08. Verdant Border

343 93 4
                                    

CHAPTER 08

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

CHAPTER 08. VERDANT BORDER

⌭⌭⌭


Para penggerak automaton benar-benar berada di sini dan Kanna tidak bisa menahan diri untuk tidak berdecak penuh kekaguman. Apalagi mengingat kalau perbatasan nyatanya terlihat jauh berbeda dari apa yang gadis tersebut sempat bayangkan.

Kalau saja Kanna tinggal sepuluh menit lebih lama bersama Misa, si gadis cilik pasti sudah bisa mendeskripsikan semua hal yang ada di perbatasan desa—secara konkrit dan tepat. Tatkala berhasil melepaskan diri dari rumah, berjalan menyusuri jalanan yang kemudian semakin menyempit nan terjal, Kanna seolah baru saja tersadar bahwa ia benar-benar berada jauh dari pusat kota. Ia biasanya hanya datang untuk menuntaskan panggilan transmisi, berada di dalam rumah guna memperbaiki humanoid yang membutuhkan bantuan. Jadi berjalan menyusuri tempat tersebut dan mencari sesuatu? Ini jelas yang pertama kali.

Di sini benar-benar tidak ada gedung pencakar langit, aroma kue yang merembes keluar dari jendela toko, aroma kopi yang baru saja diseduh, atau suara riuh rendah para pejalan kaki. Semakin pergi ke selatan, deretan faux terlihat semakin menipis sementara pepohonan yang sesungguhnya kian menebal. Rumah-rumah penduduk yang berdinding putih tulang tak ayal jadi renggang terlihat.

Namun meneliti setiap tempat yang dilewatinya, Kanna menyadari bahwa ada banyak panel surya yang terpasang pada atap-atap, kebun kecil di sisi kanan atau kiri, halaman depan mereka cukup luas; dipenuhi deret pakaian, alas penutup ranjang, serta tirai-tirai yang dijemur secara manual. Beberapa humanoid memalingkan pandangan tatkala si gadis melintas bersama pemuda di sisinya, menatap tanpa ekspresi sebelum kembali ke dalam rumah atau bergegas pergi melewati pintu samping. Tidak cukup ramah kepada para pendatang, ya?

"Mereka hidup dengan cara yang agak berbeda di sini," ujar Taehyung sedetik kemudian. Kanna memalingkan pandangan sekilas, kakinya berhati-hati melewati jalanan yang sedikit berbatu. Pemuda tersebut melanjutkan, "Rasanya berbeda sekali dengan apa yang kulihat di pusat kota."

"Well," Kanna menjeda sesaat, menghela napas. Ia bersyukur bahwa yang meluncur keluar dari bibir Taehyung bukan masalah rencana sinting mengenai meninggalkannya jika ada bahaya mengancam—atau apa pun yang sejenis. Gadis itu memutuskan untuk berkata lagi dengan perlahan, "Beberapa daerah di negara ini memang memiliki desain dan konsep yang berbeda dari kebanyakan wilayah yang ada."

Taehyung melirik gadis di sisinya. Silinder pemuda tersebut berdenyar biru, menyerap informasi dengan tatapan bertanya-tanya. "Seperti apa?"

"Kota-kota besar cenderung memiliki pergerakan yang cepat, Taehyung. Hampir dalam segala hal seperti infrastruktur, pendidikan, ekonomi, teknologi, informasi serta hal lainnya. Kau mengerti itu, bukan?"

Si Kim mengangguk dua kali. "Tolong lanjutkan."

Kanna tersenyum tipis. "Pergerakan yang gesit ini menuntut penghuninya untuk bergerak tak kalah cepat juga, membuat mereka dalam beberapa cara untuk menyesuaikan diri guna memenuhi kebutuhan. Jadilah kehidupan yang sibuk tanpa terlelap. Rumah-rumah besar, gedung pencakar langit, toko-toko megah, gaya hidup yang modern. Pemerintah menyebutnya sebagai Gilt—kota-kota besar dengan segala macam kepelikannya." Kanna menjeda sejenak, napasnya dihela sesaat. "Namun di sisi lain, ada juga bagian wilayah yang lebih kecil, desa-desa yang menyediakan kesederhanaan serta kilas lintas masa lalu sebagai penyeimbang. Mereka yang ingin hidup menjauh dari hiruk-pikuk, kesibukan, dan mencukupi diri sendiri dengan apa yang sebagian besar alam berikan ada di sini. Seperti tempat ini sekarang. Mereka menyebutnya sebagai Verdant."

HumanoidWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu