Myself: World

541 60 2
                                    

"Tuan muda Cale yang memberiku kesempatan melihat dunia lagi."

—Mary

—<<<~~o~~>>>

Brakk baamm

Pintu kayu yang telah lapuk terdorong benturan kuat menyebabkan engsel pintu terlepas dengan keras.

Beberapa orang pria berderap masuk. Terdapat dua pria berperawakan tinggi dengan tubuh terlatih dan satu pria berpakaian rapi tetapi sedikit kurus.

Pria yang berpakaian rapi itu terlihat pada usia 50 tahunan, rambutnya mulai sedikit memutih. Wajahnya menunjukkan kelelahan namun tatapan mata pria itu lebih ke kerakusan serta jijik. Seolah apa yang kedua bola matanya saksikan adalah sampah yang membusuk.

Dua pria tadi berdiri layaknya pengawal. Mereka menunggu perintah dari pria berpakaian rapi. Mereka juga memasang wajah tak berkenan yang melewati seluruh sudut rumah—gubuk sederhana—layaknya menguji apakah mereka memang cukup rendah untuk menginjakkan kaki disana.

Terdapat pasangan yang berlari terengah-engah dari dalam rumah, pasangan itu berkeringat deras, rasa takut terlukis jelas di wajah mereka. Mulut mereka terus membuka dan menutup seolah sedang berpikir apa yang harus mereka katakan untuk memohon pengampunan pada tiga orang di depan mereka.

"Ini sudah tiga bulan." Pria dengan pakaian rapi memulai. Pandangannya merendahkan. Frustasi dan jengkel tergambar jelas di matanya.

"K-kami mohon tuan ...."

"Kami a-akan segera m-membayar tuan, kami mohon beri kami sedikit w-waktu lagi ...."

Kedua pria di belakang pria 50 tahunan tertawa pelan, menghina, memberi tatapan merendahkan tentang betapa beraninya suara terkutuk rakyat jelata memasuki telinga mereka.

Sedangkan pasangan itu kini berlutut, menangis, meminta dengan jiwa mereka untuk keringan pajak yang semakin mencekik.

Sudah berbulan-bulan mereka mengalami masalah pangan. Jangankan pajak, mereka bisa makan sekali sehari adalah sebuah keajaiban.

Mereka juga tidak bisa membiarkan putri mereka kelaparan, dia masih kecil. Mereka juga sadar apa yang akan orang-orang ini lakukan jika putri mereka ditemukan. Jadi pasangan suami istri itu menyembunyikan putri satu-satunya di dalam sebuah lemari. Meminta anak tersayang untuk tidak membuat suara dan terus diam sampai para penagih pajak pergi.

Ketiga orang pria yang menagih pajak itu terus memaki bahkan memukuli pasangan suami istri, hingga 2 jam berlalu dan mereka memutuskan untuk pergi. Setengah kesal namun juga setengah lega mengetahui bahwa mereka bisa kesini lagi untuk melampiaskan rasa stress dari kerja yang menyiksa.

Pria yang tadi berlutut sambil melindungi istrinya perlahan bangkit, dia memandangi wajah sang istri yang kini penuh memar dan lebam, sebelum memperbaiki engsel pintu seadanya. Memastikan pintu kembali berfungsi, dia berjalan menuju istrinya.

"Sayang, kamu baik saja?"

Istrinya mengangguk lemah, dia berdiri dan terhuyung. Sang suami mendukung, dia menggigit bibir, keluarga mereka tidak sekaya itu untuk memiliki potion bahkan salep sederhanapun mereka tidak mampu membeli.

Sang istri mengangkat kepala, meyakinkan dia baik-baik saja sebelum berjalan perlahan menuju lemari di sudut rumah, lemari itu terlihat sedikit bergetar dan pemandangan yang menyambut menenggelamkan pasangan muda itu dalam kesedihan dan rasa bersalah.

Myself || Cale Henituse (TCF)Where stories live. Discover now