prolog

1K 68 10
                                    

Pernikahan yang semua orang pahami adalah bersatunya dua hati, dua pikiran, dalam satu tujuan. Rupanya pernikahan itu menyatukan banyak orang, dua keluarga, dua ego, dan ribuan ujian. Seo Juhyun mengenal cinta di usia muda, menyelam dalam angan-angan indah berumah tangga, membuatnya terjatuh dalam pilihan menikah dengan dia yang tidak pernah dia tahu akan berakhir seperti ini.

Di dalam bilik itu, napasnya agak terengah setengah gugup. Memandang keluar jendela, di malam yang hampir pagi buta, di cuaca yang tidak begitu menyenangkan, dia berdiri memeluk tubuhnya sendiri. Iya, dia sendiri. Hingga sebuah lengan memeluk erat tubuhnya dari belakang, tidak peduli bahwa saat ini dia hanya mengenakan kemeja tanpa dalaman. Bahwa mungkin saja kini terasa jelas lengan itu bertahap menjadi panas, sepanas tubuhnya menerima kecupan di ceruk leher.

Embusan napas itu terdengar jelas penuh harap, tidak peduli apakah esok pagi jejaknya tertampak atau tidak. Lehernya basah oleh ciuman, dan tanda merah berjejak di sana. Dia meremas lengan itu, frustasi karena berusaha menahan hasrat yang sudah dia tahan selama ini.

Juhyun menoleh, tangannya di dada bidang lelaki itu. Menatap dalam matanya yang indah dan bibirnya yang merah, bibir yang dibuat untuk mengecup lehernya. Dengan satu tarikan, keduanya larut dalam cumbuan. Tidak peduli status apa yang kini mengikat mereka. Juhyun hanya tahu, dia sungguh sangat ingin bercinta. Dengan lelaki ini.

Juhyun mendesah. Kegelisahannya kian membesar membuat keduanya paham, hanya di atas ranjang mereka akan temukan kepuasan yang diinginkan. Juhyun terjatuh dalam keadaan kancing kemeja terbuka. Dan dadanya dingin terembus suhu kamar.

Dia tangkup wajah itu untuk menatap kembali mata yang dia suka. Meraba jejak cukuran di wajahnya yang belum terlampau bersih, namun membuatnya semakin begitu lelaki. Juhyun suka kedua alis lelaki itu, tegas. Belum lagi suaranya yang dalam setiap menyebut namanya. Jemari Juhyun turun ke leher, meraba jakun si lelaki. Naik turun, menggoda.

Lelaki itu tak pantang arah, kepalanya turun dan kembali menghisap leher Juhyun. Membuat tubuh si wanita bergidik merasakan sengatan hebat yang selalu dia rindukan.

"Ah."

Satu desahan kembali lolos, Juhyun tengadah, menatap langit-langit kamar lelaki ini. Dia kemari. Di malam begini, membangunkan jiwa yang kesepian, berkata dia rindu aroma hangat yang menguar dari tubuh lelakinya. Hingga satu titik kesadarannya pulih.

"Kita tidak boleh melakukan ini, Kyuhyun."

Lelaki itu, Kyuhyun, mendongak melepaskan ciumannya. Menatap jelaga sang wanita. Juhyun menelan ludah.

"Kita—tidak boleh melakukan ini."

"Aku tahu."

Juhyun bergidik menerima sentuhan di titik terlemahnya. "Aku mohon, jangan."

Kyuhyun terdiam sejenak.

Mereka bertatapan sekali lagi. Kyuhyun kecup bibir si wanita. "Katakan sekali lagi, apa harus aku lanjutkan atau tidak?"

Juhyun bimbang. Dia dalam kondisi hampir sangat pasrah, tubuhnya memanas, kepalanya berdenyut karena sentuhan tadi yang menggila. Namun dia ingat, status ini tidak membolehkan mereka melakukannya.

"Seo Juhyun."

Wanita itu menyerah, memejamkan mata. Sial, dia tidak bisa dengar namanya didesah oleh lelaki ini. Juhyun memeluk leher Kyuhyun. Dia, sudah hilang akal.[]

Janji Suci - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang