Myself: Apple Pie

1K 134 11
                                    

"Manusia! Mau pai apel?"

Raon Miru

—<<<~~o~~>>>—

Gelap.

Dingin.

Sunyi.

Sesosok kecil itu bertanya-tanya apakah dia telah melakukan dosa yang sangat besar di kehidupan yang sebelumnya untuk pantas mengalami hal ini.

Darah masih mengalir segar, bau anyir melintasi seluruh gua saat rantai-rantai yang membelenggu kaki kecilnya bergerak-gerak tak nyaman.

Luka-lukanya dalam, dia berusaha keras untuk tetap sadar dan mengendalikan napas yang semakin berat dan sulit diambil.

'Akan ku hancurkan ... bunuh ....'

Dia telah dirantai sejak dia baru membuka mata di dunia ini. Para penyiksa semakin tertawa puas saat melihat lukanya yang belum sembuh kembali menganga lebar.

"Tch." Seorang pria mendecakkan lidah di depan sosok kecil yang masih menggeliat kesakitan.

"Brengs*k! Menyerahlah dan jadi mainanku, naga bajing*n!!!" teriakan pria itu menggelegar dalam gua. Dia kesal melihat tatapan sosok kecil rendahan menatapnya dengan cara yang sama seperti kakaknya yang cacat itu.

Sosok kecil itu–naga, dia masih tak berkutik. Juga tak memiliki alasan untuk berkutik.
Dia hanya menatap penuh kebencian pada sepasang mata yang menatap rendah dirinya.

Pria itu tengah duduk di kursi dengan meja makan yang terisi penuh dengan berbagai macam santapan.

Dia makan saat menyaksikan tulang-tulang naga kecil itu dipatahkan, kulitnya dicambuk, kemudian para penyiksa dengan kasar mengambil gunting besar dan hampir memotong sayap hitam kecil yang kini terkulai tak bertenaga saat sang pemilik berada di ambang ketidaksadaran.

Namun mata kecil itu masih terbuka. Mata kecil itu masih menatap penuh benci seolah seluruh rasa sakit yang dia rasakan tidak akan pernah cukup untuk mengobati penghinaan yang dia terima.

Dia benar-benar akan menghancurkan semuanya, pikirnya. Dia terus memikirkan itu sebagai sumber semangatnya agar tidak menyerah pada manusia di depannya.

Pria itu kembali meninggalkan dirinya saat dia benar-benar nyaris sekarat. Ruangan tempat dia berada sekarang penuh dengan merah darah dan bau anyir yang semakin kuat dari sebelumnya.

Sakit. Sakit sekali.

Tetapi semakin dia memikirkan itu, semakin kuat keinginannya untuk menghancurkan semuanya.

Dia memilih untuk menutup mata, berusaha mengatur napasnya saat dia kembali memikirkan berbagai cara untuk menghancurkan dunia sebagai upaya agar tidak pingsan.

Karena dia ragu dia bisa bangun dalam waktu singkat begitu dia kehilangan kesadaran.

Malam ini, gua tempat dia dikurung ramai. Tidak seperti naga kecil peduli. Teriakan panik manusia yang berada di sekitar gua itu menggema. Kemudian dia mendengar langkah kaki menuju tempatnya.

Myself || Cale Henituse (TCF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang