mobil mulai hari ini."

Bumi Milik SanaWhere stories live. Discover now