Chapter 12 : Adaptasi & Pertemanan

92 6 8
                                    

Pulang dari sekolah, Yoshi berjalan gontai memasuki rumahnya. Ia menghela nafas berat sambil meletakkan ransel berwarna biru tuanya itu di atas lantai. Kemudian duduk di atas sofa dan melepaskan kedua sepatunya secara perlahan. Sesekali ia mendongak menatap foto pernikahan ayah dan ibunya yang terpajang di ruang tamu. Sedangkan di sampingnya ada foto dirinya sewaktu masih kecil. Lalu di sampingnya lagi, ada foto ketika orangtuanya masih SMA. Sekali lagi Yoshi menghela nafas.

"Oma aku kangen" ia bergumam ketika melihat ada pajangan bunga sakura palsu yang ada di atas meja. Sejujurnya Yoshi sudah sangat betah tinggal bersama neneknya di Jepang. Hanya saja, ia terpaksa harus pindah ke Korea karena sang Nenek telah meninggal beberapa minggu yang lalu. Jujur saja luka ditinggalkan oleh sang nenek, masih begitu membekas pada ingatan Yoshi. Seakan ada sebuah lubang besar yang menganga di dalam lubuk hatinya.

Terdiam memandangi bunga sakura itu, tanpa sadar airmata menetes membasahi pipinya. Bersamaan dengan itu, tiba - tiba saja pintu terbuka. Sang ibu sudah pulang dari bekerja.

"Yoshi, kamu udah pulang?"

Dengan cepat Yoshi menghapus jejak airmatanya agar sang ibu tidak melihat. Namun wanita itu tidak bodoh. Dia tahu Yoshi barusan menangis. Mendudukkan diri di samping putranya, Sana kemudian berkata.

"Kangen oma ya?" ucapnya sambil menghapus airmata Yoshi yang beberapa masih berlinang. Yoshi menatap sang ibu kemudian mengangguk. Sana tersenyum lemah lalu memeluknya dengan erat.

"Bunda juga kangen sama oma" Sana mengusap punggung Yoshi yang bergetar karena tangisnya.

"Tapi oma udah bahagia bersama Tuhan"

Pelukan itu terlepas sejenak. Sana tersenyum dan kembali menghapus airmata Yoshi yang sudah banjir. "Jangan sedih lagi ya? Nanti di surga, oma juga ikutan sedih" Yoshi pun mengangguk sebagai jawaban. 

"Ngomong - ngomong, tadi di sekolah gimana?"

"Lumayan" jawabnya singkat. Sana tersenyum memaklumi sifat Yoshi yang sedikit berubah itu. Sebelumnya dia adalah anak yang cerewet dan senang bicara. Namun semenjak kepergian omanya, Yoshi jadi berubah.

"Satu kelas sama siapa?"

"Banyak. Tapi cuma dikit yang aku tahu namanya"

"Oh ya?"

"He em. Ada Yeji, Doyoung sama Hyunsuk"

Sana terkekeh pelan. Saran dari Nayeon untuk menyekolahkan putranya ke sekolahnya dulu bukanlah ide yang buruk ternyata. Karena pada akhirnya, putranya sendiri berteman dengan murid - muridnya dulu.

"Bunda kenapa ketawa?"

"Gak papa kok. Cuma keinget waktu temen - temen kamu masih kecil dulu. Lucu banget!"

"Bunda kenal sama mereka?" Sana mengangguk pelan. "Dulu mereka itu murid bunda waktu di TK. Hyunsuk anaknya bandel, Doyoung anaknya usil, terus Yeji anaknya pemalu. Agak aneh waktu tahu kalo mereka satu kelas." Yoshi ikut terkekeh ketika mendengar perkataan Sana. 

"Mereka baik sama kamu?"

"Iya"

"Kalo yang lain?"

Yoshi tersenyum kaku lalu menggeleng. Sana bisa memakluminya. Pindah di sekolah yang ada di negara lain memanglah perjuangan berat. Sangat memerlukan adaptasi yang ekstra.

"Gak papa. Yang penting udah ada yang mau berteman sama kamu. Walau sedikit, bunda udah seneng kok" Sana mengusap puncak kepala Yoshi. "Lebih baik sedikit berkualitas, daripada banyak tapi bermuka dua," sambungnya.

"Nah, sekarang kamu ganti baju ya? Abis itu makan. Bunda udah beli makanan kesukaan kamu"

Yoshi mengangguk. Setelah itu ia meraih tas dan sepatunya kemudian beranjak menuju kamar. Meninggalkan sang ibu yang tersenyum penuh kelegaan.

Bling Like This 💖Where stories live. Discover now