DUA BELAS

4 2 0
                                    

Dengan santai, Anta melangkahkan kakinya menuju kelas. Sekolah sudah lumayan ramai karena sudah jam setengah tujuh. Kali ini ia tidak bersama Dion. Entahlah kemana perginya manusia satu itu. Ketika di parkiran tadi motor Dion sudah terparkir.

Hal pertama yang menyambut Anta ketika masuk kelas adalah sebuah penghapus papan tulis, mendarat tepat di pipinya. Seisi kelas terdiam melihat peristiwa itu, seperti slow motion.

Anta mengedarkan pandangannya dan berhenti di Asga yang menampilkan cengiran menyebalkan. Seperti mengejeknya.

"Lo, 'kan?" tanya Anta sedikit berteriak.

"Salahin Asep noh." Asga menunjuk Asep yang berada di samping bangku dekat Anta bediri.

Asep yang tiba-tiba disalahkan mulai tidak terima.
"Enak aja main nyalahin, lo yang ngelempar anjir."

"Tapi lo yang ngajak gue lempar-lemparan tadi."

"Heh! Gue nggak ngajak ya woi."

Belum sempat Asga membalas, Anta sudah balas melempar penghapus tadi ke arah Asga. Dan mendarat tepat sasaran di mukanya. Sontak seisi kelas menahan tawa melihat hal tersebut. Mau ketawa tapi kasihan.

"Gue balikin deh penghapusnya," ujar Anta tersenyum manis--yang dipaksakan--dan terlihat sangat menyebalkan di mata Asga.

"Oh ya, terima kasih," balas Asga seraya senyum tiga jari yang terlihat sangat dipaksakan.

"It's okey." Anta mengacungkan jempol dan telunjuk yang membetuk 'O'.

Tanpa memperdulikan anak kelas yang ingin tertawa, Anta mulai berjalan menuju bangkunya.

"Kalian kocak banget," tutur Kinan dengan cengirannya, menggoda Anta.

"Dih," ketus Anta. "By the way, si Gisel mana? Ada tasnya kok nggak ada manusianya?" tanya Anta ketika tidak melihat Gisel dibangkunya.

Kinan menunjuk ke belakang, tempat Diki duduk. Ternyata Gisel sedang duduk bersama Diki. Entah apa yang mereka obrolkan.

Anta mengerutkan keningnya.

"Udah mulai ada pergerakan itu satu makhluk hidup?" Makhluk hidup yang dimaksud Anta adalah Diki.

Kinan menganggukkan kepala. Melihat ke arah Diki dan Gisel lagi, lalu beralih menatap Anta.

"Nggak tahu tadi nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba nyamperin Gisel terus diajak ke bangkunya," jelas Kinan.

"Bagus deh."

"Lo sendiri kapan, Ta?"

"Hah?"
Anta mengangkat sebelah alisnya.

"Lo sama Asga. Oh, apa sama Adi?" Kinan menyengir lagi.

Sontak Anta langsung melempari Kinan dengan tisu yang habis digunakannya.

"Ngaco anying!" sentak Anta.

Tanpa Anta sadari ada orang yang melihatnya dari awal dia duduk dibangkunya. Ketika Anta melempari Kinan dengan tisu, Asga tertawa kecil.

Dan saat itu juga Adi sedang lewat di depan kelas XII IPA 3. Langsung saja Adi memasang wajah tidak suka kepada Asga. Murid baru itu sudah dianggap saingan untuk Adi. Tentu saja Asga lebih banyak peluang karena satu kelas dengan Anta.

***

"Neng geulis," sapa Asga.

Yang disapa malah melengos tidak peduli.

"Padahal gue nggak suka kacang malah dikacangin."

"Neng."

"Cewek."

So Love Triangle? (HIATUS)Where stories live. Discover now