06. Furtiveness

365 104 10
                                    

CHAPTER 06

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

CHAPTER 06. FURTIVENESS

⌭⌭⌭


Satu denting samar yang terdengar berasal dari layar hologram tersebut membuat Kanna semerta-merta menahan napas. Gadis tersebut lantas memalingkan pandangan, mengecek layar tablet di tangannya sebelum menatap sosok yang masih berbaring di atas ranjang.

Kabar baiknya, keseluruhan progres memang tidak berjalan begitu buruk. Gadis tersebut memang harus terjaga sejak pukul lima pagi sampai sepuluh pagi pada detik ini, namun seharusnya apa yang sudah dilakukan sanggup memperbaiki satu dua masalah yang ia temukan. Kanna memperhatikan dua monitor portabel yang tengah berkedip di atas meja, tersambung pada beberapa kabel menuju tubuh Ahn Hui sejak semalam.

Instalasi peningkatan perangkat lunak berhasil terpasang. Jadi tatkala Kanna menemukan silinder pada leher Hui berdenyar kebiruan sebelum kedua matanya terbuka perlahan, si gadis mau tak mau menghela napas dalam-dalam.

Oh, syukurlah.

Berusaha menghapus penat serta letih yang sempat bersemayam di kedua netranya, Kanna mengulum senyum tatkala sang lawan bicara menemukannya dengan tatapan terperangah. "Selamat pagi, Tuan Ahn," ujarnya, menarik napas. Kanna melangkah mendekat pada sisi ranjang, menggenggam tabletnya seraya membungkuk sekilas memberikan salam. "Anda sudah tersadar, rupanya. Bagaimana perasaan Anda?"

Hui seolah menahan napas. Jika saja ia sudah bisa bergerak, barangkali Kanna menduga bahwa lawannya itu akan melompat dari ranjang untuk menjauhinya. Ekspresi pria tersebut benar-benar keruh, meredup, sepenuhnya waspada. Well, tak bisa disalahkan, memang. Jika kau berada dalam kondisi tak sadarkan diri untuk entah berapa lama dan mendadak menemukan sosok asing berdiri di sisi ranjangmu saat tersadar, memangnya reaksi macam apa yang bisa kau harapkan?

Tetapi jika saja Kanna tidak menghabiskan waktu selama nyaris lima jam untuk memperbaiki komponen internal Tuan Ahn, gadis itu barangkali takkan percaya bahwa yang ia tengah hadapi merupakan seorang humanoid. Bagaimana mungkin ekspresi yang ditampilkan sebuah robot dapat terlihat begitu nyata? Bagaimana mungkin sampai rasanya kelewat manusiawi sekali? Kanna berusaha menahan diri untuk tidak bergidik ngeri.

"Siapa kau—" katanya, tertahan. Belum sampai kalimat Hui terpecah keluar, sepasang mata tersebut melebar ke dalam kubangan teror absolut. "Oh, tidak. Tidak, tidak, tidak. Misa! Di mana putriku berada?! Jangan berkata kau sudah memanggil—"

"Tuan Ahn," Kanna buru-buru menyahut cepat. "Mohon tenangkan diri Anda. Misa tengah membersihkan rumah bersama rekan kerja saya. Putri Anda dalam keadaan baik-baik saja. Saya bahkan bisa memanggilnya sekarang juga jika Anda ingin." Gadis itu perlahan mengambil dua langkah mundur, memberikan jarak aman saat menemukan Hui perlahan menyerap kata-katanya. "Maaf karena sudah mengejutkan. Nama saya Min Kanna. Putri Anda, Ahn Misa, telah menghubungi LifeCO untuk meminta sebuah layanan transmisi."

HumanoidWhere stories live. Discover now