Myself: My Little Light

368 22 0
                                    

"Jika hidupmu adalah matiku, biarkan aku mati berkali-kali untuk melindungimu."

– Jour Henituse

—<<o0o>>—

Hujan lebat mengguyur bumi, angin menerjang dengan guntur sahut-menyahut di kejauhan saling beriringan.

Tempat itu gelap, tidak ada obor yang memberi penerangan ditengah badai– tidak ada tanda-tanda peradaban digelapnya kedalaman hutan, langit malam sempurna terkepung mendung, hari gelap gulita. Kilatan petir menjadi satu-satunya sumber cahaya, 0, 25 detik, setitik kemurahan yang dia kais dengan rasa getir.

Kilat melakukan usaha yang sia-sia, batinnya, kegelapan tetap tinggal. Dia kehilangan jejak waktu dan arah, layaknya berlari ditengah ruang hampa tak berujung— kelima indranya terus menajam semakin lama dia berlari, memaksa teriakkan rasa sakit yang dia tahan ditenggorokkannya untuk protes. Tetapi bersuara sudah pasti berakhir dengan kematian, dan dia belum bisa. Dia tahu, jika dia berteriak sekali saja, saat itu juga kelelahan akan menuntut tubuhnya untuk tumbang, dengan usahanya berbuah omongan kosong.

Sunyi, hujan membisukan segalanya. Hujan itu angkuh dan serakah, tidak akan membiarkan suara lain mengambil alih kuasanya. Hujan meredam semuanya, menghapus jejak. Acuh bahkan dihadapan kematian, karena apapun akan terhanyut oleh hujan.

Bahkan jika dia mati sekarang, hujan tidak akan peduli.

Jika dia mati sekarang, akankah takdir berhenti?

Baginya? Tentu. Bagi dunia? Tidak.

Kehidupan begitu lucu, batinnya lagi, dia tertawa sarkas dalam hati.

⋇⋆✦⋆⋇ 

Sakit.

Napasnya menderu, keringat bercampur air hujan telah membasahi tubuhnya. Gaun merah yang dia kenakan dilapisi lumpur dan darah diberbagai sisi yang keras kepala, enggan meninggalkannya sendiri bahkan ketika hujan berusaha mengusirnya. Bau anyir telah lama hinggap, merayap perlahan dari setiap celah, membuat Jour dikuasai rasa mual.

Lebih dari itu, pemandangan di belakangnya mengundang rasa mual yang lebih tak tertahankan dibanding kondisi tubuhnya sendiri. Dia tidak bisa menahan diri untuk bergidik— keinginan untuk muntah telah melampaui ardenalin dari situasi antara hidup dan mati.

Jujur saja.

Rasanya mengerikan.

Jour tersenyum miris. Dia dengan santai menghiraukan suara retakan tiap kali satu langkah terambil. Lagipula, dia lebih baik mematahkan 20 tulangnya, apapun selain ini. Dikejar oleh ratusan monster ditengah hutan beracun tidak memberi kesan yang baik dari sisi manapun. Apalagi jika ratusan monster itu lebih mirip seperti gumpalan daging yang telah membusuk dan hancur.

Tubuhnya kebas, mati rasa, dengan denyutan samar menghantui. Dia terlalu malas untuk mengetahui apa saja yang menancap atau mengoyak kulit dan dagingnya, itu tidaklah penting.

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Nov 02, 2022 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

Myself || Cale Henituse (TCF)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon