18. Cemburu? 🔞

Start from the beginning
                                    

"Hm..." Om Johnny hanya menggumam. Gue semakin tidak nyaman dengan posisi ini. Hembusan napasnya membuat gue merasa terpacu. Apalagi ketika gue merasakan bagian celananya yang mulai menonjol.

"Tadi sama siapa ke fakultas?" Dia bertanya sambil tangannya bergerilya di tubuh gue. Payudara gue menjadi sasaran utamanya.

"Ehm.. sama temen." Gue tau, kalau dia sudah bertanya seperti itu artinya dia tadi melihat gue sama siapa tadi. Hanya saja dia nggak kenal siapa orangnya.

"Anak fakultas mana?" Tuh kan, dia melihat gue dibonceng Adiyan. Berhubung Adiyan bukan mahasiswanya, maka dia pun langsung bertanya.

"Teknik." Jawab gue sambil menahan lenguhan saat kancing kemeja gue dibukanya dan bra gue disingkap ke atar. Terpaan AC langsung mengenai permukaan kulit gue.

"Kenal di mana?" Bisa nggak sih ditanya dengan keadaan normal aja? Gue tersiksa sekali ditanya dengan posisi begini. Apalagi dia dengan sengaja mengecup cuping telinga gue.

"Temen SMA." Akal sehat gue semakin menipis saat tangannya bermain dengan puncak dada gue.

"Hm.. suka kamu sama dia?" Pertanyaan macam apa ini?!

Gue harus segela memegang kendali. Bisa kacau kalau gue membiarkan diri dikuasainya. Om Johnny akan bertanya sampai ke seluk-beluk kehidupan gue. Dan gue nggak suka itu.

Oleh sebab itu, gue langsung mengubah posisi menghadapnya dengan kedua kaki gue membelengu pahanya. Tangan gue melingkar di lehernya. "Enggak kok." Jawab gue sambil mengecup pipinya.

Om Johnny menjauhkan wajah gue dari wajahnya agar ia bisa menatap gue. "Berarti dia yang suka sama kamu." Entah mengapa gue bisa menangkap ada nada ketidaksukan darinya. Seolah dia enggak suka kalau Adiyan menyukai gue.

"Nggak mungkin." Gue membantahnya.

Sebelum dia bersuara, gue sudah lebih dahulu menciumnya. Bibirnya gue pagut dengan lembut. Tidak terburu-buru namun tidak juga pelan. Om Johnny sempat terlena, namun tak lama kemudian ia menjauhkan bibir kami.

"Siapa namanya?" Kekepoan masih merajalela dalam dirinya ternyata.

"Adiyan, Om." Jawab gue.

"Lain kali nggak usah sama Adiyan lagi. Gara-gara sama dia kamu sampai nggak ngabarin saya."

Mata gue membola, tidak lama, hanya sebentar karena gue langsung mengubah raut wajah. Dalam hati, gue masih bertanya-tanya, kenapa dia jadi seperti ini. Tidak biasanya dia bertingkah begini.

Ada banyak pertanyaan yang ingin gue keluarkan, hanya saja semua itu tidak bisa gue katakan. Pada akhirnya gue mengiyakan.

"Iyain aja dulu biar lancar." Begitu pikir gue.

Om Johnny langsung mencium bibir gue. Kali ini ciumannya terkesan panas dan menuntut. Seolah-olah ingi menunjukkan bahwa gue adalah miliknya. Ah, atau ini hanya perasaan gue saja?

Gue tau kemana arah ciuman ini. Apalagi dengan posisi gue yang sudah setengah telanjang. Sebelum ini berlanjut lebih jauh, gue lebih dahulu menghentikannya. "Ini di kampus Om." Peringat gue.

Om Johnny mengerang tidak suka. "Saya nggak tahan." Waduh! Perasaan semalam gue dihajar sama dia, sampai subuh malahan. Dan siang ini dia mau hajar gue lagi?

"Tapi ini di kampus Om." Cicit gue.

"Kamu jangan berisik makanya." Dia malah memperingatkan gue. Seiring dengan itu, Om Johnny membuat gus berdiri, celana gue dibukanya dengan cepat. Hanya diturunkan saja. Sedangkan kemeja masih bertengger manis di tubuh gue dengan kancing kemeja yang sudah terbuka semua. Kaitan bra gue sudah terlepas, membuat payudara gue kehilangan penyangganya. Akan tetapi bra tersebut belum terlepas dari tubuh gue.

Pelaku yang membuat penampilan gue sekacau ini sekarang sedang membuka celananya. Dengan posisi berdiri, dia menuntut gue untuk bertopang pada pinggiran meja kerjanya. Di belakang gue, dia sedang berusaha memasukkan miliknya. Untungnya cairan lubrikasi alami sudah keluar dari tubuh gue, sehingga ketika dia masuk tidak begitu perih.

"Ahmmm.." sebisa mungkin gue menahan desahan saat miliknya masuk.

Gue menengok ke belakang. Lewat gelengan kepala gue memberikan kode bahwa gue nggak tahan untuk berteriak. Tapi Om Johnny justru meletakkan telunjuknya di depan bibir, menyuruh gue untuk tidak bersuara.

Sumpah, adrenalin gue terpacu sekarang. Dalam kondisi begini gue merasa adanya peningkatan gairah. Uh.. apalagi Om Johnny menggerakkan miliknya dengan pelan dan santai. Seakan takut kalau orang akan mengetahui aktifitas kami.

Justru gerakan yang pelan dan santai seperti inilah yang membuat gue tak kuasa untuk mendesah. Ini sangat nikmat. Jangan lupakan tangannya yang tidak tinggal diam. Payudara gue menjadi mainannya. Diremas dengan pelan seiring dengan gerakannya.

Gejolak aneh terus berdesakan dalam diri gue. Dalam keadaan begini, gue terus menahan desahan. Namun kenikmatan itu semakin menjadi. Sebelum desahan lolos, bibir gue dipagut Om Johnny. Alhasil desahan pu  teredam karena ciuman kami.

Milik Om Johnny terasa membesar di dalam gue. Itu tandanya, dia akan mencapai pelepasannya. Demikian juga gue. Oleh sebab itu gerakan kami semakin cepat. Masing-masing mencari kenikmatan sembari memberi kenikmatan juga.

"Hm...." gue menggumam karena desakan pelepasan yang kian mendekat.

"Tahan.." bisik Om Johnny dengan suara seksinya itu.

Tidak bisa. Gue tidak bisa menahan lebih lama lagi. Desakan itu kian menjadi. Hingga gue sampai di titik di mana gue nggak bisa lagi menahan. Milik gue pun mengalami kedutan yang sepersekian detik kemudian membuat Om Johnny mencapai pelepasannya.

Semburan hangat membahasi diri gue. Ini nikmat sekali. Om Johnny tidak langsung mengeluarkan milik ya. Kami sama-sama menikmati pelepasan ini sambil mengatur napas kami. Hingga dirasa sudah cukup, ia pun menarik dirinya. Detik itu juga gue merasa ada lelehan cairan yang keluar dari inti gue. Paha dalam gue menjadi sasaran lelehan itu. Pria di belakang gue hanya terkekeh pelan sambil membersihkan cairan itu dengan tisu.

"Hhhh..." gue merasa kehilangan keseimbangan untuk berdiri. Maka dari itu, Om Johnny langsung memangku gue untuk duduk.

Tiba-tiba dia memeluk gue erat. Dagunya ada di bahu gue. "Jangan dekat sama Adiyan lagi." Begitu ucapnya.

Apakah dia cemburu?

Tapi... apa alasan dia cemburu kalau di sisinya ada Zifra?

~•••~

jadi sebenarnya Om Johnny itu gimana sih?!

My Lecturer My Sugar DaddyWhere stories live. Discover now