"Aku mah kotor juga nggak apa-apa."

Tanpa buang waktu lagi Alfy langsung mendudukkan diri lalu menenggak habis air mineral yang disodorkan Rafka untuknya.

"Tapi harus ada imbalannya, sayang,"

"Apa?"

Tanpa memberikan jawaban, Rafka sudah lebih dulu menyatukan bibir mereka. Berbagi kelembutan dan rasa nyaman satu sama lain.

"I love you," ucap Rafka setelah keduanya memisahkan diri.

Alfy hanya menjawab dengan rona merah di wajahnya.

Rafka kemudian membaringkan kepala di pangkuan istrinya yang ia nobatkan sebagai posisi ternyaman kedua setelah posisi berpelukan sehabis shalat berjamaah. Sedangkan posisi ketiganya hanya Rafka, Alfy dan malam jumat yang tahu.

Alfy mengusap kepala suaminya dengan lembut sambil menatap ke dalam mata laki-laki itu penuh kagum. "Mata coklat kamu indah banget. Can I have this one?" tanyanya sambil menyentuh kelopak mata Rafka yang dihiasi bulu mata lentik dan panjang.

Rafka menggeleng. "No, but your kids can."

"Our kids, Daddy," ralat Alfy.

"Iya, our kids—wait, what you say?" Rafka langsung bangun dari posisinya dan menatap Alfy terkejut.

"Our kids?"

Laki-laki itu menggeleng keras. "No, after that!"

Alfy menahan senyumnya. "Daddy?"

"Astaga aku merinding dengernya," Rafka langsung memeluk dirinya sendiri dan menatap wajah istrinya dengan ngeri. "Ada angin apa kamu manggil aku kayak gitu?"

"Angin puting beliung!" sahut Alfy kesal karena tidak menyangka akan mendapat respons seperti itu dari suaminya. "Kamu kenapa nggak normal banget sih jadi manusia? Kalau dipanggil gitu harusnya terharu, Rafka!"

Rafka menatap istrinya bingung, kenapa dia jadi marah-marah? First impression Rafka dipanggil 'Daddy' memang benar-benar merinding. Bulu kuduknya terasa bangun semua saat Alfy memanggilnya dengan panggilan itu.

"Marah-marah mulu, lagi hamil ya?" ledek laki-laki itu sambil mencolek pipi istrinya, bermaksud mencairkan suasana tapi rupanya itu adalah pertanyaan yang salah besar.

"IYA, AKU HAMIL, RAFKA! DASAR NGGAK PEKA!!!"

Hening.

Rafka tidak berkutik setelah mendengar lengkingan suara Alfy yang hampir memecahkan gendang telinganya. "Jadi kamu hamil beneran?" tanyanya setelah lama terdiam.

"Ya masa hamil-hamilan?!"

Setelah berhasil mencerna semuanya, Rafka baru tersadar bahwa dia akan menjadi seorang ayah. Lantas dia segera memeluk istrinya erat-erat. "Makasih, sayang. Makasih banget!"

Meskipun sangat kesal karena skenarionya tidak sesuai rencana, Alfy tetap merasa terharu setelah membagikan kabar bahagia itu pada Rafka. Dia juga masih tidak menyangka bahwa amanah indah dari Tuhan itu sudah hadir di antara mereka.

Alfy menepuk bahu Rafka berulang kali. "Aku nggak bisa napas!"

Rafka pun melepaskan rengkuhannya lalu mengelus lembut perut istrinya. "Jadi sejak kapan si baby ada? Kok daddy-nya nggak dikasih tau?"

Alfy mencibir. "Katanya merinding dipanggil daddy," sindirnya.

Rafka nyengir.

"Dari dua hari yang lalu." Alfy menyerahkan sebuah testpack yang ia sembunyikan di sakunya kepada Rafka. "Aku coba-coba cek beberapa kali pake testpack karena aku udah telat haid satu minggu lebih. Terakhir cek tadi pagi dan hasilnya sama, dua garis merah."

Benda tipis yang ada di tangannya membuat laki-laki itu kehilangan kata-kata. Dua garis merah di sana membuat darahnya berdesir hebat. Dia masih tidak menyangka bahwa akan ada Rafka junior tidak lama lagi.

Tiba-tiba Rafka teringat sesuatu. "Eh, bentar. Berarti pas tadi kamu naik tangga—By, kamu kenapa nggak bilang sih?! Nanti kalau baby-nya kenapa-kenapa gimana?"

"Cuma naik tangga empat lantai, Rafka. Bikin sehat kan harusnya?"

"Nggak, kita harus cek ke dokter sekarang!" Rafka sudah berjongkok di hadapan istrinya. "Naik, aku gendong kamu."

Alfy menatap Rafka tak percaya. "Empat lantai lho, kamu yakin kuat?"

"Kamu ngeremehin suami dan ayah dari anak kamu?"

Semburat merah muncul di wajah Alfy yang tersipu. Itu adalah kalimat termanis yang pernah dia dengar dari seorang Muhammad Rafka yang tidak pernah gagal membuatnya jatuh cinta lagi dan lagi.

"Let's go, Daddy!"

Rafka tertawa mendengar teriakan bayi besar yang berada di gendongannya. Laki-laki itu tahu bahwa ini bukan akhir yang bahagia, tapi bahagia yang tidak akan berakhir.

TAMAT

•••
Terima kasih untuk kalian yang setia sampai akhir✨
Sampai bertemu di kisah yang berbeda♥️

Ayyalfy

IneffableWhere stories live. Discover now