TIGA BELAS

27 2 1
                                    

"TA, ADA YANG NYARIIN LO NIH," teriak Weni--salah satu teman sekelas Anta--di samping pintu kelas.

Teriakan Weni yang kencang membuat seisi kelas mendengarnya. Jiwa kepo anak kelas dua belas IPA 3 akan meningkat jika menyangkut tentang Anta. Seisi kelas kembali pura-pura sibuk seraya curi-curi pandang ke arah pintu. Anta buru-buru beranjak dari tempatnya dan mendengus kesal ke arah Weni.

"Adi?" panggil Anta ragu.

Perawakannya seperti Adi. Tapi bisa jadi bukan, 'kan? Kalau salah jelas yang malu adalah Anta.

Siswa tersebut membalikkan badan dan tebakan Anta benar. Diam-diam ia menghela napas lega.

"Ada apa?" tanya Anta to the point.

Adi menggaruk tengkuknya, bingung.
"Besok jadi?"

Anta terdiam sejenak.

"Anta pergi bareng gue."

Sahutan tiba-tiba dari arah belakang membuat Anta terlonjak kaget. Dengan cepat dia membalikkan badan dan memukul lengan orang itu. Anta sudah tahu dari suaranya kalau itu Asga.

Adi menaikkan sebelah alisnya. Lalu ia menatap Anta, meminta penjelasan. Padahal Anta sendiri sedang memahami situasi. Kalau dia menyangkal Asga, bisa dipastikan dia akan diganggu terus dan bahkan akan diikuti ketika pergi bersama Adi. Tapi kalau Anta menolak Adi, rasa bersalah akan menyerangnya. Bagaimana pun Adi adalah orang yang baik, beda dengan Asga yang sangat jail dan usil.

Lamunan Anta buyar ketika Asga merangkul bajunya dan menatap sombong ke arah Adi. Sang empu yang ditatap hanya melirik dan kembali fokus ke Anta yang belum membuka suara.

"Duh, gimana ya," gumam Anta pelan, bahkan sangat pelan sampai tidak terdengar oleh Adi maupun Asga.

"Maaf, Di, gue nggak bisa," tolak Anta. "Bukan karena Asga kok, tapi besok gue mau hang out sama dua sohib gue," lanjutnya buru-buru.

Anta meringis. Menolak keduanya adalah jalan yang paling aman.

"Lo nggak bohong, 'kan?" bisik Asga tepat di telinganya.

Dengan kesal Anta menginjak kaki Asga dan memberikan cengiran ke Adi agar tidak terlalu curiga.

"Maaf banget ya, Di," sesal Anta.

"Nggak apa-apa kok. Kapan-kapan, 'kan masih bisa," balas Adi tersenyum manis. "Yaudah, gue balik dulu, ya," pamitnya. Sebelum benar-benar pergi, tatapan tajam dan sinis dia berikan kepada Asga yang masih memasang wajah menantang.

"Lo apa-apaan sih?!" sembur Anta ketika Adi sudah benar-benar pergi.

"Apa?"

"Lo ganggu acara gue mulu tahu nggak sih?!" geram Anta. "Udahlah! Capek gue sama lo," tekannya lalu berbalik masuk ke dalam kelas.

Getaran di handphonenya membuat Asga mengurungkan niatnya mengejar Anta. Dengan malas dia membaca pesan yang masuk.

+62 882-1347-××××
Aku perjalanan ke sana!
Do you miss me?
I miss u❤

"Siapa?" gumam Asga. "Apa si benalu itu?"

"Bodo amatlah, kagak kenal gue."

Sedangkan di tempat Anta, dia sedang digoda kedua sahabatnya. Mereka berdua menguping pembicaraan Anta, Adi, dan Asga. Tidak sopan memang, tapi jiwa kepo mereka terlalu besar.

"Diajak jalan kok nggak mau sih, Ta? Ini Adi loh, OMG!" heboh Kinan menghentakkan kakinya berkali-kali.

"Adi mah terlalu biasa, Nan. Ini Asga, si anak baru yang sering ngusilin sohib kita," timpal Gisel.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 26, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

So Love Triangle? (HIATUS)Where stories live. Discover now