0.4 [Perubahan]

5.5K 483 7
                                    

HAPPY READING!don't forget to vote and comment

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HAPPY READING!
don't forget to vote and comment.

🦋

SEOLA memasuki mobil Lamborghini miliknya yang sudah lama tidak dipakai. Karena setiap pergi ke mana pun ia selalu diantar-jemput, kekhawatiran orang tuanya membuat ia tidak bebas pergi, lagi pula Seola juga merasa malas berpergian.

Namun, itu dulu. Sekarang di dalam tubuh ini adalah jiwa Syena—gadis cantik penyuka tantangan, dan berkelana ke ujung dunia. Apa pun caranya ia harus bebas, tidak ada yang boleh melarang.

Tadi malam saat makan, ia berusaha membujuk keluarganya untuk diizinkan berkuliah dan mengendarai mobil sendiri. Butuh usaha keras mendapatkan izin tersebut. Bukan jiwa Syena jika tidak memiliki otak cerdik. Dia mengancam akan melukai dirinya kembali jika tidak diberi izin. Padahal dalam hati tidak mungkin melakukan hal bodoh tersebut.

Kembali pada Seola yang sudah melajukan mobilnya dengan amat santai, tidak mempedulikan jika ia terlambat nanti. Beberapa menit berkendara, akhirnya tibalah di Landers University. Seola memasang kacamata hitam, lalu mengambil tas ransel kecil menyandangnya di lengan kanan.

Setelah merasa siap, pintu mobil perlahan dibuka menampilkan sosok cantik yang sebentar lagi akan menggemparkan Landers University. Saat ini Seola mengenakan pakaian yang terkesan simpel, tapi terlihat sangat berkelas.

Kaos putih polos sebagai atasan, kemudian dipadukan dengan blazer atau jas berwarna hitam. Celana jeans panjang berwarna dark blue yang bagian bawah sedikit digulung menggantung indah di kaki jenjangnya, dan terakhir sepatu putih.

Santai, dan tenang. Dua kata yang mendeskripsikan sosok jiwa Lynelle Syenaya Cavier, langkah penuh pasti ia berjalan menyusuri kampus dengan tatapan semua orang mengarah padanya.

“Eh lihat! Siapa cewe itu?”

“Cantik banget, gayanya keren.”

“Bentar, itu bukannya mobil Seola, ya?”

“Hah Seola? Jadi itu Seola? Kok mendadak keren?”

“Percuma sih keren kalau masih gila.”

“Ha-ha-ha, cap gila akan selalu menempel pada Seola.”

Kira-kira begitulah celoteh beberapa mahasiswa-mahasiswi Landers University. Sungguh sial! Siapa mereka berani menertawai dirinya? Lihat saja Seola bakal membuat mulut-mulut sampah itu tertutup rapat.

Prok-prok-prok!

Tepuk tangan sebanyak tiga kali menghentikan langkah kaki Seola. Ia menatap datar ketiga mahasiswi yang dari ingatannya selalu melakukan pembullyan. Tak lama Seola tersenyum miring, ketika tatapan matanya meneliti cewek-cewek di hadapannya ini.

“Sampah,” batin Seola.

“Wah-wah, Seola si gadis gila ternyata udah masuk kampus. Selamat datang, Seola!” ucap salah satu mahasiswi bernama Ruffy  yang diyakini sebagai ketua dari dua cewek lainnya.

“Lihat, libur 15 hari masuk kuliah kenapa berubah? Mana senyum manis yang selalu lo kasih ke orang-orang?” tanya Ann.

“Tapi benar kata beberapa murid, percuma kalau dia tetap jadi cewek gila,” ujar Frisly.

Seola menghela napas pelan, ia melipat kedua tangan di depan dada. “Nggak usah banyak omong. Mending minggir, sebelum kepala lo lepas dari tempatnya!” ucapnya lantang.

Beberapa orang berlalu-lalang yang sengaja menghentikan langkah melihalyt pertunjukan tersebut sontak terkejut, ini pertama kali mereka mendengar ucapan lantang dari Seola. Pasalnya, seperti diketahui Seola dikenal sebagai cewek lemah lembut, dan 'aneh'.

Aneh yang dimaksud pada saat gangguan mentalnya kembali kambuh. Seola akan berteriak keras, memarahi semua orang, bahkan tak segan menyakiti orang-orang yang berada di sekitarnya. Maka dari itu, ia sering disebut gila. Ah, ralat bahkan dicap sebagai cewek gila.

“Lo—” Ucapan Ruffy terhenti dengan jari telunjuk tepat di hadapan Seola.

“Kalau cuma mau marah-marah, jangan sama gue. Waktu gue terbuang sia-sia karena bacotan nggak berguna lo bertiga,” potong Seola sembari menurunkan jari telunjuk Ruffy dari hadapannya.

“Ketularan sampah,” gumam Seola. Ia membuka tas mengambil sebotol handsanitizer, lalu menyemprotkan pada tangannya. Setelah dirasa cukup, ia pun beranjak meninggalkan mereka dengan begitu saja.

Semua orang melongo dibuatnya, sungguh di luar dugaan. Bagaimana bisa Seola melakukan hal seperti itu?

“SEOLA LO BERANI SAMA GUE?!” teriak Ruffty tidak terima.

Seola hanya tertawa kecil, ia mengangkat tinggi-tinggi jari tengah tangan kirinya sebagai balasan atas teriakan Ruffy. Jari tengah itu terlihat menantang, kuku panjang tajam berwarna merah pekat sangat cocok di sana.

Tak jauh dari sana terdapat segerombolan cowok menatap aksi berani Seola, termasuk Alkan—abang kedua Seola yang berumur 22 tahun. Saat ini Alkan sedang duduk di semester akhir, dengan jurusan Manajemen Bisnis. Pria itu masih tidak percaya. Adiknya, Seola yang seringkali dibully kini mulai menunjukkan perubahan.

“Al, itu adik lo, 'kan? Kok badas banget,” ucap Liam.

“Adik lo berubah drastis abis dari koma,” sahut Miko.

“Apa karena amnesia dia berubah?” batin Alkan.

🦋

Tok-tok-tok!

Pintu ruangan khusus yang terdapat di salah satu kantor terbesar California, Amerika Serikat diketuk oleh seorang pria tinggi, dengan postur tubuh tegap. Pria itu terlihat seperti bodyguard, apalagi pakaiannya serba berwarna hitam.

“Masuk.”

Setelah mendapat persetujuan dari sang atasan, ia pun berjalan mendekat ke meja kerja. Sosok pria lain duduk di sana, dengan pandangan mengarah pada kaca pembatas yang memperlihatkan kota California.

“Ada apa?”

“Maaf, Tuan. Saya mendapatkan laporan bahwa Nona Seola mengalami perubahan setelah bangun dari koma.”

Mendengar laporan tersebut, secara tiba-tiba kursi kerja seharga ratusan juta itu memutar menghadap lawan bicara. Terlihatlah pria berwajah sangat tampan bak dewa dengan alis tebal, bola mata hijau diikuti tatapan tajam, rahang tegas, dan terakhir bibir sedikit tebal yang terkesan sexy.

“Perubahan?” tanyanya seakan meminta info lebih jelas.

“Benar, Tuan. Dokter mengatakan Nona Seola amnesia karena tekanan stres yang begitu kuat, mungkin itu penyebab perubahannya.”

Mengerti dengan penjelasan tersebut sang atasan mengangguk singkat. “Ada info lagi?”

“Tidak ada, Tuan. Hanya itu saja.”

“Berikan saya videonya.”

“Baik, Tuan. Akan segera saya kirim.”

Pembicaraan selesai, pria yang berstatus sebagai tangan kanan pun beranjak pergi meninggalkan sang atasan yang masih diam dengan berbagai pertanyaan bersarang di otak cerdiknya. Mendengar penjelasan dari salah satu orang terpercaya, ada rasa aneh yang mengganjal di hatinya. Mungkin ia penasaran akan perubahan yang dimaksud.

“Amnesia, aku akan menyelidikinya nanti,” ucapnya.

🦋

Redoubtable [ON GOING]Where stories live. Discover now