part 11

1K 87 12
                                    

Setelah kembali dari pantai kemarin, semenjak saat itu Kao menjaga jarak dari Tay. Tay menyadarinya, ia sudah berusaha untuk mendekatkan diri kembali pada Kao namun Kao tetap membangun benteng di antara keduanya.

Tay menyadari jika ia yang salah karena memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan perasaan Kao, Tay akui ia sangat egois.

Pukul empat lewat pada sore hari, Tay dan yang lainya sudah sampai di Bangkok atau lebih tepatnya di rumah Mint.

Setelah mengurus Ara, Tay dan Kao langsung pulang dengan Kao yang di antar oleh Tay. Terjadi keheningan selama di perjalanan menuju apartemen.

"Maafkan aku" ujar Tay pertama kali, sedangkan Kao masih saja diam.

"Aku egois, maafkan aku" ujar Tay lagi.

"Lupakan" jawab Kao dengan acuh.

Kembali hening, dan beberapa menit kemudian mereka telah sampai di halaman apartemen.

"Terimakasih dan maaf merepotkanmu. Berhati-hatilah berkendara dan jangan lupa beristirahat" Kao mengatakannya tanpa menatap wajah Tay, dan setelahnya ia keluar dari mobil tersebut.

Tay memandang sendu punggung Kao yang perlahan menjauh memasuki gedung apartemen.

"Maafkan aku" lirih Tay, dan setelahnya ia kembali menjalankan mobilnya untuk meninggalkan kawasan apartemen tersebut.

-
-
-

Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, sejak tadi Tay dan Mint kewalahan mengurus Ara. Saat membuka mata ketika bangun tidur, hal pertama yang di lihat Ara hanyalah Tay yang berada di sana. Ara bertanya keberadaan kao, dan Tay mengatakan dengan jujur ia tidak tau.

Tay dan Mint tidak tau mengapa Kao belum datang ke rumah Mint, padahal biasanya pukul 5 pagi Kao sudah standby untuk membangunkan Ara. Tay dan Mint sudah berusaha untuk menghubungi Kao, namun nomornya tidak aktif.

Ara terus menangis, yang ia inginkan hanyalah papanya. Ara tidak ingin berangkat ke sekolah bahkan makan pun ia tidak mau jika tidak ada Kao.

"Hiks...papa papa Ara mau papa hiks.... Papa!" Ujar Ara dengan histeris.

Tay yang sedang menggendong Ara berusaha membujuk Ara untuk diam, namun tidak Sepri biasanya Ara yang gampang di bujuk ketika menangis.

"Hiks...papa papa"

"Hei tenanglah sayang, jangan menangis" Tay mengusap air mata Ara, sedangkan Mint masih sibuk berkutat dengan handphonenya untuk menghubungi Kao.

"Bagian ini? Nomorny tidak bisa di hubungi. Apa phi Kao sakit?" Mint teringat liburan mereka kemarin, mungkin saja Kao sedang kelelahan.

"Sakit?" Ujar Tay dalam hati.

"Ya sakit, maka dari itu dia menghindari ku" pikirnya.

"Papa Ara mau papa hiks...hiks..."

Melihat Ara yang menangis sesenggukan, membuat Tay menjadi kasihan dan ikut sedih.

"Ayo kita ketemu papa" ajak Tay.

"Hiks...papa..."

"Phi Tay?"

"Kita belum mendapatkan kabar dari Kao, dan lihat apa kau tega melihat Ara yang sesegukan seperti ini? Kao sudah lari dari tanggung jawabnya untuk mengasuh Ara" ujar Tay dengan emosi.

Mint mengagguk, ia menuruti Tay dan mereka langsung pergi menuju apartemen dengan Ara yang masih menangis sesenggukan di pangkuan Mint.



Sesampainya di depan pintu apartemen, Tay dan Mint sudah beberapa kali mencoba untuk mengetuk pintu dan memanggil Kao, namun tidak ada tanggapan. Beruntung Mint memiliki kunci cadangan dan ia segera membuka pintu apartemen tersebut.

RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang