17. Clean Forgot

260 83 6
                                    

CHAPTER 17

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

CHAPTER 17. CLEAN FORGOT

⌭⌭⌭


Rasanya seperti baru saja dihantam gada. Sakit. Mual. Memusingkan.

Kanna bisa merasakan hasratnya semakin menggumpal pekat untuk menjerit, mencabut isi kepala sendiri dan menghilang ke dalam udara begitu saja. Namun satu-satunya hal yang terjadi sekarang adalah kepala si gadis yang berkedut luar biasa. Pandangannya sejernih air telaga yang baru saja diaduk menggunakan sendok raksasa. Napasnya memburu hebat. Keheningan yang merayap pada setiap senti dinding, kedua tangannya bergetar dan gadis itu terhuyung sebelum terhempas bersandar pada dinding lorong yang sedingin balok es.

Tunggu, tunggu sebentar. Ia sedang berada di mana?

Kanna bisa merasakan bahunya lembab. Keringat dingin merayapi raganya. Padahal tidak seharusnya ia berada di sini. Bukankah tadi Kanna tengah bersama Yoongi dan Taehyung—bertiga dan sedang berbicara dengan ... tunggu. Gadis itu merintih lirih, jemarinya menekan pelipis dan mengerutkan kening bersama situasi yang terdistorsi. Ia tadinya sedang berbicara dengan siapa?

Tidak, tidak, tidak.

Jangan lupa. Tidak boleh lupa.

Tapi, sial. Apa-apaan?

Bernapas dengan dada berdentum menggila, Kanna menatap panik. Ia berusaha berdiri tegap. Pakaian yang dikenakannya masih sama seperti sebelumnya—ripped jeans, kaus abu-abu polos dan jaket kulit dengan satu tingkat warna lebih gelap—jelas mengindikasikan bahwa hari belum berganti dan ia sama sekali tidak ingat bagaimana bisa berakhir di tempat ini. Irisnya terpaku pada kedua kaki yang menjejak ubin. Lorongnya sepi sekali.

Aneh. Rasanya familier. Rasanya tidak asing. Perasaan semacam itu lambat laun mulai membuat si gadis jadi ingin memuntahkan isi perut. Tapi tidak ada waktu. Ada sesuatu yang salah di sini. Urgensi untuk berlari menyelamatkan diri mendadak menendang batinnya. Tidak mungkin ia mendadak terlempar ke titik lain begitu saja. Jadi menarik napas, menenangkan diri setengah paksa dan nyaris memaksakan kedua kaki bergerak guna mencari seseorang untuk dimintai keterangan, gadis itu mendadak stagnan. Sebab dari sisi lain lorong, seseorang mendadak muncul, berbelok, lalu melangkah ke arahnya.

"Taehyung?" Kanna mendesis. Irisnya melebar, terkesiap perlahan. Sosok tersebut melangkah mendekat, menghapus jarak dan dalam sekonyong-konyong—rasa takut, beban serta kecemasan yang Kanna rasakan luruh begitu saja. Tidak mungkin salah. Itu memang Taehyung. Benar Kim Taehyung. Berusaha tak meloloskan kepanikan yang sudah mulai merongrong masuk ke dalam dadanya, gadis itu buru-buru menghampiri saat berkata, "Taehyung! Oh, astaga. Syukurlah aku menemukanmu! A-apa kau tahu aku sedang berada di—"

"Lana?"

Gadis itu mendadak mematung. Lana?

Butuh beberapa sekon bagi Kanna untuk memproses bahwa Kim Taehyung yang tengah berdiri tegap di hadapannya tengah menatap ke belakang punggungnya—bukan pada Kanna. Gadis itu seolah tak terlihat. Tak terdeteksi. Tak berada di sana. Setengah panik, meraba tubuhnya sendiri, Kanna membeku. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Mengapa Taehyung mengabaikannya?

HumanoidDonde viven las historias. Descúbrelo ahora