18. Staccato Passages

262 82 7
                                    

CHAPTER 18

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

CHAPTER 18. STACATTO PASSAGES

⌭⌭⌭


Mungkin Lana hanya terlalu kecil untuk memahami bahwa ayahnya sinting. Mungkin pula ia mengerti namun menolak untuk menelan kebenaran yang pahitnya melebihi obat yang Papa berikan untuk mengurangi rasa sakit pada fisiknya.

Papa selalu berkata bahwa Mama dan Kak Yoongi tidak akan kembali. Kak Yoongi pasti sudah menyelesaikan latihan pianonya kemarin. Ia mahir sekali memainkan nada-nada di atas tuts—sekali menyanyikan beberapa lagu yang Lana sukai, menanyakan bagaimana penampilannya dan Lana tidak melihat opsi lain kecuali memandang penuh kekaguman yang meluap-luap. Sekarang hari sudah berganti. Mama pasti berangkat bekerja sekarang. Ah, memang rumit. Orang dewasa itu sulit sekali dimengerti.

Lana pernah beberapa kali berkelahi dengan kakaknya, tetapi ya sudah—kalau Mama sudah memberikan kue kering dengan taburan cokelat di atasnya, ia dan sang kakak akan saling menatap penuh rasa bersalah, tak lagi menerka-nerka siapa yang memulai pertengkaran lalu meminta maaf guna mengakhiri perselisihan.

Namun dunia ibu dan ayah nyatanya tidak begitu. Tidak sesederhana itu. Jadi tatkala Papa berkata bahwa ialah yang akan menjaga Lana mulai dari sekarang, Lana hanya mengerti bahwa ia tidak boleh bersikap macam-macam.

Little daisy, shriveling and shrinking,
Seems like Daddy plucks it out from hell.
Wonder why, why, why it doesn't tell the spell,
Is it because they are feeling unwell?

Terkadang, terangnya memori itu hanya menyerupai nyala api damar yang diterpa angin badai di kala musim penghujan. Samar, redup, dan bisa padam kapan saja. Namun berdiri di atas serpihan atas kayu kenangan yang baru saja disapu di bawah karpet, Kanna mengingat dengung lagu tersebut. Terlebih lagi kini di hadapan fisiknya yang kaku, Kanna menemukan Lana baru berusia tujuh tahun saat ia kehilangan satu matanya, dua jari tangannya dan pandangan gemerlapnya. Gadis manis itu hendak kembali menyambung lagu buatan sang ayah tatkala sebuah suara memotong, mendekat dengan perlahan, "Lana, aku membawakanmu makan siang."

Mendengar namanya, si gadis cilik itu lantas memalingkan wajah dalam hitungan detik. Jemari mungilnya berhenti mengaitkan batang-batang aster menjadi buket bunga kecil. Irisnya melebar tatkala menemukan sang sosok pahlawan melangkah mendekat.

Tubuh Lana nyaris tenggelam diantara bunga-bunga aster yang hampir terlihat menyatu dengan setelan gaun selutut putihnya. Dan di sana, dengan wajah bulat yang kini separuh dimakan perban Lana lantas menyahut bersama satu rekahan senyum hangat, "Taehyungie! Apa kali ini Taehyungie sendiri yang membuat makan siangnya?"

Kanna bisa merasakan perutnya bergolak mual tatkala Taehyung mendudukkan diri di hadapan gadis itu, tersenyum hangat, bersikap bahwa lawan bicaranya yang sudah kehilangan satu mata bukanlah hal besar. Bukanlah apa-apa. Diantara bentang bunga aster yang tumbuh lebat di belakang kantor cabang NIER, keduanya bersua kembali. Lana tertawa lagi. Ia terlihat puas saat pemuda bersurai gelap tersebut mengangguk, menyahut kalem, "Iya, Lana. Aku yang membuatkan makan siang untukmu kali ini."

HumanoidWhere stories live. Discover now