2.1 [Membuka hati]

2.9K 274 16
                                    

HAPPY READING!don't forget to vote and comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!
don't forget to vote and comment.

🦋

LANDER menatap datar gadis yang saat ini tengah tidur nyenyak di atas kasur mahal. Sungguh menyedihkan, dia sudah berpikir yang tidak-tidak tentang keadaan Seola, tapi lihatlah gadis itu malah sedang asyik menyelami dunia mimpi.

Dulu, ketika Lander hendak datang mengunjungi, Seola tampak bersemangat. Namun, sekarang sudah tidak berlaku. Beberapa kali datang ke mansion Vand, gadis itu selalu tidur siang.

Lander berjalan mendekati ranjang, duduk di pinggir menatap lekat wajah cantik tersebut. Tangan kekarnya menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Seola. Tanpa sadar seulas senyuman tercetak indah di bibir seksi miliknya.

“Saya khawatir, kamu malah enak-enakan tidur,” ucap Lander.

Seola menggeliat, perlahan-lahan matanya terbuka. Ketika melihat objek manusia di depan mata, Seola mengerjap, memastikan apakah dia salah lihat atau tidak.

“Ini saya,” ujar Lander.

Seola tersentak, dia bangun dari tidur menjadi posisi duduk. Menatap terkejut sekaligus marah pada Lander yang lagi-lagi tanpa sopan santun masuk ke kamarnya.

“Ngapain sih? Senang banget masuk kamar gue,” ketus Seola menarik selimut menutupi tubuhnya.

Lander menaikkan satu alis, kenapa Seola bertindak seperti itu? Padahal dia sama sekali tidak berniat buruk. Namun, karena tidak mau membahasnya Lander pun mengalihkan, karena memang tujuannya ke sini untuk menanyakan bagaimana keadaan Seola.

Pria tampan itu sedikit berdehem sebelum memulai percakapan. “Kamu baik-baik aja?” tanyanya dingin.

“Baik,” jawab Seola polos, menatap bingung. Dia baik-baik saja, apa yang salah?

“Kamu tadi dibully perihal kasus bunuh diri itu?” tanya Lander, lagi.

Seola mengangguk, tapi tak lama tertawa kecil. Gadis tersebut menyandarkan tubuh pada kepala ranjang, menatap lurus ke depan, dengan tangan terlipat di depan dada. “Lo khawatir?”

Lander diam tidak menjawab.

“Tenang aja, gue udah kebal banget dibully,” lanjut Seola.

“Saya bakal tuntaskan kasus ini tanpa ada sangkut pautnya dengan kamu,” ujar Lander.

Seola beralih menatap Lander lekat, mata hijau itu tersirat amarah tertahan, raut wajah menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak main-main dengan ucapannya. Lagi pula, memang siapa yang menganggap ucapan seorang Lander Aksaka Corner sebatas becanda? Tidak ada. Orang seperti Lander bahkan tidak pernah becanda, hidupnya kaku, yang ada di pikiran hanya kerja, kerja, dan kerja.

Di luar dari itu, Seola merasa sedikit senang. Ya, hanya sedikit. Lander bersikap amat peduli padanya, bahkan pria itu jadi sering berkunjung ke mansion Vand. Seandainya, Lander tahu jikalau di dalam tubuh Seola hanya ada jiwa lain, bagaimana reaksinya? Apa Lander akan menjauh?

Redoubtable [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang